Akhirnyaaa…
setelah menempuh perjalanan darat kira-kira 6 jam, Bianca sampai juga di
Kuningan-Jawa Barat, ya sebuah kota kecil namun tidak terpencil karena terkenal
se Indonesia, dan buku sejarah mencatat itu, ya, Kuningan itu tempat dimana
sebuah perjanjian penting di tanda-tangani. Yang sekolah pasti tidak asing lagi
dengan Perjanjian Linggarjati yang terkenal lewat Konferensi meja Bundarnya.
Tidak hanya itu, Kuningan juga terkenal dengan prosesi seren taun yaitu tradisi masyarakat agraris
yang dilakukan menjelang awal musim tanam padi. Tumbuk padi adalah acara puncak
dari upacara seren tahun. Sebelum tumbuk padi biasanya diadakan pula penyalaan
obor atau damar sewu, pesta dadung, pembuangan hama, hingga pentas kesenian.
Belum lagi cerita tentang ikan
Dewa, ikan ajaib yang saat dikuras kolamnya menghilang entah kemana dan menurut
kepercayaan, bagi siapapun yang jangankan memakan, memelihara atau hanya
memasak saja akan terkena bencana.
Alamnya yang masih hijau,
pemandangannya yang indah dan penduduknya yang ramah juga menjadi nilai plus
kota ini. Tidak heran, semakin hari, semakin tahun, semakin banyak wisatawan
baik lokal ataupun mancanegara berkunjung ke kota kecil ini. Kota kaya sejarah,
adat serta budaya. Dan Bianca bangga dilahirkan dikota indah ini.
Sebenarnya, ayah dan bunda
Bianca yang sekarang bukanlah Ayah dan Bunda kandung Bianca.
Orang tua kandung Bianca
adalah orang yang dulu bekerja pada ayah dan bundanya saat ini. Suatu malam
yang gelap menjelang Idul Fitri sekitar 9 tahun silam. Bus yang Bianca, orang
tua kandungya dan sodara kembarnya tumpangi tak bisa direm, sehingga melaju
kedepan sekeenaknya sampai akhirnya bertubrukan dengan truk pengangkut tomat
didaerah majalengka. Ia dan sodaranya selamat, namun naas orang karena berusaha
melindungi kedua anaknya, orang tuanya tak dapat diselamatkan.
Karena tak jua memiliki anak
setelah 5 tahun menikah, ayah dan bunda akhirnya memutuskan untuk mengadopsi
Bianca, nama Bianca juga mereka yang berikan, awalnya bianca Bernama Bulan,
keluarganya yang baru menggantinya, tapi ia sama sekali tak keberatan, apalah
arti sebuah nama jika dbanding ketulusan dan kelimpahan yang Bianca dapatkan, sedang Bagus sang kakak tinggal bersama nenek
kandungnya di Kuningan.
Kecelakaan itu adalah awal
dari phobia Bianca akan gelap, ya, gelap membuat dadanya pengap dan sesak,
gelap juga selalu mengingatkannya pada kejadian sekejap yang sangat menakutkan
itu. Bianca sebenarnya tak mau mengingat-ingat itu, namun saat gelap datang ,
baying-bayang kejadian itu selalu datang menghantuinya.
Bianca mengetuk pintu rumah
neneknya dengan semangat. Bianca tak kuasa menahan air matanya saat sang nenek
muncul dihadapannya, pemilik tubuh tua renta dengan muka pucat itu tersenyum,
“Masya Allah, Bianca, ini Bianca cucu nenek!” serunya denberusaha menyakinkan
dirinya sendiri dengan memegang kemudian mengelus pipi Bianca karena
penglihatannya yang mulai kabur.
Bianca mengangguk, ia memegang
lengan neneknya penuh kasih sayang, “Iya nek, ini Bianca, Bianca cucu nenek!”
Seru Bianca antara senang dan terharu.
“Mani geulis pisan kamu
sekarang the, jiga artis!” (kamu sangat cantik, seperti artis) seru nenek
senang, “Mulus pisan!”
Bianca tersenyum, ia melihat
wajah neneknya yang pucat, ia yakin sang nenek tidak baik-baik saja. Ia
menggapai kening sang nenek, “Nenek sakit?”
Sang nenek tersenyum, ternyata
kriput diwajahnya tak memudarkan keindahan senyuman penuh ketulusan sang nenek,
“Darah tinggi nenek kumat. Kamu sama siapa neng kesininya?” Sang nenek mengalih
kan pembicaraan.
Bianca menatap wajah sang
nenek dengan amat sangat serius. “Nenek udah ke Dokter? Udah minum obat? Aa (
panggilan kakak dalam bahasa sunda)
mana?”
“Aa kamu mah sekolah atuh
neng!”
“Terus sakit-sakit gini nenek
sendirian?”
Nenek mengangguk, “Mau gimana
lagi, aa kamu satu-satunya yang nenek punya disini, tapi tidak selamanya dia
bisa jaga nenek dia juga mesti sekolah biar pinter kayak kamu, biar nggak di
hina-hina, biar nggak kuper, jadi miskin itu nggak memalukan tapi nya kitu
menyulitkan!”
Bianca prihatin melihat
keadaan neneknya, di Jakarta ia hidup berkecukupan, sedang disini, neneknya
hidup serba kekurangan, sebenarnya ia sedikit heran, setiap Bulan ayah
angkatnya mengirimi mereka uang untuk biaya sekolah aa juga untuk keperluan sehari-hari,
harusnya uang itu cukup bahkan lebih jika hanya memenuhi biaya kebutuhan hidup
aa dan nenek. Sebenarnya Biuanca ingin menanyakan kemana perginya uang itu,
tapi ah, ia takut, ia takut kalau neneknya tersinggung. Bianca mengajak
neneknya diperiksa, awalnya sang nenek menolak namun akhirnya iapun tak kuasa
untuk menolak ajakan cucu yang tidak dapat setiap hari ia liat.
Dan ternyata benar saja,
kondisi neneknya tidak baik, bahkan terkesan parah. Terjadi komplikasi jantung
dan paru-paru, belum lagi darah tinggi. Nenekpun dilarikan ke rumah sakit,
karena harus dirawat inap, tidak bisa menyembuhkan memang, tapi setidaknya
membantu meringankan sakitnya nenek.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment