SAAT AKU LANJUT USIA
“Genggam tanganku
Saat tubuhku terasa linu
Kupeluk erat tubuhmu
Saat dingin menyerangmu
Kita lawan Bersama
Dingin dan panas dunia
Saat kaki telah lemah
Kita saling menopang”
( Sheila On 7 – Saat Aku Lanjut Usia )
Hari begitu cepat berlalu, hatinya makin tak menentu, jiwanya kian
dirundung kelabu, semuanya makin sulit untuk ia mengerti. Semuanya makin rumit
untuk ia pahami.
Ya, mungkin inilah saat yang tepat untuk melabuhkan hati pada satu
nama, mungkin ini saatnya untk menentukan pilihan. Tak boleh, ia tak boleh ragu
lagi, ia tak boleh terus2an begini, ia harus menyudahi semua ini, ia harus
membuang jauh2 kebimbangan ini, ia tak mau lagi berkubang dijurang
ketidakpastian ini.
Yap, apapun resikonya ia mesti menentukan pilihannya sesegera
mungkin.
Yap....
dan kini ia hanya berharap pilihan ini yang terbaik, tidak hanya
untuknya, tapi untuk Brian dan juga untuk Duta.
Sheila tak mau dianggap playgirl dan tak mau juga melukai hati
mereka.
Yap, meskipun ia belum yakin, menentukan pilihan adalah langkah
terbaik, minimal untuk saat ini.
Sheila menghela nafas, keluar kamar kemudian menghampiri ayahnya
yang sedang duduk membaca koran.
Sheila mereguk kopi didepan ayahnya, “Hmmm, Brian mana yah?”
Ayah menatap mata anak bungsunya itu dalam, “Kangen ya?” godanya.
“Ih, ayah apaan sih! Mending aku kangen sama kebo kakek dari pada
harus kangen sama dia!”
“Hmmm, beruntung ya kebo itu, bisa dikangenin anak ayah yang
cantik!”
“Ayah, Shey gak mood becanda yah!”
“Kenapa sih anak ayah yang cantik ini, semenjak putus sama Brian
bawaannya bt terus, kenapa sih gak balikan lagi, ayah yakin Brian gak akan
ngulangin perbuatannya!”
“Semuanya gak semudah yang ada dibayangan ayah, yah! Aku gak bisa
balik lagi sama Brian, karena rasa sakit itu masih ada dan masih membekas
dihati Shey, tapi jujur, Shey masih cinta sama dia yah, Shey gak bisa lupain
dia dan ngehapus dia dari bayang2 hidup Shey!”
Ayahnya menghela nafas, mencoba memahami perasaan anaknya, ia
melipat korannya, kemudian memapah anaknya untuk duduk dipangkuannya.
Sheila menatap ayahnya heran, “Ayah, Shey kan berat!”.
Ayahnya tersenyum, “Gak terasa ya, anak ayah udah gadis, sebentar
lagi mau pergi ikut suaminya ninggalin ayah!”
“Ayah, ayah kok ngomong gitu sih?” Sheila memeluk ayahnya
“Shey gak akan ninggalin ayah, Shey akan terus jaga ayah, akan
terus pijit ayah kalau ayah cappek, akan terus kasih kehangatan saat ayah
merasa dingin, karena Shey sayang ayah dan apapun yang terjadi Shey akan terus
sama sama ayah...! ayah juga harus slalu ada disamping Shey saat keadaan
apapun, Shey butuh ayah, dan akan selalu butuh ayah!”
Air mata ayahnya menetes, begitu juga air mata Shey.
“Ayah kangen ibu ya?”
Ayahnya mengangguk “Hmmmpphhh!” Ayah menghela nafas, “Kadang hidup
itu gak sesuai dengan apa yang kita harapkan, kadang juga lebih berat dari apa
yang kita bayangkan!”
Sheila makin mempererat pelukannya, “Shey juga kangen ibu yah,
kangen senyumannya, kangen air matanya, kangen pelukannya yang gak akan pernah
shey dapetin lagi!”.
“Katanya kamu punya ibu baru!”
“Iyap yah, dua lagi!”
“Siapa?”
“ Bu Lurah, sama Bi Niah yang katanya dulu waktu Shey kecil pernah
kerja sama ayah dan ibu!”
“Ohhhh, Bi Niah yang punya tahi lalat diatas bibirnya itu ya?”
Shey menganguk, “Yah, boleh gak Shey minta sesuatu?”
“Apa sayang? Untuk anak ayah yang paling cantik, apa sih yang
nggak!”
Sheila tersenyum, “Shey pengen Bi Niah sama anaknya Rani tinggal
sama kita di jakarta, Rani kan anak yatim yah, Sheila pingin Ayah nyekolahin
dia, dia itu anak yang pinter yah, lagipula Kak Lia kan sebentar lagi lahiran,
dan Ibu udah gak ada, dengan adanya Bi Niah kan bisa bantu2 Kak Lia!”
“Good Idea...! kakak kamu juga sebenernya lagi nyari pembantu buat
dirumah!”
“Makasih yah!”
“Tapi mereka mau ato gak?”
“Shey udah pernah ngomong sama Bi Niah, dia setuju2 aja, bahkan
dia sangat berterima kasih karena Ayah mau nyekolahin Rani!”
“Ya sudah, kamu atur aja ya, liburan kamu juga udah mau abis, jadi
kamu gak boleh sedih2 lagi!” Ayah menghapus air mata Shey, “Kamu harus kembali
jadi Shey yang dulu, yang ceria, yang enerjik dan gak gampang susah!”
Shey tersenyum, “Insya Allah, Shey akan bisa ngelewatin badai ini
seperti badai2 sebelumnya!”
“Nah itu baru anak ayah!” Seru ayah sambil meringis.
“Ayah, ayah kenapa?”
“AAAAwwwwww, ennncok, ennncok ayah kumat!”
Sheila langsung berdiri, “Hmmm ayah sih belagu, udah tau punya
encok, soksoan pangku Shey segala, hmm, jadi gini kan? Shey panggilin dokter
ya!”
“Panggilin dokter buat ayah atau kangen sama pak dokternya?” Goda
ayah
“Ayah, hmmm, saat2 kayak gini masih sempet2nya ayah becanda...,
hmmm, ckckckck!”
“Karena ayah cuma pura2 sakit, soalnya kamu berat juga ternyata!”
“Ayah!”
Sang ayah tersenyum, “Kalo pak dokter bisa bikin kamu bahagia, ya
udah panggil aja!”
“Ihhh, ayah apaan sih!”
“Hmmmm, pak dokter itu baik ya, hmmm, kalau jadi suami kamu pasti
kamu bahagia!”
Pipi Shey bersemu.
“Hmmm, tapi Brian juga gak kalah baik, ya, meskipun udah pernah
bikin salah, tapi kan sekarang dia udah berubah! Hmmm, bahagia ya, dicintai dua
pangeran!” ayah menggoda lagi.
Dan Sheila hanya menanggapinya dengan tersenyum...
hmmmppphhh, berat!
~☺☻☺☻☺☻☺~
No comments:
Post a Comment