MARI BERCINTA
“Saat kau peroleh rasa
Dalam makna cinta
Tak hiraukan semua Angkara
Hanya satu buah titah
Yang kiami ejahwantah”
(Sheila On 7 – Mari Bercinta)
“Eman, mandi sana udah sore!” Eman yang masih duduk dibangku kelas
IV SD itu menggeleng.
“Nanti aja, teh!”
“Tapi, inikan udah sore!”
“Nanti malem kan bisa teh!”
“Tapi kamu bisa masuk angin, lagipula bukannya magrib itu kamu
sekolah ngaji?”
“Ntar aja ah teh, males mandinya!”
Sheila menatap Duta, menggerak2an alisnya.
Duta mengangkat bahu, hmmm, sungguh reaksi yang tidak ingin Sheila
liat saat ini. Kok bisa ya ada dokter seperti itu? Hmmm, benar2 tak berwibawa.
Sheila melempar Duta memakai bantal, Duta menatap Sheila kemudian
mengacak halus rambutnya sendiri, hmmm, entah apa yang ada dipikairannya,
Sheila benar2 tak mengerti.
“Eman mandi gih!” seru Duta tanpa ekspresi.
“Hmmmmmm.....!” Eman terlihat berfikir, “Eman mau mandi kalo Pak
Dokter mau cium teh Sheila...!”
Ciummmm? Hmmmppphhh, kurang ajar tuh si Eman. Ini pasti rencana
mereka berdua, dasar tengggiiillll....
“Eman.....!!!!” Sheila menggerutu dengan mata melotot.
Sheila menatap Duta, ia malah senyam senyum sendiri. Hmmmppp,
makin aneh aja.
Kembali Sheila melempar bantal. “Ini pasti rencana kamu!”
“Suer, aku seneng tapi itu inisiatif Eman kok!”
Sheila berlalu, “Terserah.... kamu mau mandi apa gak, yang jelas
aku udah ngingetin!” Teriaknya.
“Ngambek niyyyy yyyeee....!” seru Eman dan Duta kompak.
Eman dan Duta saling menatap, kemudian mereka tos, Duta mengelus
rambut Eman lembut. “Anak pinter!”
“Hmmm, Eman bukan anak pinter Pak Dokter, Eman anak Emak sama
Bapak Eman!”
Duta tersenyum. Anak itu memeng ajaib.
~@_@~
“Yang indah kau rasa
Yang manis kau beri
Walau itu hanya sementara”
(Sheila On 7 – Mari Bercinta)
Tak pernah Sheila membayangkan bisa
satu kasur bersama Eman dan Duta, ya, Eman tidak akan mau tidur kalau tidak
dijaga sisinya. Hmmppphh, entah ini akal2an dia ato kebiasaan dirumahnya Sheila
tak tau pasti.
Tapi apa yang sekarang terjadi benar2
mengingatkannya pada Ibu, ya, seperti dirinya dulu yang selalu minta ibu
nyanyiin lagu Selamat Tidur – Sheila On 7.
Tanpa terasa air mata Sheila menetes,
“Shey, kamu kenapa?”
“Nggak, nggak apa2 kok!” Sheila
membalikan badan membelakangi mereka. Kemudian menangis.
Tiba2 Duta muncul dihadapannya,
mengelus rambutnya lembut “Kamu kenapa? Apa yang bikin kamu sedih?”
“Buka urusan kamu!” Sheila membalikan
badan lagi.
Ada muka Eman tepat didepan mukanya,
Sheila sedikit terperanjat.
“Teteh kenapa, teh?”
“Sheila tersenyum, “Nggak...!” Sheila
menghapus air matanya, “Teteh nggak kenapa2 kok, teteh cuma kelilipan!”
“Shey, jangan pernah sembunyiin
kesedihan kamu sendiri, disini ada aku, aku siap buat jadi tempat bersandar
kamu!”
“Eman juga...! eman jga siab buat
jadi sandaran teteh!”
Sheila duduk, “Please jangan baik
sama aku, jangan perhatian sama aku, jangan sayang sama aku...!”
Duta memeluk Sheila, “Karena kamu
takut, aku akan sama dengan orang yang kamu cintai? Enggak Shey, kamu jangan
takut itu!”
Sheila melepaskan pelukan Duta
kemudian berlalu meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun, huuuffhhh, Sheila
pergi ke halaman belakang dan menangis disana, ya, menangisi kesendiriannya,
menangisi keriduannnya, akh, ia benar2 sangat rindu ibu...
“Kata orang, coklat panas bisa
menghangatkan hati loh!” Duta datang tiba2 sambil membawa segelas coklat panas
kemudian menyerahkan gelas itu pada Sheila.
Duta kemudian duduk disamping Sheila.
Hmmmppphhhhh, kenapa hati Sheila jadi
tak karuan seperti ini.
“Hmmmpphh, Aku emang gak bisa
menghilangkan semua sedih kamu, tapi aku bisa loh jadi tempat bersandar kamu
setiap waktu!” Duta memegang pundaknya.
Sheila mengambil sesuatu dari
sakunya, rokok. Ya, ia kemudian menyalakan rokoknya.
“Kamu ngerokok?”
“Kenapa? Salah?”
“Rokok itu gak baik buat kesehatan
kamu!”
Sheila menhisap rokoknya, “Apa peduli
kamu? Yang sakit aku, kok kamu yang repot?”
“Aku sayang sama kamu Shey, jelas aku
akan repot kalo kamu sakit!”
Sheila tersenyum, “Kamu gak akan bahagia kalo
kamu cinta sama Aku!”
“Shey!” Duta memegang pipi Sheila,
hmmmppphh, dada Sheila makin tak menentu. “Kamu pasti capek, aku pijit ya...!”
Duta beranjak ke belakang Sheila, memijit pundaknya.
“Emang bisa?”
Duta tersenyum, “Aku biasa pijit
Ibu...!”
Pijit Ibu? Sheila tersenyum
membayangkan dia memijit paha ibunya yang 2 kali bahkan 3 kali lebih besar dari
pahanya.
“Kenapa? Kok senyum?”
Sheila menggeleng.
Pijitan Duta lumayan enak juga, tapi
kenapa dia merasakan seuatu yang beda, kenapa kini dihatinya jadi ada dua nama?
Hmmmppphhh...
“Lain kali jangan baik sama aku!”
seru Sheila dengan mata tertutup.
Dan Duta tak menanggapinya.
Hmmm, mungkin inilah saat yang tepat
untuk melupakan Brian. Ya, melupakan semua hal tentang dirinya dan itu akan
jadi lebih baik. Tapi apa Sheila mampu? Apa Sheila bisa?
Dan mencoba cinta baru? Hmmmppphhh
cinta baru? Sheila masih ragu, Sheila masih takut. Sheila tak yakin perhatian
Duta, kasih sayang Duta, kebaikan Duta ini akan abadi, Sheila takut semua ini
hanya sementara. Bagaimana setelah Sheila jatuh dipelukan Duta, Duta akan
menghempaskannya, menghianatinya, mencampakkannya bahkan membuangnya sama
seperti apa yang Brian lakuakan.
Arrrggghhhhh, ini pasti akan jauh
lebih menyakitkan.
Duta memang sosok laki2 sempurna,
tapi kini rasanya Sheila trauma dengan laki2
sempurna, hmmm, mungkin ini efek samping dari rasa sakit dihatinya yang
tak kunjung sembuh.
Banyak pertayaan yang menggelayut
didadanya, ia menghisap rokoknya lagi.
Hidup memang kadang lebih berat dari
yang ia bayangkan, ternyata.
~☺☻☺☻☺☻☺~
No comments:
Post a Comment