Pages

Saturday, 18 February 2012

Only You #41


Ini pertama kalinya Bianca melihat Belden setelah satu tahun mereka tidak bertemu, Belden banyak berubah, ia terlihat lebih dewasa dan tampan. Bianca senang dengan perubahan itu.
“Kenapa? lu nyesel ya sekarang gua lebih ganteng dari cowok lu?”
Ah, ternyata gaya bicaranya tetap sama seperti dulu. Bianca menggeleng sambil tersenyum.
“Ngapai senyam-senyum?”
“Sayang, udah ya, jangan liatin dia terus, nanti dia kegran!” Seru Borneo yang kemudian memegang lengan Bianca.
Bianca dan Borneo saling berpandangan dan saling melempar senyum.
Belden melepaskan pegangan itu, “Gak usah pake pegang-pegangan kali!”
Borneo dan Bianca saling tersenyum lagi.
Bianca permisi ke kamar mandi. Tinggal Borneo dan Belden.
“So, lu belum bisa ngelupain cewek gua?”
“Bagaimanapun gua udah tinggal bertahun-tahun sama dia, gua gak bisa ngelepas perasaan ini dengan mudah!”
“Lu masih mengharapkan Bianca?”
Belden mengangguk mantap, “Sekli lu bikin kesalahan atau melukai hati Bianca, gua akan langsung ngerebut dia dari tangan lu!”
“Kenapa lu sayang banget sama Bianca?”
“Lu sendiri? Kenapa lu rela ngorbanin nyawa lu buat Bianca?”
“Bianca mirip ibu gua, matanya, pelukannya, senyum dia dan terutama tangis dia, membuat gua merasakan kehangatan! Lu?”
“Dia satu-satunya orang yang ada saat gua bener-bener terpuruk, saat orang tua gua gak peduli gua, saat dimana gua butuh kasih sayang, saat gua butuh temen berantem, saat gua ngerasa hidup ini sulit, dia datang dengan keyakinannya bahwa gading yang sempurna harus ada retaknya, dia datang bilang sama guadia akan memberikan semua keindahan yang dia punya buat bikin gua bahagia. Tapi sayang, dia hanya nganggep gua adeknya, gak lebih!”
Borneo menepuk pundak Belden, “So, itu penyebabnya sampai saat ini lu gak punya pacar?”
“Siapa bilang gua gak punya pacar?”
“Lu punya pacar?” Tanya Borneo antusias.
“Apa Belden punya pacar?” Bianca langsung nyerobot, “Siapa? Siapa? “
Belden tersenyum, tatapan matanya menerawang. “Dia lebih cantik dari lu Bi, lebih pinter dari lu, tapi sama cerewetnya kayak lu!”
“Kok lu gak bilang-bilang sama gua? kenapa lu gak kenalin dia ke kita, gua juga kan pengen tau pendamping adek gua!”
“Lu!” Belden menunjuk Bianca “Dan Lu!” kemudian menunjuk Borneo, “Udah kenal dia kok!”
Bianca dan Belden saling menatap heran, tak mengerti apa yang Belden katakana.
“Jangan bilang kalo cewek lu ternyata orang yang deket sama kita?” Borneo menarik kesimpulan.
“Maybe!” Serunya sambil tersenyum geli karena melihat wajah Bianca dan Borneo yang antusias sekaligus penasaran.
“Bunga… Lu jadian sama Bunga kan?” Bianca tersenyum bahagia, “Hahahaha… syukurlah, jodoh emang gak kemana!”
Belden ngeloyor kepala Bianca, “Sok tau?”
“Hhmmm, terus siapa? Biona yang centil setengah mati, Bilya yang super duper kutu buku atau Bonia yang Tomboy abis?”
“Mereka fans cowok lu, bukan gua!”
Bianca menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, “Terus siapa?”
Belden tersenyum, ia kemudian bangkit dari tempat duduknya, “Ada deeehhhh!” seru Belden kemudian berlalu meninggalkan mereka Berdua.
“Den, Belden! Belden tunggu! Bisa mati penasaran gua kalo gini!” teriak Bianca.
Belden hanya membalas dengan lambaian tangan.
“Aiiissshhhh!” Bianca mendengus kesal.
Ia kemudian menatap Borneo, “Siapa ya kira-kira?”
Borneo mengangkat bahu, “Entahlah, tapi…” Borneo terlihat berfikir.
“Tapia pa?”
“Kamu ngeliat gak siy keanehan Bilvina akhir-akhir ini, dia sering nyampei salam Belden ke kita, dia juga sering banget kan senyam-senyum sendiri gitu?”
Bianca mengangguk, “Jadi?”
Belden mengangguk, “Kesimpulannya mereka jadian tanpa sepengetahuan kita!”
Bianca tersenyum, “Hahahahahahaha… Nona egois dan tuan so cool!”
Bianca dan Belden saling membayangkan, mereka sama-sama tahu sifat kedua orang itu. Dan tersenyum membayangkannya. Mereka tak pernah berfikir Bilvina dan Belden bisa menjalin hubungan. Ahhh, cinta, selain aneh, ajaib juga ternyata.



<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment