Pages

Wednesday 21 December 2011

Rhenald Kasali "Yang Tak Pernah Merasa Dirinya Pintar"

photo by rhenald kasali Facebook. maaf ya pak, gak bilang2 dulu
alias nyolong :P

Rhenald Kasali.
Hmmm, gua selalu kehilangan kata-kata kalau bahas bapak yang satu ini. Bukan, bukan karena dia sosok yang biasa aja. Tapi karena beliau adalah sosok yang luar biasa bagi gua  tanpa dia sadari, yap, setidaknya cerita dan perjuangan beliau menginspirasi gua untuk terus maju.
Beberapa kali gua berkomunikasi dengan beliau, ya, beliau yang gua tau Pendiri Rumah Perubahan and seorang Guru Besar di FEUI. Gua merasa tersanjung, terharu nangis guling-guling sampe jungkir balik waktu itu, yap, gua gak nyangka gua dan beliau bisa mengobrol dengan begitu santai tanpa jeda. Secara, dia kan gak tau gua, sedang gua salah satu pengagumnya, ah, kalo ada kata lebih dari “Luar Biasa”, kata itulah yang gua pakai untuk mengekspresikan rasa bahagia gua, terlebih dia dengan pembawaannya yang enak, bilang sama gua
“Yang penting percaya dan berusaha, dan saya yakin kamu punya itu!”
Makin melambungklah gua, setiap gua ada dititik yang segimanapun gua mencoba tetep gak bisa, gua selalu ingat kata-kata beliau waktu itu.
Beliau juga seorang Entrepreneur ternama Indonesia. Buku-buku beliau best seller dan sangat membantu pembentukan karakter pengusaha-pengusaha Indonesia yang baru mau menetas karirnya terutama pengusaha-pengusaha muda.
Yang kutau, beliau adalah sosok sederhana dengan pikiran-pikiran terbuka, baik hati, membumi, tidak sombong dan luar biasa.
Beliau amat sangat piawai merubah kesempatan menjadi peluang.
Yang gua tau beliau juga bekerja sama dengan Prof. Michael Porter dari Harvard University, gila, Harvard gitu loh, Harvard yang terkenal sebagai salah satu Universitas terbaik di dunia.
Pak Rhen tak pelit untuk berbagi, apa yang dia tahu dan dia punya selalu dia bagikan dengan bahasa yang sama sekali ringan and gak ngejelimet, ulasan-ulasan dari beliau tajam dan mudah dipahami sekalipun oleh orang awam.
Namun Pak Rhen tetaplah manusia biasa. Beliau juga mengalami fase-fase dimana hidup kadang tak berpihak. Beliau mengalami jatuh bangun.
Sebut saja ketika kelas 5 SD. Beliau tinggal kelas. Ah, sesuatu yang sempat membuat nyali beliau untuk menantang dunia naik. Ya, itu memang hal cukup memalukan bagi beliau, beliau sempat terpukul dan merasa malu. Namun, ia tak mau terlarut dalam kesedihan. Kegagalan itu merupakan sebuah titik balik beliau untuk mendirikan “Rumah Perubahan”.
Beliau berujar:
“Saya selalu merasa diri saya gagal. Karena kegagalan yang memotivasi diri saya untuk terus melakukan yang terbaik dan kegagalan juga adalah teman terbaik saya karena dia mengajarkan saya banyak hal!”
Selain motivasi dari diri sendiri untuk berubah dan belajar lebih giat, orang tuanya juga selalu membimbing Pak Rhenald. Mereka tipikal orang tua yang mendukung karir anaknya. Orang tua beliau tak henti berdo’a untuk beliau.
 “Doa orang tua saya itu sederhana sekali, ‘Kalau memang anak saya itu mampu, berikan dia kesempatan” tuturnya penuh semangat.
Pak Rhenald ingat betul, suatu hari sang ibu, mengajak pak Rhen ke Pasar Taman Puring, Kebayoran, untuk membeli sepatu bekas.
“Saat itu ibu memang hanya mampu membelikan sepatu bekas, karena anaknya lima orang,” katanya mengenang.
Ya sepatu yang beliau kenakan waktu itu adalah sepatu yang tidak layak, karena sering menganga. Beliau hanya memiliki 1 seragam, itupun sudah usang. Bahkan, saking sulitnya keluarga mereka, pak Rhen sering tidak makan dan sering juga makan hanya nasi+garam. Untuk buku pelajaran, ia biasanya mendekati kakak kelasnya, untuk biaya sehari-hari ia member privat.
Satu hal yang menurut gua nyentrik banget. Beliau tak pernah menganggap dirinya pintar.
Beliau berkata
“Perubahan itu adalah sesuatu yang harus didatangi dan diciptakan”
“Jika kita memiliki keteguhan sekalipun lingkungan mengatakan kita tidak bisa, kita akan bisa!”
“Jika kamu ingin sukses, tempatkan dirimu pada kondisi kritis!”
Ketika sudah menikah dan mengajar di UI, penyebar semangatnya adalah sang istri tercinta. Misalnya, saat ia mau berhenti bekerja lantaran terlalu banyak intrik dan klik, istrinya melarang. Menurut Ibu Elisa R. Khasali,
“di kampus itu bukan cuma dunia idealisme. Di sana merupakan tempat orang meniti karir dan mencari nafkah, sehingga kepentingannya beragam. Dengan kata lain, ada persaingan yang harus dipahami secara arif”.
Meski sebagai ahli bedah bisnis, Pak Rhen tak ingin mencetak anak-anaknya supaya menjadi pakar bisnis. Menurut beliau, anak-anaknya mempunyai masa depan sendiri. Mereka hanyalah titipan Tuhan.
Baginya, bila mereka sudah menjadi anak yang bermoral baik, itu jauh lebih baik. Yang penting, mereka bisa menghidupi diri sendiri dan berguna bagi orang lain. Makanya, di sekolah pun mereka tak dituntut supaya mendapat peringkat sepuluh besar segala.
“Saya tidak mau anak-anak saya menghabiskan energi hanya untuk mengejar ranking,” tandasnya.
Bagi  Pak Rhenald, pendidikan kepekaan sosial bagi anak-anak jauh lebih penting ketimbang ilmu pengetahuan. Karena itu, ia pun kemudian memboyong keluarganya memilih tinggal di kampung, bukan di sebuah kompleks perumahan. Dengan tinggal di sana, anak-anaknya bisa bergaul dengan anak-anak di kampung  yang notabene berasal dari keluarga strata menengah ke bawah. Itu, tentu saja, bisa mengajak mereka untuk melihat realitas sosial yang ada di sekitarnya.
Wah, enak sekali jadi anak beliau, keluarga gua cenderung menempatkan bahwa ranking itu adalah penunjang kecerdasan seseorang dan gua dituntut untuk dapet rangking 3 besar ketika sekolah.
Ke depan, sebagai seorang doktor ilmu bisnis, Rhenald mempunyai sebuah obsesi. Ia ingin mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia yang masih sangat birokratis menjadi entrepreneurship dan leadership.
Hebat bukan seorang Rhenald Kasali itu? gua berharap gak Cuma gua yang bisa mengambil manfaat dari beliau, gua harap semua yang membuka blog gua bisa belajar dari beliau.
Bayangkan, orang yang tadinya hanya makan nasi+garam, yang tak pernah menyebut dirinya pintar dan pernah tak naik kelas. Kini berubah menjadi sosok Guru Besar yang baik hati nan santun.
Begitulah hidup.
Dimana ada kemauan, disana pasti ada jalan :D

No comments:

Post a Comment