Setelah
mendengar saran dari teman-temanya, Biancapun memutuskan untuk meminta bantuan
Borneo.
Ia
memang masih sedikit ragu, ia yakin Borneo pasti tidak akan menyetujui ide
konyol teman-temannya. Tapi apa salahnya mencoba, bukankah masih ada
kemungkinan Borneo untuk bilang ia? Tapi ah, Bianca berfikir ulang, masa ia
Borneo mau?
Bianca
menatap Borneo yang sedang asik mengobrol bersama beberapa teman sekelasnya.
Tanpa disengaja mata mereka bertemu, Bianca
tersenyum, sedang Borneo tak mampu menyembunyikan kegugupannya. Ia sedikit
terlihat salah tingkah, Borneo melanjutkan mengobrol, namun beberapa saat
kemudian, ia menatap Bianca lagi. Ah sungguh, wajah Bianca benar-benar
membuatnya panas.
Borneo
memberanikan diri menatap Bianca, iapun memberanikan diri untuk melangkah dad
duduk di kursi didepan bangku Bianca. “Hai Bi, lagi ngapan?”
Bianca
tersenyum menatap wajahnya, “Mikirin lu!”
“Whhhhaaattt?
Mikirin Borneo? Borneo gak salah dengerkan?”
“Mikirin
gua?” Borneo menunjuk dirinya sendiri “Kok Bisa?”
“Bentar
lagi kan lomba kreatifitas antar kelas di mulai! Gua sama temen-temen sih udah ada ide dan lu
udah tau kan ide itu dari temen-temen, but, gua butuh tenaga lu sama Belden,
kalo Belden siy udah oke, tinggal lu, gua tau ini konyol, tapi rasa-rasanya gua
sama temen-temen udah gak punya ide lain lagi buat bikin kelas kita dikunjungi
banyak orang!”
“Hmmm,
gimana ya?” Borneo mengerutkan kening, pura-pura jual mahal.
“It’s
ok! Gua udah tau kok jawabannya, yaudah yah! Hufffhhh!” Bianca menjatuhkan
kepalanya ke meja. Frustasi.
“Rasa
sok tau kamu gak ilang-ilang yah!” Borneo tersenyum, “Lu tau gitu kalo gua mau
bilang IYA?” seru Borneo dengan penekanan di kalimat terakhir?
“Iya?”
Bianca bangkit “Seriuuuusssss?” Serunya dengan mata berbinar-binar.
Borneo
mengangguk,
“Ney,
Lu gak lagi becanda kan? Lu mau? Prince Charming kayak lu mau ngelaksanain ide
gila anak-anak?”
Borneo
kembali mengengguk meyakinkan.
“Lu
yakin?” Bianca menyipitkan mata.
“Yups!”
Borneo mengangguk lagi, “Asal gua daper reward?”
“Reward?
Ah pastiu aneh-aneh!”
Borneo
mempeacekan jarinya, “Sumpah gak akan!”
“Yakin,
lu gak berpikiran yang aneh-aneh ato mungkin yang mesum-mesum?”
“Gua
serius Bi!”
“Sape
bilang gua gak serius? Gua tujuh rius malah! Reward apa?”
“Makan
malam gratis dari lu?”
“Wah,
kalo makan malam mah kecil! Tapi tempat terserah gua ya, nanti gua ajak anak-anak
juga!”
“Gak-nggak,
makan malam yang cuma ada gua sama lu aja!”
“Loh
kenapa?”
“Kalo
ada temen-temen, apalagi temen cewek, gua malah gak bisa makan kali!”
Bianca
tersenyum, “Oh iya, ngerti deh, ngerti! Artismah beda yah! ”
Belden
menanggapinya dengan tersenyum juga.
Kalian
tau perasaan Borneo sekarang? Yap, meskipun ia telah sedikit keGRan karena
ucapan Bianca yang sedang memikirkannya, tapi ia bahagia, ya, setidaknya
sekarang ada kesempatan dimana ia bisa berdua bersama Bianca. ya, hanya berdua.
Kalau
orang menempatkan sejumlah kebahagiaan dalam satu kali kehidupan. Borneo
merasa, ia sudah memakai 1/2nya sekarang.
Borneo
merasa seperti anak kecil sekarang, ya, ia merasa ia bisa melakukan apapun yang
ia inginkan sekarang dan ia berfikir dunia benar-benar berputar
mengelilinginya.
Indah,
benar-benar indah.
Dan
satu-satunya alas an yang membuat semuanya itu indah adalah Bianca. ya Bianca
yang begitu ia cintai dan ia tak ingin lagi menunggu waktu yang lama untuk
mengungkapkan perasaannya, ya, mengungkapkan kata-kata paling bersinar didunia,
yaitu “Aku Cinta Padamu!”.
Terlebih
lagi ia tak mau kalah langkah dari Belden, yap, meskipiun Belden telah mengenal
Bianca sejak lama, meskipun Belden tinggal bersama Bianca, meskipun Belden mengenal
lebih dalam Bianca, Borneo tetap optimis Bianca akan jatuh kepelukannya, bukan Belden.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment