Pages

Monday, 27 February 2012

SKY #2


Chiko memeluk tante Clara erat, membelai rambutnya, mengecup dahinya, pipinya, hidungnya, kemudian menjelajah memberi kenikmatan dengan melumat bibirnya. Ahh, rindu memang kurang ajar, hidup tak wajar dalam diri manusia.
“Kamu bener-bener nekat, Chik!”
Chiko tak menjawab, ia malah makin menggelora menelusuri bagian-bagian tubuh tante Clara dengan nakal.
Ketika Chiko akan membebaskan pakaian wanita ½ baya dengan penampilan yang sangat glamor itu, sang tante menolak. Umurnya memang tak muda lagi, tapi karena ia senang merawat tubuh, semuanya masih terlihat kencang dan menggoda.
Chiko menatapnya tajam, “Aku gak butuh alasan tan, tante cuma tinggal nikmatin waktu kita yang sedikit ini aja!”
“Kamu gila!”
Chiko tersenyum, “Aku akan lebih gila jika tante gak kasih apa yang aku mau! Tante tau, menahan perasaan rindu ini, menahan melihat kamu bermesraan dengan suami dan anak-anak kamu membuat aku tersiksa, jadi jangan siksa aku lagi dengan menolaku!”
“Chik, kamu bisa mencari seseorang yang lebih segalanya dari aku, aku bersuami!”
“Aku gak peduli, yang aku butuhkan cuma kamu!” Chiko melumat lagi bibir tante Clara, tangan Chiko yang nakal mulai menelusuri bagian-bagian sensitive tante Clara dan sebagai perempuan normal tante Clara pun perlahan tak mampu lagi menahan hasratnya.
Jemari tante Clarapun mulai menerawang, tak bisa di kompromi dan ikut bergrilya mencari kenikmatan.
“Shhhhhh....shhhh..... shhh....!”
 “Ahhhhhhh.... ssshhhhh.... ahhhh.... ooowwwhhh!”
Mulut, tangan dan bibir keduanya saling menuntut dan memberi kenikmatan. Gerak liuk tubuh kedua mahluk yang tengah dirasuki setan disetiap rongga tubuhnya itu kian buas, kian panas. Desah nafas berpacu dan saling memburu.

<><><><*********><><><>

Tante Clara dan Chiko terlentang dengan nafas tak beraturan, Tante Clara menangis, Chiko menatap sambil mengelus-elus rambutnya penuh kasih sayang. Hidup, ahhh, hidup memang sepertinya telah memperkosa habis waras Chiko.
“Aku mau ini yang terakhir, aku minta kamu pergi jauh dari hidupku, aku gak bisa khianati suami dan anak-anaku terus-terusan, ini sudah terlalu jauh dan aku ingin mengakhirinya!” katanya pelan sambil terisak.
“Aku hanya memintamu menikmati kenikmatan, tidak bisakah kita terus seperti ini? Aku tak akan menuntut apapun kecuali tubuhmu dan kasih sayangmu!”.
Tante Clara menggeleng, “Aku tidak mau mempertaruhkan keluargaku! Aku yakin kamu bisa mencari wanita yang lebih pantas dariku!”
“Aku tak butuh kepantasan, aku hanya butuh kasih sayangmu, aku dibesarkan tanpa seorang ibu, denganmu aku merasakan kasih sayang itu!” Seru Chiko kemudian mengecup kening tante Clara.
Air mata tante Clara makin membanjir. Ia kemudian tersenyum penuh haru. “Aku merasa seperti langit! Langit yang selalu punya teman setia yang mendampinginya menerangi bumi, bila matahari beranjak keperaduan. Bintang dan bulan bersedia dengan senang hati mendampinginya. Tapi aku tak ma uterus begini, aku tak mau baik kamu, suamiku dan anak-anaku tersakiti hanya karena egoku, aku akan kembali pada suami dan anak-anakku, jadi istri dan ibu yang seutuhnya!”
“Tidak bisakah kamu lari padaku!” Chiko mengelus pipi tante Clara, “Bersamaku selamanya?”
“Aku mencintai kamu, tapi aku lebih mencintai anak-anaku, aku tak mau mengorbankan mereka!”
Chiko menghela nafas berat. Kenapa harus ada kalkulasi seperti ini? Kenapa harus ada pilih-memilih. Tidak bisakah Kau permudah semuanya, membiarkan semuanya mengalir apa adanya. Tak perlu norma, tak perlu sopan santun dan tak perlu ada kata dan pendapat orang.
“Kadangkala dengan membayangkanmu saja itu sudah lebih dari cukup. Kapanpun kau mau, kapanpun kau membutuhkanku, kau bisa lari kepelukanku kapan saja, selalu ada ruang untukmu!” Seru Chiko yang kemudian mengecup kening tante Clara, lalu beranjak dari kasurnya, mengenakan celana dan kemejanya, menenteng jaketnya, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan tante Clara.
Tante Clara menangis.
“Maaf!” bisikya pelan. Entah pada siapa, anak-anaknya? Suaminya? Atau Chiko? Ah, entahlah, tak ada yang tahu.
Kadang kenyataan lebih menakutkan dari bayangan, kadang kesedihan lebih menyedihkan dari bayangan, Tante Clara berharap cintanya pada Chiko bisa hilang bersama angin yang barusan lewat menyentuh rambutnya. Meninggalkannya tanpa asa dan tanpa  rasa sakit luar biasa.

<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment