Chiko memeluk tante Clara erat,
membelai rambutnya, mengecup dahinya, pipinya, hidungnya, kemudian menjelajah
memberi kenikmatan dengan melumat bibirnya. Ahh, rindu memang kurang ajar,
hidup tak wajar dalam diri manusia.
“Kamu bener-bener nekat, Chik!”
Chiko tak menjawab, ia malah
makin menggelora menelusuri bagian-bagian tubuh tante Clara dengan nakal.
Ketika Chiko akan membebaskan
pakaian wanita ½ baya dengan penampilan yang sangat glamor itu, sang tante
menolak. Umurnya memang tak muda lagi, tapi karena ia senang merawat tubuh,
semuanya masih terlihat kencang dan menggoda.
Chiko menatapnya tajam, “Aku gak
butuh alasan tan, tante cuma tinggal nikmatin waktu kita yang sedikit ini aja!”
“Kamu gila!”
Chiko tersenyum, “Aku akan lebih
gila jika tante gak kasih apa yang aku mau! Tante tau, menahan perasaan rindu
ini, menahan melihat kamu bermesraan dengan suami dan anak-anak kamu membuat
aku tersiksa, jadi jangan siksa aku lagi dengan menolaku!”
“Chik, kamu bisa mencari
seseorang yang lebih segalanya dari aku, aku bersuami!”
“Aku gak peduli, yang aku
butuhkan cuma kamu!” Chiko melumat lagi bibir tante Clara, tangan Chiko yang
nakal mulai menelusuri bagian-bagian sensitive tante Clara dan sebagai
perempuan normal tante Clara pun perlahan tak mampu lagi menahan hasratnya.
Jemari tante Clarapun mulai
menerawang, tak bisa di kompromi dan ikut bergrilya mencari kenikmatan.
“Shhhhhh....shhhh.....
shhh....!”
“Ahhhhhhh.... ssshhhhh.... ahhhh....
ooowwwhhh!”
Mulut, tangan dan
bibir keduanya saling menuntut dan memberi kenikmatan. Gerak liuk tubuh kedua
mahluk yang tengah dirasuki setan disetiap rongga tubuhnya itu kian buas, kian
panas. Desah nafas berpacu dan saling memburu.
<><><><*********><><><>
Tante Clara dan Chiko
terlentang dengan nafas tak beraturan, Tante Clara menangis, Chiko menatap
sambil mengelus-elus rambutnya penuh kasih sayang. Hidup, ahhh, hidup memang
sepertinya telah memperkosa habis waras Chiko.
“Aku mau ini yang
terakhir, aku minta kamu pergi jauh dari hidupku, aku gak bisa khianati suami
dan anak-anaku terus-terusan, ini sudah terlalu jauh dan aku ingin
mengakhirinya!” katanya pelan sambil terisak.
“Aku hanya memintamu
menikmati kenikmatan, tidak bisakah kita terus seperti ini? Aku tak akan
menuntut apapun kecuali tubuhmu dan kasih sayangmu!”.
Tante Clara
menggeleng, “Aku tidak mau mempertaruhkan keluargaku! Aku yakin kamu bisa
mencari wanita yang lebih pantas dariku!”
“Aku tak butuh
kepantasan, aku hanya butuh kasih sayangmu, aku dibesarkan tanpa seorang ibu,
denganmu aku merasakan kasih sayang itu!” Seru Chiko kemudian mengecup kening
tante Clara.
Air mata tante Clara
makin membanjir. Ia kemudian tersenyum penuh haru. “Aku merasa seperti langit! Langit
yang selalu punya teman setia yang mendampinginya menerangi bumi, bila matahari
beranjak keperaduan. Bintang dan bulan bersedia dengan senang hati
mendampinginya. Tapi aku tak ma uterus begini, aku tak mau baik kamu, suamiku
dan anak-anaku tersakiti hanya karena egoku, aku akan kembali pada suami dan
anak-anakku, jadi istri dan ibu yang seutuhnya!”
“Tidak bisakah kamu
lari padaku!” Chiko mengelus pipi tante Clara, “Bersamaku selamanya?”
“Aku mencintai kamu,
tapi aku lebih mencintai anak-anaku, aku tak mau mengorbankan mereka!”
Chiko menghela nafas
berat. Kenapa harus ada kalkulasi seperti ini? Kenapa harus ada pilih-memilih. Tidak
bisakah Kau permudah semuanya, membiarkan semuanya mengalir apa adanya. Tak perlu
norma, tak perlu sopan santun dan tak perlu ada kata dan pendapat orang.
“Kadangkala dengan
membayangkanmu saja itu sudah lebih dari cukup. Kapanpun kau mau, kapanpun kau
membutuhkanku, kau bisa lari kepelukanku kapan saja, selalu ada ruang untukmu!”
Seru Chiko yang kemudian mengecup kening tante Clara, lalu beranjak dari
kasurnya, mengenakan celana dan kemejanya, menenteng jaketnya, kemudian berlalu
begitu saja meninggalkan tante Clara.
Tante Clara menangis.
“Maaf!” bisikya
pelan. Entah pada siapa, anak-anaknya? Suaminya? Atau Chiko? Ah, entahlah, tak
ada yang tahu.
Kadang kenyataan
lebih menakutkan dari bayangan, kadang kesedihan lebih menyedihkan dari
bayangan, Tante Clara berharap cintanya pada Chiko bisa hilang bersama angin
yang barusan lewat menyentuh rambutnya. Meninggalkannya tanpa asa dan tanpa rasa sakit luar biasa.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment