Bianca
merasa beruntung memiliki kekasih seperti Borneo. Bianca sering mengingkari
janjinya pada Borneo, Borneo tetap memaafkannya dan percaya padanya.
Seperti
saat Bianca ingin menjelaskan kenapa Belden ada di Kuningan Bersamanya, supaya
Borneo tak salah paham, Borneo menolaknya, ia bilang, ia percaya sepenuhnya
pada Bianca. meskipun Bianca sangat tahu Borneo sangat tidak nyaman jika
menyinggung soal Belden.
Belden
menyenderkan kepalanya di bahu Bianca, “Kelak, jangan lagi pergi lama ya! Aku
hampir mati dibuat cemburu dan aku hampir ngelupain wajah kamu, kamu tau,
setiap hari yang aku lakukan adalah mengigat wajah kamu dan aku tak mampu
melakukan apapun kecuali kamu, kamu memenuhi seluruh otakku, kamu membuat aku
hampir gila!”
Bianca
tersenyum, “Mulai ih, ngegombal lagi, ngegombal lagi!” seru Bianca sambil
mengelus pipi Borneo.
“Aku
serius sayang, aku harap, mulai hari ini, kemanapun kamu pergi, apapun yang
kamu lakukan, kamu ajak aku! Jangan lagi bikin aku sibuk memikirkan wajah jelek
kamu!”
“Ihhh,
sayang jahat, masa aku dibilang jelek!”
Belden
tersenyum, “Jelek yang nganggenin, jelek yang gak bisa bikin aku gak enak
makan, tidur dan segala-galanya!”
“Sejelek
itu ya, sampe-sampe kamu takut tidur takut makan gitu?”
Borneo
mengangguk, ia tersenyum kemudian memegang lengan Bianca, “Saat semuanya terasa
sulit, aku aka nada bersama kamu, saat kamu gak percaya sama kemampuan kamu,
atau saat kamu frustasi aku akan sekaku ada disamping kamu, gak penting
seberapa jelek wajah kamu, aku akan selalu ada disisi kamu, asal kamu mau
melepaskan diri dari Belden!”
Bianca
menghela nafas tanpa berkata sepatah katapun, karena ia tau jika urusannya mengenai
Belden, keadaan akan sangat sensitive dan ia tak mau hari ini, hari dimana ia
bisa bersama Borneo lagi, rusak hanya gara-gara Borneo salah paham tentang
Belden.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment