Pages

Tuesday 20 December 2011

Only You #8



“Bi… Bianca! Bianca….!” panggil Belden.
Tak ada suara. Tak ada sahutan.
“Dimana Bianca? jangan-jangan? Ahhh!” batinya bertnya-tanya. Pikiran-pikiran tidak mengenakan mulai menggelayut menjalari otaknya
Beldenpun tergesa-gesa menuruni tangga sambil memanggil-manggil Bianca. ia tersenyum lega ketika mendapati Bianca sedang tertidur pulas di ruang keluarga.
Belden menghampiri Bianca, ia kemudian tidur di permadani disebelah Bianca. ia membuat jarak yang begitu dekat dengan wajah Bianca. rasanya akan sangat menyenangkan jika ia bisa membuat Bianca bahagia.
Belden mencintai Bianca sejak orang tuanya bercerai. Ia merasa, ketika ia sedih, Bianca selalu ada disampingnya dan berjanji akan selalu membantunya melupakan kesedihanya. Karena itulah ia selalu menyukai Bianca, Karena Bianca satu-satunya orang yang dapat memahaminya.
Semakin sering matanya dengan Bianca bertemu, semakin sering Belden mendengar suara Bianca, belden merasa semakin jatuh cinta padanya. Ia menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya, ia takut, ia takut Bianca membencinya karena perasaannya, ia takut Bianca menganggapnya main-main. Meskipun sampai saat ini ia tak mampu dan tak tahu bagaimana menyampaikan perasaaannya, namun ia sadar, ia tak bisa terus menerus menyembunyikan perasaannya. Apalagi ia melihat dengan terang-terangan Borneo juga menyukai Bianca. Ia tak mau kalah cepat. Ia tak mau keduluan. Ia tak mau Bianca dimiliki orang lain. Bianca hanya miliknya dan sampai kapanpun hanya akan jadi miliknya. TITIK.  
Belden makin mendekatkan wajahnya, ada hasrat ingin mencium Bianca, tapi segera ia urungkan niatnya, ia sedikit menggeser tubuhnya, menjaga jarak dengan Bianca, ia menatap wajah Bianca lagi, ia mengelus rambut Bianca pelan-pelan sekali, kemudian ia menggapai lengan Bianca, lalu meletakannya didadanya. Ah, meskipun hanya tangan namun panasnya menjalar ke seluruh tubuh, Belden benar-benar merasa nyaman.
Belden berharap Bianca menepati janjinya untuk terus bersamanya seumur hidup. Iapun menutup matanya, ikut tertidur.


<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment