Pages

Friday, 3 February 2012

Only You #27





Bianca sibuk menyalin PR Belden di pojokan kelas. Borneo menemaninya sambil terus memandangi Bianca. merasa terus dipandangi dengan cara yang berlebihan Biancapun menghentikan aktifitasnya.
Bianca menatap Belden yang tengah menatapnya, “Kenapa? kok sampe segitunya liatin gua? apa ada yang aneh?” Tanya Bianca polos.
Borneo tersenyum, “Kamu makin cantik sayang, sampe-sampe saat aku menutup mataku, tetep wajah kamu yang aku liat!”
“Gombal!” seru Bianca yang kemudian kembali menyalin PRnya.
“Sekali kamu tersenyum, aku merasa dunia ini milikku dan rasanya lebih dari surga!”
“Borneo! Cukup, jangan bikin aku ilfeel!”
“Dipuji kok malah ilfeel?”
“Karena rasanya aku kayak difitnah!”
Borneo tersenyum, “Serius, kamu makin cantik sayang!”
Mau tak mau Bianca ikut tersenyum, “Ah, masa sih? ah, udah ah, jangan bikini dung aku kembang-kempis kegeeran deh!”
“Dih, emang punya hidung?” Goda Borneo, yang sangat tahu bahwa Bianca emang sedikit sensitive jika membahas hidung, karena ia memiliki hidung yang pesek.
“Ishhhhhhhh!” Bianca memukulkan pulpenyya kekepala Borneo.
Borneo terkekeh, kemudian membetulkan anak rambut yang menutupi mata Bianca, Bianca yang kesal menepis tangan Borneo dari kepalanya.
Borneo makin terkekeh, “Marah nii yeee!” Godanya lagi, “Meskipun hidung kamu pesek tapi kamu tetep cantik kok sayang!”
“Borrrnnneeeoooo!!!!” serunya sambil mendengus kesal.
“Apalagi kalo lagi cemberut gitu, berlipet-lipet deh cantiknya!” seru Borneo kemudian mengecup kening Bianca.
Bianca kaget, tindakan refleks yang sama sekali Bianca tak menduganya. Borneo tersenyum, “Love u forever, sayang!”
Bianca menyentuh keningnya, kemudian celingak-celinguk. Ia bernafas lega saat tak ada yang memperhatikannya. Ia menatap Borneo kesal. “Awas kalo ngulangin lagi, malu tau kalo sampe ada yang liat!”
Borneo tersenyum, “Emang punya malu!”
“Borrrrnnneeeeooooo!!!” Seunya memukul dada Borneo, “Ngeselin deh!”
Borneo tersenyum. Borneo menyentuh pipi Bianca, “Makasih sayang, makasih karena kamu membuat aku merasa jadi manusia paling bahagia di dunia!”
Bianca tesenyum, kemudian mengangguk “Aku juga bahagia, sayang!”
Dan, Belden yang tadi sebenarnya memperhatikan mereka namun pura-pura membaca meradang. Ia merasa tak ada lagi tempat untuk ia singgah, dan ini begitu menyiksa dan terasa sangat menyakitkan!

<><><><*********><><><>

Jika orang yang kita cintai lebih memilih berada disamping orang lain yang sebenarnya kita benci, rasanya seperti terhempas jatuh ke tanah begitu saja. Begitulah kira-kira perasaan yang diarasakan Belden sekarang.
Belden memeluk Bianca yang sedang mencuci piring dari belakang secara tiba-tiba, ini benar-benar mengejutkan Bianca.
Belden menempelkan bahunya dipundak Bianca. “Hanya 5 menit!gua minta waktu 5 menit untuk ini!” Seru Belden sedih, “ Kembali menjadi diri sendiri, setelah bertahun-tahun berlindung dibalik topeng kepalsuan, jadi cowok ramah, pinter dan baik hati itu benar-benar melelahkan!”
Bianca berusaha mengerti Belden. Iapun mengiyakan permintaan Belden.
“Apa lu bahagia sama Borneo?” tanya Belden tiba-tiba.
Sejenak Bianca terdiam, kemudian mengangguk ragu.
Belden membalikan tubuh Bianca, mereka kini berdiri berhadapan, namun Bianca tetap menunduk. Belden memegang dagu Bianca kemudian mengangkatnya, otomatis Bianca tak bisa lagi menunduk. Biancapun memberanikan diri menatap wajah sedih Belden.
Belden tersenyum, tapi nampaknya ia tak mampu menyembunyikan rasa sedihnya, air matanya menetes, “Gua merasa, gak ada harapan lagi dan sepertinya gua akan mulai mengubur dalam-dalam perasaan ini! Tapi, kalo sampe Borneo bikin lu nangis, gua gak akan tinggal diem, gua akan jadi orang yang pertama ngasih dia pelajaran!”
Melihat Belden sedih, Biancapun ikut sedih juga, ia merasa bersalah. Ia memeluk erat Belden, mereka berdua menangis, menuangkan seluruh kesedihannya.
Bianca melepas pelukan Belden, ia menghapus air mata Belden, “Jangan pernah merubah diri lu jadi orang lain lagi, jangan pernah bikin orang lain salah faham lagi sama kayak apa yang lu lakuin ke Bunga!”
Belden tersenyum, iapun menghapus air mata Bianca, “Gua janji! Gua akan sedikit ngurangin pesona kegantengan gua!”
Bianca tak habis pikir denga Belden, barusan Belden seperti tak punya semangat untuk hidup dan sekarang, sekarang ia seolah telah melupakan semua kesedihanya.
Bianca ngeloyor kepala Belden, ia berdecak heran.
Belden tersenyum kemudian mengacak rambut Bianca.

  
<><><><*********><><><>




No comments:

Post a Comment