Pages

Saturday, 28 January 2012

Only You #26


Borneo dan Bianca berjalan mengelilingi sungai kecil di taman rumah Borneo.
Bianca sengaja bolos sekolah untuk menemani Borneo dirumahnya, meskipun Borneo sudah keluar dari rumah sakit, ia masih perlu istirahat dirumah. Awalnya Belden memaksa ikut dan ingin bolos juga, namun Bianca menentangnya keras karena Belden sudah terlalu sering bolos.
Mereka terhenti dan duduk disebuah bangku yang tersedia ditaman, Bianca melihat kesekelilingnya, “Hmmmm, kenapa pohon disini cenderung condong ke air?”
“Karena mereka ingin melindungi alam disekitarnya, ya, sama kayak gua yang ingin ngelindungin lu setiap saat!”
Bianca terharu mendengar kata-kata borneo barusan, “Kenapa gua? kenapa harus gua? kenapa bukan Bilvina yang lebih segala-galanya?”
“Karena cinta itu tak memandang kelebihan dan kekurangan seseorang!” Borneo tersenyum menatap Bianca, “Gua harap lu bisa segera ngelupain Benua dan berada disamping gua, untuk waktu yang lama. Gua tau lu cintanya sama Benua, tapi gua berharap lu bikin semuanya jadi mudah, karena dengan ato tanpa respon cinta dari lu, gua akan melindungi lu dengan segenap hati gua! lu tau? Gua berharap terus-terusan sakit supaya l uterus ngejaga gua, disamping gua dan tersenyum buat gua!”
Mata Bianca berkaca-kaca, “Bodooohhh!!!”
Boreno tersenyum, “Punya lebih banyak waktu sama lu tuh, bikin gua bahagia Bi! Meskipun gua bingung, sebenernya lu tuh bukan tipe gua banget!”
Bianca menatap Borneo.
“Iya, wajah lu standar banget, gak ada cantik-cantiknya, ketawa lu jelek, sifat dan sikap lu juga nggak banget!”
Bianca tersenyum, “Sejelek itu ya?!”
Borneo mengangguk, “Hmmm, tapi entah kenapa ketika gua ngeliat wajah lu yang nggak banget itu, gua selalu pengen liat lagi dan lagi. Apalagi ketika gua liat lu nangis, air mata lu ngingetin gua sama nyokap yang udah nggak ada, matanya bersinar saat nangis sama kayak lu!”
“Lu kangen ya sama dia?”
Borneo mengangguk, “Dia ninggalin gua pas gua umur 7 tahunan, dulu gua pikir dia pergi buat balik lagi, tapi tenyata, hhuuufffhhhh!” Mata Borneo berkaca-kaca, ia kemudian menatap Bianca, “Gua cinta lu, sama kayak gua cinta nyokap, gua udah nyoba ngehapus perasaan ini, tapi semakin gua berusaha, semakin gua gak bisa. Sorry, jika perasaan gua ngebebanin lu!”
“Kalo seandainya gua bilang, gua mau nyoba mencintai lu, respon lu?”
Borneo tersenyum bahagia, “Itu pastiu akan sangat indah, tapi gua gak suka berandai-andai!”
“Kalo gitu gua mau jadi cewek lu!”
“Hah apa?”
“Guam au jadi cewek lu!”
Borneo mengerutkan kening, “Sumpah Bi, gua gak bisa nyerna kata-kata lu!”
“Gua mau jadi cewek lu, gua mau ada dismping lu dalam waktu yang lama, gua mau berbagi semua hal sama lu, tapi gua mungkin akan butuh banyak waktu buat belajar mencintai lu!”
“Lu serius kan Bi? Gua gak lagi mimpi dan lu gak salah minum obat kan?”
Bianca mengangguk yakin.
“Lu serius? Lu mau jadi cewek gua?”
Bianca mengangguk lagi.
“Hahahahahaha…. Ya Tuhan mimpi apa gua semalem!!! Bener, lu mau jadi cewek gua?” Borneo meyakinkan lagi.
“Iya, gua mau, GUA MAU JADI CEWEK LU!” seru Bianca sedikit kesal.
“Hahahahahahhaha….! Muach…. Muach… Muachhh!” Borneo mengecup kening Bianca berkali-kali dengan sangat kegirangan. “Tuhan, kalopun ini mimpi, gua gak mau mimpi ini berakhir!!!” serunya kemudian memeluk Bianca erat, “Gua janji, gua akan bikin lu jadi cewek paling bahagia didunia ini! Hahahahaha…! Thanks Bi, thanks!” serunya kemudian mengecup kening Bianca lagi.
Bianca menutup keningnya,
“Loh kok ditutup!”
“Bokap lu ada dirumah kan? Nanti dia ngira gua cewek apaan lagi!”
“Hahahahaha, lu kan cewek gua, masa gak boleh cium dikit-dikit doang!”
“Nggak, bukan muhrim!”
“Di Muhrimin yuk!”
Bianca menyipitkan matanya,
Belden menggerak-gerakan alisnya, “Merit!”
“Muke lu jauh!” Bianca menutup muka Borneo dengan tangannya, “Mau dikasih makan apa anak gua nanti?”
“Rumputlah, emaknya kan doyan rumput!”
“Sialan!” Bianca ngeloyor Borneo, “Emang gua kambing apah!”
“Huffffhhh, berat juga yah punya cewek Rambo kayak lu, bawaannya main fisik!”
“Hehehehehe, tapi cinta kan?”
Borneo memeluk Bianca lagi, “Kalo itu jangan ditanya!”
Hmmmppphh, entah apa yang membuat Bianca siap untuk menjadi pacar Borneo. Bianca merasa inilah pilihan yang terbaik, saat orang yang dicintainya pergi, Borneo ada bersamanya. Saat sahabatnya pergi, Borneopun ada untuknya, apalagi setelah ia tadi bercerita soal ibunya, Bianca merasa harus mengisi kekosongan hati Borneo. Meski sampai detik ini iapun masih belum yakin bisa melupakan Benua begitu saja. Ah, andai benua bukan gay, semuanya pasti lebih baik dan mudah. Ahh, tapi tak ada gunanya berandai-andai.
Ia merasa tidak akan sulit mencintai Borneo, ya tidak akan sesulit seperti melupakan Benua. Mengingat semua perlakuannya pada Bianca, Bianca mungkin akan mudah memupuk rasa cintanya. Ya, semoga!

<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment