Pages

Tuesday, 6 December 2011

Cahaya Terang #5


Belden tak bisa lagi menahan perasaannya, ia benar-benar tak bisa berhenti, ia benar-benar tak bisa melihat Bianca bersama laki-laki lain.
“Siapa dia?” Tanya Belden penuh amarah pada Bianca.
“Dia? Dia siapa?”
“Cowok tadi?”
“Oooooohhh itu, dia temen sekelas gua. Kenapa? cemburu?”
Deg…. Jantung Belden serasa berhenti. “Cemburu? Hah?” Belden tersenyum kecut, “Gua Cuma gak suka ngeliat lu kegenitan!” Seru Belden yang kemudian berlalu meninggalkan Bianca.
Belden terduduk di kursi, berusaha mengontrol jantungnya yang berdetak amat sangat kencang.
“Kalo terus kayak gini, kakak akan kalah langkah!” Seru bulan yang membuat Belden terperanjat.
Ternyata bulan duduk disebelahnya.
Belden menatap Bulan tajam, “Ma… maksud kamu?” Serunya gugup.
“Kalo kakak bener-bener sayang kak Bianca, harusnya kakak gak ngebiarin cowok siapapun ngambil start duluan buat ngedeketin kak Bia!”
“Lu… lu tau perasaan gua, Lan?”
Bulan tersenyum, “Meski Bulan gak bisa ngeliat, Bulan bisa ngerasain kak!”
Entah buta sejak lahir, atau buta karena sesuatu, tak ada yang tau pasti. yang jelas, keluarga Bianca menemukan serang bayi mungil dalam keadaan memprihatinkan didepan rumahnya. Ketika di periksa dokter ternyata bayi lucu nan cantik itu dalam keadaan tak bisa melihat. Dan sejak saat itu orang tua Bianca memutuskan untuk mengangkat Bulan menjadi anak mereka. Meskipun bukan anak kandung, Bulan tak pernah sekalipun merasa dibedakan dengan Bianca, ia diperlakukan seperti anak kandung, bahkan lebih. Ya, orang tua Bianca, keluarga besar Bianca, Bahkan Bianca sendiri amat sangat melindungi dan menyayangi Bianca. Meskipun ia tak bisa melihat, namun ia sangat bersyukur karena keluarga Bianca memperlakukannya dengan sangat baik. Dan itu yang membuatnya tegar sampai hari ini.
“Terus? Apa yang mesti gua lakuin sekarang, gua yakin kalo gua jujur sekarang, Bianca gak akan ngerespon perasaan gua!”
“Minimal kakak kasih perhatian and terus ada disamping kak Bia terus!”
“Kalo di rumah siy oke-oke aja, tapi kalo disekolah?”Belden putus asa!”
“Cinta kan butuh pengorbanan, hmmm,k gimana kalo kakak pindah sekolah aja ke sekolah Kak Bia?”
“Pindah sekolah cuma buat Bianca? gila… ide lu gila, Lan!”
“Kakak mau kak Bianca makin mesra sama cowok tadi? Nggak kan? Satu-satunya cara, yaaaa kakak mesti ada di samping kak Bia!”
Belden terlihat berfikir keras, ia menatap Bulan dalam, bisa bulan rasakan Belden menatapnya. Bulan tersenyum, “Semangat kak!  Meski akhirnya belum tentu enak, tapi setidaknya kakak udah mau berjuag mempertahankan cinta kakak!” Satu senyuman, satu semangat, keduanya memberikan Belden keberanian!
Belden mengacak halus kemudian mengecup rambut Bulan lembut. “Thanks calon adek ipar!” Serunya tersenyum senang.
Bulan ikut tersenyum, “Kalo boleh jujur, Bulan sebenernya gak mau kakak jadi kakak ipar Bulan, kakak pelit, kakak yang tadi beliin Bulan boneka!”
Kembali belden mengacak rambut Bulan, “Tenang, jangankan boneka, tukiang bonekanyapun kakak beliin buat kamu!”
“Jiiiiaaaahhhhh!!!!”

<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment