Pages

Wednesday, 15 February 2012

Only You #33



Bianca menatap wajah dihadapannya leka-lekat. Perasaan bahagia, sedih, terharu bercampur baur menjadi satu.
“A, pelan-pelan makannya, nanti kesedak!” Seru Bianca penuh perhatian.
Bagus tersenyum, “Jarang-jarang aa bisa makan enak kayak gini neng!” Seu Bagus sambil mengunyah makanannya.
Bianca mengerutkan kening, “Jarang? Ayah masih transfer setiap bulan kan?” Tanya Bianca hati-hati.
Bagus mengangguk, “Uang dari ayah kamu, kita pakai buat ngelunasin hutang!”
“Hutang?”
Aa menghentikan makannya, kemudian mengangguk. “Ya, hutang. Waktu ibu sama bapak kita dirumah sakit sampai meninggal semua biaya selain dari jasa raharja juga nenek pinjam dari rentenir dengan jamina rumah, setiap bulan kita mencicil pakai uang dari ayah angkat kamu!” Bagus menghela nafas, “Tapi, semakin hari hutang itu bukannya berkurang, malah makin bertambah, aa kerja paruh waktu selain buat kehidupan dan biaya sekolah sehari-hari juga buat ngelunasin hutang itu, aa gak mau kehilangan satu-satunya harta peninggalan kakek!”
Hati Bianca mencelos, Bagus kembali melanjutkan makan.
Bianca melihat wajah Bagus berkeringat karena kepedasan. Bianca mengambil sapu tangan dari tasnya, ia kemudian mengelap keringat kakaknya.
Sang kakak terlihat kaku, “Ti.. ti… tidak usah neng!”
“Bianca sedih, Bianca ngerasa jarak diantara kita sangat jauh, Bianca ngerasa aa tuh gak nganggep Bianca adek kandung aa, aa memperlakukan Bianca seperti orang lain!”
“Maafin aa neng, aa tidak bisa jadi kakak yang neng andelin, jadi kakak yang baik buat neng, aa tidak tahu caranya!”
“Udah ah a, jangan sedih-sedihan! Meskipun kita nggak tinggal satu atap, meskipun aku dibesarkan oleh keluarga berada, tapi kenyataan bahwa kita kakak adek tuh gak bisa dirubah oleh apapun dan oleh siapapun.aku sangat berharap aa mau memperlakukan aku seperti adik aa sendiri, bukan seperti seorang tamu yang harus dihormati apalagi disanjung-sanjung!” Bianca menatap mata kakaknya penuh harap, “Nih buat aa…!” ia menyodorkan nasinya, ketika menyadari piring kakaknya sudah kosong!”
Bagus menatap mata Bianca. ini pertama kali, ya ini pertama kali setelah orang tuanya meninggal ia menatap mata Bianca. ingin rasanya Bagus memeluk adik kembarnya itu, tapi ah entahlah, semacam ada jarak antara mereka.
“Nih!” Bianca kembali menyodorkan piringnya, “Bianca udah kenyang, but, kalo kita makan sama-sama terus aa suapin Bianca, Bianca mau, mau banget malah!” Serunya terus terang.
Bagus tersenyum menerima piring Bianca.
“Aa juga makan lagi ya!”
Bagus mengangguk, “Kita makan sama-sama ya!”
Bianca mengangguk penuh semangat.
Bianca dan Bagus makan bersama penuh bahagia, nenek yng sedang terbaring lemas tidak jauh dari merekpun tersenyum, turut merasakan kebahagiaan kakak beradik yang terpisah kerena keadaan.
Nenek menghela nafas panjang, ia merasa lega dan ia merasa bisa meninggal dengan tenang.
Nenek menutup matanya perlkahan penuh suka cita. Tertidur? Tidak, bukan tidur, karena ia kini tak bernafas lagi. Ia pergi, pergi dengan tenang, tak lagi kembali.


<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment