Pages

Wednesday 7 December 2011

Mari Bercinta (SongLit)


MARI BERCINTA
“Saat kau peroleh rasa
Dalam makna cinta
Tak hiraukan semua Angkara
Hanya satu buah titah
Yang kiami ejahwantah”
(Sheila On 7 – Mari Bercinta)

“Eman, mandi sana udah sore!” Eman yang masih duduk dibangku kelas IV SD itu menggeleng.
“Nanti aja, teh!”
“Tapi, inikan udah sore!”
“Nanti malem kan bisa teh!”
“Tapi kamu bisa masuk angin, lagipula bukannya magrib itu kamu sekolah ngaji?”
“Ntar aja ah teh, males mandinya!”
Sheila menatap Duta, menggerak2an alisnya.
Duta mengangkat bahu, hmmm, sungguh reaksi yang tidak ingin Sheila liat saat ini. Kok bisa ya ada dokter seperti itu? Hmmm, benar2 tak berwibawa.
Sheila melempar Duta memakai bantal, Duta menatap Sheila kemudian mengacak halus rambutnya sendiri, hmmm, entah apa yang ada dipikairannya, Sheila benar2 tak mengerti.
“Eman mandi gih!” seru Duta tanpa ekspresi.
“Hmmmmmm.....!” Eman terlihat berfikir, “Eman mau mandi kalo Pak Dokter mau cium teh Sheila...!”
Ciummmm? Hmmmppphhh, kurang ajar tuh si Eman. Ini pasti rencana mereka berdua, dasar tengggiiillll....
“Eman.....!!!!” Sheila menggerutu dengan mata melotot.
Sheila menatap Duta, ia malah senyam senyum sendiri. Hmmmppp, makin aneh aja.
Kembali Sheila melempar bantal. “Ini pasti rencana kamu!”
“Suer, aku seneng tapi itu inisiatif Eman kok!”
Sheila berlalu, “Terserah.... kamu mau mandi apa gak, yang jelas aku udah ngingetin!” Teriaknya.
“Ngambek niyyyy yyyeee....!” seru Eman dan Duta kompak.
Eman dan Duta saling menatap, kemudian mereka tos, Duta mengelus rambut Eman lembut. “Anak pinter!”
“Hmmm, Eman bukan anak pinter Pak Dokter, Eman anak Emak sama Bapak Eman!”
Duta tersenyum. Anak itu memeng ajaib.

~@_@~

“Yang indah kau rasa
Yang manis kau beri
Walau itu hanya sementara”
(Sheila On 7 – Mari Bercinta)

Tak pernah Sheila membayangkan bisa satu kasur bersama Eman dan Duta, ya, Eman tidak akan mau tidur kalau tidak dijaga sisinya. Hmmppphh, entah ini akal2an dia ato kebiasaan dirumahnya Sheila tak tau pasti.
Tapi apa yang sekarang terjadi benar2 mengingatkannya pada Ibu, ya, seperti dirinya dulu yang selalu minta ibu nyanyiin lagu Selamat Tidur – Sheila On 7.
Tanpa terasa air mata Sheila menetes, “Shey, kamu kenapa?”
“Nggak, nggak apa2 kok!” Sheila membalikan badan membelakangi mereka. Kemudian menangis.
Tiba2 Duta muncul dihadapannya, mengelus rambutnya lembut “Kamu kenapa? Apa yang bikin kamu sedih?”
“Buka urusan kamu!” Sheila membalikan badan lagi.
Ada muka Eman tepat didepan mukanya, Sheila sedikit terperanjat.
“Teteh kenapa, teh?”
“Sheila tersenyum, “Nggak...!” Sheila menghapus air matanya, “Teteh nggak kenapa2 kok, teteh cuma kelilipan!”
“Shey, jangan pernah sembunyiin kesedihan kamu sendiri, disini ada aku, aku siap buat jadi tempat bersandar kamu!”
“Eman juga...! eman jga siab buat jadi sandaran teteh!”
Sheila duduk, “Please jangan baik sama aku, jangan perhatian sama aku, jangan sayang sama aku...!”
Duta memeluk Sheila, “Karena kamu takut, aku akan sama dengan orang yang kamu cintai? Enggak Shey, kamu jangan takut itu!”
Sheila melepaskan pelukan Duta kemudian berlalu meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun, huuuffhhh, Sheila pergi ke halaman belakang dan menangis disana, ya, menangisi kesendiriannya, menangisi keriduannnya, akh, ia benar2 sangat rindu ibu...
“Kata orang, coklat panas bisa menghangatkan hati loh!” Duta datang tiba2 sambil membawa segelas coklat panas kemudian menyerahkan gelas itu pada Sheila.
Duta kemudian duduk disamping Sheila.
Hmmmppphhhhh, kenapa hati Sheila jadi tak karuan seperti ini.
“Hmmmpphh, Aku emang gak bisa menghilangkan semua sedih kamu, tapi aku bisa loh jadi tempat bersandar kamu setiap waktu!” Duta memegang pundaknya.
Sheila mengambil sesuatu dari sakunya, rokok. Ya, ia kemudian menyalakan rokoknya.
“Kamu ngerokok?”
“Kenapa? Salah?”
“Rokok itu gak baik buat kesehatan kamu!”
Sheila menhisap rokoknya, “Apa peduli kamu? Yang sakit aku, kok kamu yang repot?”
“Aku sayang sama kamu Shey, jelas aku akan repot kalo kamu sakit!”
 Sheila tersenyum, “Kamu gak akan bahagia kalo kamu cinta sama Aku!”
“Shey!” Duta memegang pipi Sheila, hmmmppphh, dada Sheila makin tak menentu. “Kamu pasti capek, aku pijit ya...!” Duta beranjak ke belakang Sheila, memijit pundaknya.
“Emang bisa?”
Duta tersenyum, “Aku biasa pijit Ibu...!”
Pijit Ibu? Sheila tersenyum membayangkan dia memijit paha ibunya yang 2 kali bahkan 3 kali lebih besar dari pahanya.
“Kenapa? Kok senyum?”
Sheila menggeleng.
Pijitan Duta lumayan enak juga, tapi kenapa dia merasakan seuatu yang beda, kenapa kini dihatinya jadi ada dua nama? Hmmmppphhh...
“Lain kali jangan baik sama aku!” seru Sheila dengan mata tertutup.
Dan Duta tak menanggapinya.
Hmmm, mungkin inilah saat yang tepat untuk melupakan Brian. Ya, melupakan semua hal tentang dirinya dan itu akan jadi lebih baik. Tapi apa Sheila mampu? Apa Sheila bisa?
Dan mencoba cinta baru? Hmmmppphhh cinta baru? Sheila masih ragu, Sheila masih takut. Sheila tak yakin perhatian Duta, kasih sayang Duta, kebaikan Duta ini akan abadi, Sheila takut semua ini hanya sementara. Bagaimana setelah Sheila jatuh dipelukan Duta, Duta akan menghempaskannya, menghianatinya, mencampakkannya bahkan membuangnya sama seperti apa yang Brian lakuakan.
Arrrggghhhhh, ini pasti akan jauh lebih menyakitkan.
Duta memang sosok laki2 sempurna, tapi kini rasanya Sheila trauma dengan laki2  sempurna, hmmm, mungkin ini efek samping dari rasa sakit dihatinya yang tak kunjung sembuh.
Banyak pertayaan yang menggelayut didadanya, ia menghisap rokoknya lagi.
Hidup memang kadang lebih berat dari yang ia bayangkan, ternyata.

~☺☻☺☻☺☻☺~

No comments:

Post a Comment