Pages

Saturday, 31 December 2011

Only You #10


Kadang hidup terasa sangat kejam bagi sebagian orang. Kadang, seberapa keraspun kau mencoba, kau tak akan mampu menghindari kenyataan.
Lagi, Bianca melihat Bunga sendirian. Lagi, Bianca melihat Bunga penuh kesedihan. Hmmm, ini pasti tak akan jauh dari masalah keluarganya.
Ya, sahabat Bianca yang satu ini memang selalu dibebani masalah keluarga yang cukup berat. Ia lahir dari keluarga tak harmonis, ayahnya hanya seorang tukang ojek, sedang ibunya telah meninggal 7 tahun yang lalu ketika melahirkan adik bungsunya. Naasnya setelah ibunya meninggal, sang ayah menikah dengan seorang wanita yang sama sekali tidak memiliki sosok keibuan. Ya, wanita itu seorang yang gila harta. Jangankan memanjakan Bunga dan kedua adiknya. Melayani ayahnya saja dia kadang enggan.
Tak ada hari tenang, karena setiap hari ayah Bunga dan ibu tirinya selalu meributkan uang, uang dan uang. Yang membuat bunga benar-benar sedih. Sekarang ayahnya seperti orang asing, ya semenjak ada ibu tirinya, ayahnya tak pernah lagi mendengarkan kata-katanya. Ayahnya berubah menjadi sosok yang kasar yang hanya mendengarkan kata-kata ibu tirinya.
Sering sekali karena ucapan ibu tirinya, Bunga dan kedua adiknya menjadi sasaran kemarahan ayahnya.
Ya, semenjak ibu kandungnya meninggal, Bunga jadi tak seindah namanya, ia dituntut dewasa sebelum waktunya, ya, ia harus jadi kakak sekaligus ibu bagi adik-adiknya, menegarkan dan memberikan kasih sayang pada mereka, selain itu, ia juga bekerja paruh waktu untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya, ya, mengandalkan uang ayahnya yang tukang ojek dan ibu tirinya yang mata duitan saja tak cukup. Ia juga dituntut untuk menuntaskan semua pekerjaan rumah, mencuci, memasak, dan lain-lain juga menjadi tugasnya, sedikit ringan karena Bayu adiknya yang duduk di bangku kelas 1 SMP dan Bila adik bungsunya yang baru duduk di bangku kelas 1 SD turut membantunya.
Bunga memang cantik, kulitnya putih, bibirnya merah merekah dan tubuhnya langsing, namun tangannya kasar karena terlalu keras bekerja dan wajahnya selalu saja terlihat lelah.
Hmmm, Bianca tau apa yang harus ia lakukan. Ia tau apa yang mampu membuat Bunga tersenyum.
Bianca buru-buru masuk kelas dan menemui Belden yang sedang asik mengobrol. Ia menyeret Belden kepojokan.
“Kenapa lu? Kangen sama gua? Pengen gua peluk?”
Belden mau memeluk Bianca. namun tangan Bianca menghalanginya. Bianca menyipitkan mata menatap Belden, “Lu bisa bantu gua sekarang?”
“Kenapa setiap lu kesusahan lu dateng sama gua, tapi pas seneng lu lupa sama gua!”
“Hehehehe….!” Bianca nyengir kuda, “Pleeeaaasssseee! Lu kan ganteng!!!”
Belden menyadari Borneo sedang menatap ke arah mereka, memperhatikan mereka dengan tatapan mata yang amat sanbgat tajam.
Belden tersenyum, munculah ide piciknya, “Gua minta imbalan!”
“Apa?”
Belden menunjuk pipinya, “Cium gua!”
Bianca ngeloyor kepala Belden, “Otak mesum! Apa kata dunia!”
“Ya udah, gua gak mau!”
“Ya udah, gua juga gak maksa kok! Hmmm, mending gua minta tolong Borneo kali ya!”
Bianca menatap Borneo, Borneo gelagapan, pura-pura menyibukan diri. Bianca amat sangat tahu kalau Belden tidak suka dirinya dekat dengan Borneo, makanya ia memanfaatkan nama Borneo. Bianca tidak tahu alasannya kenapa, tapi Bianca cukup senang karena kini ia punya kelemahan Borneo. Bianca berniat mengambil langkah.
“Tunggu!” Belden menarik lengan Bianca, “Tolong apa?”
Bianca berbisik pada Belden, Belden mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
Ketika Bianca akan pergi, Belden menahannya. “Bi, tunggu deh!”
Bianca menahan langkahnya, “Kenapa!”
Belden mendekat pada Bianca, seolah ingin berbisik. Dan tiba, tiba… belden mencium Bianca, “Kena deh!” Belden tersenyum puas kemudian berlari menjauh dari Bianca.
“Bellllllddeeeeeeennnnnnnnnn…..!” teriak Bianca sambil berusaha mengejarnya.
Keduanya saling kejar mengejar.
Karena jam istirahat, hanya sedikit penghuni dikelas yang melihat kejadian itu dan mereka hanya menanggapinya dengan tersenyum, karena mereka sudah tahu bagaimana dekatnya Bianca dan Belden, fans Beldenpun tak menghiraukan, karena bagi mereka ( fans Belden ) Bianca itu bukan saingan mereka, Bianca dan Belden terlihat seperti keluarga, kakak dan adik tepatnya. Belden selalu melindungi Bianca dan Bianca seperti seorang adik yang bermanja pada kakaknya.
Tapi, tidak dengan Borneo, kejadian beberapa detik barusan membuat hatinya benar-benar hancur, ia merasa sakit, sakit luar biasa.
Tak bisa digambarkan dengan mudah, ia merasa ketinggalan langkah, tapi ia tak bisa berhenti, ya, semakin sakit rasanya, semakin ia mencintai Bianca lebih.


<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment