Pages

Saturday, 18 February 2012

Only You #42 ( Ending )


Bianca senyam-senyum sendiri di kamarnya setelah pergi bersama Belden, Borneo dan Bianca.
Belden dan Bilvina bertemu didalam pesawat ketika sama-sama akan pergi ke Surabaya. Belden ingin menetap dan melupakan Bianca dan Bilvina juga ingin istirahat dan menumpahkan kekesalannya karena kalah saing dengan Bianca.
Berawal dari rasa yang sama, karena bertepuk sebelah tangan, Belden dan Bilvina akhirnya saling berbagi perasaan mereka. Dan berjanji pergi bersama dan melupakan perasaan sakit mereka sama-sama.
Dari sanalah mereka banyak bercerita, banyak bicara dan berusaha saling menghibur satu sama lain. Bahkan setelah Bilvina pulang ke jakartapun komunikasi Bilvina dan Belden masih terjalin baik.
Hingga akhirnya ketika liburan sekolah, Bilvina bertemu dengan Belden lagi di Surabaya dan Belden memintanya untuk mengisi kekosongannya. Jelas saja Bilvina mau, karena hatinya juga sama-sama sedang kosong. Meski tak ada cinta, tapi mereka merasa senasib sepenanggungan, mereka merasa saling memahami dan saling mengerti satu sama lain.
Bianca jadi ingat dirinya dengan Borneo, kisahnya juga tak jauh beda dengan kisah Belden dan Bilvina, semuanya bermula dari coba-coba. Namun sekarang ia merasa telah menemukan apa yang ia cari, ia kini telah mencintai Borneo.
“Woooooiiii!” Belden menjatuhkan diinya ke tempat tidur Bianca, hampir membuat jantung Bianca hampir copot.
“Belllddddeeeeeennn, bisa gak sih kalo masuk ketuk pintu dulu?”
“Ngggak!” Jawabnya polos tanpa dosa sambil menggeleng.
Bianca menatap Belden kemudian mengelus rambutnya lembut, “Thanks ya!”
“Thanks?”
Bianca mengangguk.
“Thanks karena lu udah mau ngelepas perasaan lu ke gua, gua tau itu bukan hal mudah buat lu!”
Belden tersenyum, “Kelak, gua gak akan bikin lu khawatir!”
Bianca tersenyum, “Wajar, kalo seorang kakak khawatir terhadap adeknya!”
“Tapi lu tuh gak terlihat kjayak seorang kakak, lu ceroboh, gimana kalo gua yang jadi kakaknya?”
“Tapi umur gua kan lebih tua dari lu!”
“Umur gak ngejamin, buktinya sekarang gua terlihat lebih dewasa dari lu!”
“Iya, lu lebih tua dari umur lu, karena muka gua yang baby face!”
Belden ngeloyor Bianca, “Huuuuuu, ngimpi!”
Mereka saling tertawa. Bahagia.
“Gua sayang lu kak!”
“Apa? Gua gak denger tadi!” Bianca menggerutkan kening.
“Gua sayang lu, kak!”
“Lu manggil gua kakak?” tanya Bianca tak percaya.
Belden menggangguk antara ragu dan malu. “Tetaplah berada disisi gua, jadi kakak terbaik gua, karena hanya lu, hanya lu yang ngerti gua sepenuhnya!”
Bianca bangkit dari tidurnya kemudian terduduk, ia tak percaya apa yang dikatakan Belden barusan. Sebuah kebahagiaan yang tak ternilai harganya, Belden mengakuinya sebagai seorang kakak, saking terharunya, iapun menitikan air matanya, “Pasti, pasti gua akan selau jadi kakak terbaik buat lu!”.
Belden memeluk Bianca, Bianca membalas pelukan Belden dengan bahagia.
Mimpi Bianca untuk hidup bahagia bersama orang-orang yang dicintainya menjelma nyata dan kini ia terhanyut didalamnya, ia sangat bahagia.


<><><><*********><><><>
T A M A T





Kuningan, saat mentari sangat bersahabat,
18 february 2012 (09:23 WIB)

No comments:

Post a Comment