Pages

Tuesday, 14 February 2012

Only You #28


Jika orang yang kita cintai lebih memilih berada disamping orang lain yang sebenarnya kita benci, rasanya seperti terhempas jatuh ke tanah begitu saja. Begitulah kira-kira perasaan yang diarasakan Belden sekarang.
Belden menodong memeluk Bianca dari belakang secara tiba-tiba ketika Bianca akan memasuki kamarnya. Sungguh, ini benar-benar mengejutkan Bianca.
Belden menempelkan bahunya dipundak Bianca. “Hanya 5 menit! Gua minta waktu 5 menit untuk ini!” Seru Belden sedih, “ Kembali menjadi diri sendiri, setelah bertahun-tahun berlindung dibalik topeng kepalsuan, jadi cowok ramah, pinter dan baik hati itu benar-benar melelahkan!”
Bianca berusaha mengerti Belden. Iapun mengiyakan permintaan Belden.
“Apa lu bahagia sama Borneo?” tanya Belden tiba-tiba.
Sejenak Bianca terdiam, kemudian mengangguk ragu.
Belden membalikan tubuh Bianca, mereka kini berdiri berhadapan, namun Bianca tetap menunduk. Belden memegang dagu Bianca kemudian mengangkatnya, otomatis Bianca tak bisa lagi menunduk. Biancapun memberanikan diri menatap wajah sedih Belden.
Belden tersenyum, tapi nampaknya ia tak mampu menyembunyikan rasa sedihnya, air matanya menetes, “Gua merasa, gak ada harapan lagi dan sepertinya gua akan mulai mengubur dalam-dalam perasaan ini! Tapi, kalo sampe Borneo bikin lu nangis, gua gak akan tinggal diem, gua akan jadi orang yang pertama ngasih dia pelajaran!”
Melihat Belden sedih, Biancapun ikut sedih juga, ia merasa bersalah. Ia memeluk erat Belden, mereka berdua menangis, menuangkan seluruh kesedihannya.
Bianca melepas pelukan Belden, ia menghapus air mata Belden, “Jangan pernah merubah diri lu jadi orang lain lagi, jangan pernah bikin orang lain salah faham lagi sama kayak apa yang lu lakuin ke Bunga!”
Belden tersenyum, iapun menghapus air mata Bianca, “Gua janji! Gua akan sedikit ngurangin pesona kegantengan gua!”
Bianca tak habis pikir denga Belden, barusan Belden seperti tak punya semangat untuk hidup dan sekarang, sekarang ia seolah telah melupakan semua kesedihanya.
Bianca ngeloyor kepala Belden, ia berdecak heran.
Belden tersenyum kemudian mengacak rambut Bianca.

 
<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment