Pages

Tuesday, 14 February 2012

Only You #30


Borneo masuk ke kamar pacarnya dengan panic, setelah tahu Bianca kecelakaan, borneo tak sempat memikirkan apapun kecuali Bianca, ia kabur dari sekolah dan langsung kerumah Bianca. menyadari kedatangan Borneo, Bianca yang sedang minum hampir tersedak.
“Sayang, kamu nggak apa-apa kan?” Serunya panik sambil memperhatikan Bianca dari atas sampai bawah dengan perasaan cemas. Ia takut kalo Bianca terluka. Ia takut kalo Bianca kenapa-napa.
“Hehehe, tenang sayang, yang parah dia, bukan aku!” mata Bianca menunjuk Belden yang sedang tertidur di sofa.
Menyadari ada Belden dikamar Bianca ekspresi Borneo berubah kesal, ia kesal karena selalu Belden… Belden… dan Belden. “Mulai Besok, aku gak mau kamu naik sepeda lagi, aku yang akan nganter jemput kamu kemanapun kamu mau, so, jangan pergi kemanapun tanpa aku!” Seru Borneo penuh penekanan dengan suara yang agak dikeraskan. Ia berharap Belden mendengar apa yang ia katakana barusan.
Bianca memegang lengan Borneo, “Kamu gak usah khawatir, aku nggak apa-apa, lagipula, nyebur ke parit ato ke got sekalipun bukan hal yang aneh buat aku sama Belden, so, kamu tenang yah!”
Tuh kan, Belden lagi, Belden lagi, Belden lagi. Hufh! “Sayang!” Borneo mengelus rambut Bianca, “Bagi aku kamu itu yang terpenting, aku gak mau ada luka segorespun di tubuh kamu, karena lukamu membuat aku terluka juga!”
“Ish, gombal! Tapi namanya celaka itu kan kehendak Tuhan sayang!” Bianca menepuk lembut pipi Borneo, “So, mau aku jalan kaki, mau aku sepedahan, mau aku pake pengaman sebagus apapun, kalo Allah pengen aku celaka, ya celaka aja!”
“Ya.. ya… ya… terus aja belain dia!”
“Dia? Dia siapa?” Bianca mengerutkan kening. “Belden? Bela Belden?” tanya Bianca.
Borneo tak menjawab.
“Ya Tuhan kapan aku bela Belden?”
“Berlebihan? Kata-kata kamu tadi itu membuktikan kamu bela Belden!”
“Kata-kata? Kata-kata yang mana?”
“Celaka itu kehendak Tuhan!”
“Cemburu kamu berlebihan!”
“Berlebihan? Hahaha!” Borneo tertawa kecut, “Aku gak mau dia terlalu banyak ikut campur masalah kamu terlalu banyak, apalagi membiarkan dia tidur sekeenaknya di kamar kamu kayak gini, bagaimanapun dia cowok normal dan dia bukan siapa-siapa kamu!”
“Dia adik aku, Bor!”
“Tapi aku gak suka!”
“Please Bor, kita kan udah bahas masalah ini puluhan bahkan ratusan kami dan setiap kali kita rebut selalu gara-gara masalah ini! Aku capek!” Bianca memegang lengan Borneo.
“Capek?” Borneo menghempaskan lengan Bianca begitu saja “Harusnya aku yang capek! Bagi kamu aku selalu jadi nomor 2, bagi kamu Belden selalu lebih penting!”
“Ya Tuhan Borneo! Kamu terlalu sensitive!”
“Ya, akuterlalu sensitive dan aku yang selalu salah! Aku lelah, aku pulang dulu!” Borneo mengelus pipi Bianca, “Nanti aku kesini jika pikiran kita udah sama-sama jernih, cepet sembuh!” serunya mengecup kening Bianca kemudian berlalu begita saja meninggalkan Bianca.
Bianca sedih, Borneo pergi. saat-saat seperti ini ia amat sangat membutuhkan Borneo, tapi Borneo malah pergi. “Hmmmmmmppphhhhh!” Bianca menghela nafas panjang.



<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment