Kadang
hidup terasa sangat kejam bagi sebagian orang. Kadang, seberapa keraspun kau
mencoba, kau tak akan mampu menghindari kenyataan.
Lagi,
Bianca melihat Bunga sendirian. Lagi, Bianca melihat Bunga penuh kesedihan. Hmmm,
ini pasti tak akan jauh dari masalah keluarganya.
Ya,
sahabat Bianca yang satu ini memang selalu dibebani masalah keluarga yang cukup
berat. Ia lahir dari keluarga tak harmonis, ayahnya hanya seorang tukang ojek, sedang
ibunya telah meninggal 7 tahun yang lalu ketika melahirkan adik bungsunya.
Naasnya setelah ibunya meninggal, sang ayah menikah dengan seorang wanita yang
sama sekali tidak memiliki sosok keibuan. Ya, wanita itu seorang yang gila
harta. Jangankan memanjakan Bunga dan kedua adiknya. Melayani ayahnya saja dia
kadang enggan.
Tak
ada hari tenang, karena setiap hari ayah Bunga dan ibu tirinya selalu
meributkan uang, uang dan uang. Yang membuat bunga benar-benar sedih. Sekarang
ayahnya seperti orang asing, ya semenjak ada ibu tirinya, ayahnya tak pernah
lagi mendengarkan kata-katanya. Ayahnya berubah menjadi sosok yang kasar yang
hanya mendengarkan kata-kata ibu tirinya.
Sering
sekali karena ucapan ibu tirinya, Bunga dan kedua adiknya menjadi sasaran
kemarahan ayahnya.
Ya,
semenjak ibu kandungnya meninggal, Bunga jadi tak seindah namanya, ia dituntut
dewasa sebelum waktunya, ya, ia harus jadi kakak sekaligus ibu bagi
adik-adiknya, menegarkan dan memberikan kasih sayang pada mereka, selain itu,
ia juga bekerja paruh waktu untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya, ya,
mengandalkan uang ayahnya yang tukang ojek dan ibu tirinya yang mata duitan
saja tak cukup. Ia juga dituntut untuk menuntaskan semua pekerjaan rumah,
mencuci, memasak, dan lain-lain juga menjadi tugasnya, sedikit ringan karena Bayu
adiknya yang duduk di bangku kelas 1 SMP dan Bila adik bungsunya yang baru
duduk di bangku kelas 1 SD turut membantunya.
Bunga
memang cantik, kulitnya putih, bibirnya merah merekah dan tubuhnya langsing,
namun tangannya kasar karena terlalu keras bekerja dan wajahnya selalu saja
terlihat lelah.
Hmmm,
Bianca tau apa yang harus ia lakukan. Ia tau apa yang mampu membuat Bunga
tersenyum.
Bianca
buru-buru masuk kelas dan menemui Belden yang sedang asik mengobrol. Ia
menyeret Belden kepojokan.
“Kenapa
lu? Kangen sama gua? Pengen gua peluk?”
Belden
mau memeluk Bianca. namun tangan Bianca menghalanginya. Bianca menyipitkan mata
menatap Belden, “Lu bisa bantu gua sekarang?”
“Kenapa
setiap lu kesusahan lu dateng sama gua, tapi pas seneng lu lupa sama gua!”
“Hehehehe….!”
Bianca nyengir kuda, “Pleeeaaasssseee! Lu kan ganteng!!!”
Belden
menyadari Borneo sedang menatap ke arah mereka, memperhatikan mereka dengan
tatapan mata yang amat sanbgat tajam.
Belden
tersenyum, munculah ide piciknya, “Gua minta imbalan!”
“Apa?”
Belden
menunjuk pipinya, “Cium gua!”
Bianca
ngeloyor kepala Belden, “Otak mesum! Apa kata dunia!”
“Ya
udah, gua gak mau!”
“Ya
udah, gua juga gak maksa kok! Hmmm, mending gua minta tolong Borneo kali ya!”
Bianca
menatap Borneo, Borneo gelagapan, pura-pura menyibukan diri. Bianca amat sangat
tahu kalau Belden tidak suka dirinya dekat dengan Borneo, makanya ia
memanfaatkan nama Borneo. Bianca tidak tahu alasannya kenapa, tapi Bianca cukup
senang karena kini ia punya kelemahan Borneo. Bianca berniat mengambil langkah.
“Tunggu!”
Belden menarik lengan Bianca, “Tolong apa?”
Bianca
berbisik pada Belden, Belden mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
Ketika
Bianca akan pergi, Belden menahannya. “Bi, tunggu deh!”
Bianca
menahan langkahnya, “Kenapa!”
Belden
mendekat pada Bianca, seolah ingin berbisik. Dan tiba, tiba… belden mencium
Bianca, “Kena deh!” Belden tersenyum puas kemudian berlari menjauh dari Bianca.
“Bellllllddeeeeeeennnnnnnnnn…..!”
teriak Bianca sambil berusaha mengejarnya.
Keduanya
saling kejar mengejar.
Karena
jam istirahat, hanya sedikit penghuni dikelas yang melihat kejadian itu dan
mereka hanya menanggapinya dengan tersenyum, karena mereka sudah tahu bagaimana
dekatnya Bianca dan Belden, fans Beldenpun tak menghiraukan, karena bagi mereka
( fans Belden ) Bianca itu bukan saingan mereka, Bianca dan Belden terlihat
seperti keluarga, kakak dan adik tepatnya. Belden selalu melindungi Bianca dan
Bianca seperti seorang adik yang bermanja pada kakaknya.
Tapi,
tidak dengan Borneo, kejadian beberapa detik barusan membuat hatinya
benar-benar hancur, ia merasa sakit, sakit luar biasa.
Tak
bisa digambarkan dengan mudah, ia merasa ketinggalan langkah, tapi ia tak bisa
berhenti, ya, semakin sakit rasanya, semakin ia mencintai Bianca lebih.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment