Pages

Wednesday, 7 December 2011

Saat Aku Lanjut Usia (SongLit)


SAAT AKU LANJUT USIA
“Genggam tanganku
Saat tubuhku terasa linu
Kupeluk erat tubuhmu
Saat dingin menyerangmu
Kita lawan Bersama
Dingin dan panas dunia
Saat kaki telah lemah
Kita saling menopang”
( Sheila On 7 – Saat Aku Lanjut Usia )

Hari begitu cepat berlalu, hatinya makin tak menentu, jiwanya kian dirundung kelabu, semuanya makin sulit untuk ia mengerti. Semuanya makin rumit untuk ia pahami.
Ya, mungkin inilah saat yang tepat untuk melabuhkan hati pada satu nama, mungkin ini saatnya untk menentukan pilihan. Tak boleh, ia tak boleh ragu lagi, ia tak boleh terus2an begini, ia harus menyudahi semua ini, ia harus membuang jauh2 kebimbangan ini, ia tak mau lagi berkubang dijurang ketidakpastian ini.
Yap, apapun resikonya ia mesti menentukan pilihannya sesegera mungkin.
Yap....
dan kini ia hanya berharap pilihan ini yang terbaik, tidak hanya untuknya, tapi untuk Brian dan juga untuk Duta.
Sheila tak mau dianggap playgirl dan tak mau juga melukai hati mereka.
Yap, meskipun ia belum yakin, menentukan pilihan adalah langkah terbaik, minimal untuk saat ini.
Sheila menghela nafas, keluar kamar kemudian menghampiri ayahnya yang sedang duduk membaca koran.
Sheila mereguk kopi didepan ayahnya, “Hmmm, Brian mana yah?”
Ayah menatap mata anak bungsunya itu dalam, “Kangen ya?” godanya.
“Ih, ayah apaan sih! Mending aku kangen sama kebo kakek dari pada harus kangen sama dia!”
“Hmmm, beruntung ya kebo itu, bisa dikangenin anak ayah yang cantik!”
“Ayah, Shey gak mood becanda yah!”
“Kenapa sih anak ayah yang cantik ini, semenjak putus sama Brian bawaannya bt terus, kenapa sih gak balikan lagi, ayah yakin Brian gak akan ngulangin perbuatannya!”
“Semuanya gak semudah yang ada dibayangan ayah, yah! Aku gak bisa balik lagi sama Brian, karena rasa sakit itu masih ada dan masih membekas dihati Shey, tapi jujur, Shey masih cinta sama dia yah, Shey gak bisa lupain dia dan ngehapus dia dari bayang2 hidup Shey!”
Ayahnya menghela nafas, mencoba memahami perasaan anaknya, ia melipat korannya, kemudian memapah anaknya untuk duduk dipangkuannya.
Sheila menatap ayahnya heran, “Ayah, Shey kan berat!”.
Ayahnya tersenyum, “Gak terasa ya, anak ayah udah gadis, sebentar lagi mau pergi ikut suaminya ninggalin ayah!”
“Ayah, ayah kok ngomong gitu sih?” Sheila memeluk ayahnya
“Shey gak akan ninggalin ayah, Shey akan terus jaga ayah, akan terus pijit ayah kalau ayah cappek, akan terus kasih kehangatan saat ayah merasa dingin, karena Shey sayang ayah dan apapun yang terjadi Shey akan terus sama sama ayah...! ayah juga harus slalu ada disamping Shey saat keadaan apapun, Shey butuh ayah, dan akan selalu butuh ayah!”
Air mata ayahnya menetes, begitu juga air mata Shey.
“Ayah kangen ibu ya?”
Ayahnya mengangguk “Hmmmpphhh!” Ayah menghela nafas, “Kadang hidup itu gak sesuai dengan apa yang kita harapkan, kadang juga lebih berat dari apa yang kita bayangkan!”
Sheila makin mempererat pelukannya, “Shey juga kangen ibu yah, kangen senyumannya, kangen air matanya, kangen pelukannya yang gak akan pernah shey dapetin lagi!”.
“Katanya kamu punya ibu baru!”
“Iyap yah, dua lagi!”
“Siapa?”
“ Bu Lurah, sama Bi Niah yang katanya dulu waktu Shey kecil pernah kerja sama ayah dan ibu!”
“Ohhhh, Bi Niah yang punya tahi lalat diatas bibirnya itu ya?”
Shey menganguk, “Yah, boleh gak Shey minta sesuatu?”
“Apa sayang? Untuk anak ayah yang paling cantik, apa sih yang nggak!”
Sheila tersenyum, “Shey pengen Bi Niah sama anaknya Rani tinggal sama kita di jakarta, Rani kan anak yatim yah, Sheila pingin Ayah nyekolahin dia, dia itu anak yang pinter yah, lagipula Kak Lia kan sebentar lagi lahiran, dan Ibu udah gak ada, dengan adanya Bi Niah kan bisa bantu2 Kak Lia!”
“Good Idea...! kakak kamu juga sebenernya lagi nyari pembantu buat dirumah!”
“Makasih yah!”
“Tapi mereka mau ato gak?”
“Shey udah pernah ngomong sama Bi Niah, dia setuju2 aja, bahkan dia sangat berterima kasih karena Ayah mau nyekolahin Rani!”
“Ya sudah, kamu atur aja ya, liburan kamu juga udah mau abis, jadi kamu gak boleh sedih2 lagi!” Ayah menghapus air mata Shey, “Kamu harus kembali jadi Shey yang dulu, yang ceria, yang enerjik dan gak gampang susah!”
Shey tersenyum, “Insya Allah, Shey akan bisa ngelewatin badai ini seperti badai2 sebelumnya!”
“Nah itu baru anak ayah!” Seru ayah sambil meringis.
“Ayah, ayah kenapa?”
“AAAAwwwwww, ennncok, ennncok ayah kumat!”
Sheila langsung berdiri, “Hmmm ayah sih belagu, udah tau punya encok, soksoan pangku Shey segala, hmm, jadi gini kan? Shey panggilin dokter ya!”
“Panggilin dokter buat ayah atau kangen sama pak dokternya?” Goda ayah
“Ayah, hmmm, saat2 kayak gini masih sempet2nya ayah becanda..., hmmm, ckckckck!”
“Karena ayah cuma pura2 sakit, soalnya kamu berat juga ternyata!”
“Ayah!”
Sang ayah tersenyum, “Kalo pak dokter bisa bikin kamu bahagia, ya udah panggil aja!”
“Ihhh, ayah apaan sih!”
“Hmmmm, pak dokter itu baik ya, hmmm, kalau jadi suami kamu pasti kamu bahagia!”
Pipi Shey bersemu.
“Hmmm, tapi Brian juga gak kalah baik, ya, meskipun udah pernah bikin salah, tapi kan sekarang dia udah berubah! Hmmm, bahagia ya, dicintai dua pangeran!” ayah menggoda lagi.
Dan Sheila hanya menanggapinya dengan tersenyum...
hmmmppphhh, berat!

~☺☻☺☻☺☻☺~

No comments:

Post a Comment