Dengan berbagai perasaan yang bergelak didadanya, ia menekan
bel apartemen Chio. Ia sebenarnya sedang
lelah dan ingin sendiri, tapi pekerjaan tetap pekerjaan, tak bisa begitu saja
tercampur aduk dengan perasaan yang, ah entahlah, terlalu sulit untuk ia
jelaskan. Ketiga temannya menawarkan untuk mengantarnya, tapi ia menolak
mentah-mentah, ia tidak ingin merepotkan. Ini masalahnya dan seberapapun
sulitnya, harus ia hadapi sendiri.
Criska yang sedang sedih dan tak bergairah terpana akan apa
yang dilihatnya, bukan karena Chio yang terlihat lebih tampan dari biasanya,
tapi lebih ke pakaian yang Chio kenakan. Ya, Criska terpukau karena Chio
memakai kaos pemberianya, kaos yang sengaja ia belikan dipasar loak untuk Chio
sebagai hadiah ulang tahun, ia kira, Chio tak akan pernah memakainya, tapi ia
salah.
Ketika membeli kaos itu, Criska sebenarnya sedikit tak
yakin, kaos itu muat atau nggak dibadan Chio, dan kenyataannya ternyata kaos
itu terlihat terlalu pas, bahkan terkesan kekecilan. Namun Chio tetap memaksa
memakai kaos itu, Criska merasa berarti. Apalagi Chio terlihat menggemaskan
memakai kaos kuning terang bergambar Shinchan.
“Kenapa? gua ganteng ya?”
Criska mengulum senyumnya, “Gua gak nyangka, seorang Chio
Agustaf, mau pake kaos tanpa merk yang gua beli di pasar loak gitu!”
Chio ikut tersenyum, “Karena mau pake baju apapun, sejelek
apapun, tetep aja gak bisa nyembunyiin kegantengan gua!”
“Tapi kayaknya, kaos itu kekecilan deh, kenapa lu pake?
Kayak gak ada kaos lain aja?”
“Karena kaos itu dari lu kak, biarpun kekecilan, biarpun
selera lu nggak banget, tetep akan gua pake, ini salah satu cara ngebuktiin
cinta gua ke lu kak, biarpun gua kekanakan, biarpu gua jarang serius, tapi kalo
masalah perasaan, gua serius, gua pingin jadi orang yang bisa lu andelin setiap
waktu! Gua sangat berharap lu gak mandang ua naka kecil lagi!”
Criska tersenyum, “Justru ketika lu pake kaos itu, lu makin
kelihatan dan terkesan kekanakan!”.
“Salah lu dong, kenapa kasih kaos itu, coba kasih kaos
rancangan Anne Avantie, Prince Harry sama Prince William lewat dah!”
“Ngimpi!” Criska neloyor kepala Chio.
“Nah gitu dong senyum, kan cantik!”
Pipi Criska bersemu.
Chio menarik Criska masuk, “Gua udah bikin sarapan khusus
buat lu, so kita sarapan dulu ya sebelum ke lokasi!”
“Tapi ini udah telat!”
“gua akan tebus telat kita dengan traktir mereka semua, so,
lu nggak perlu banyak omong lagi ya!”
“Hmmm, kekanakan!”
Criska menatap Chio, Criska tak habis pikir kenapa Chio
menyukainya, padahal ada banyak gadis yang lebih pantas dengannya. Ada sedikit
rasa bersalah ketika Criska selalu menghindar dan tak menanggapi dengan serius
perasaan cinta Chio. Tapi, bukan orang seperti Chio yang ia butuhkan.
Criska memegang lengan Chio, “Chi, thanks lu udah suka sama
gua, tapi gua tekankan lagi, gua gak bisa sama lu, gua tuh nganggep lu adek,
nggak lebih!”
Chio menghela nafas, “Gua tau, gua sak pernah dewasa, gua
kadang terkesan masa bodoh dan sekeenaknya sama kerjaan gua, gua kadang hidup
dalam kemunafikan, gua sering tersenyum sama orang padahal sebenernya saat itu
gua gak ingin senyum. Gua seorang yang manja, kang kadang makanpun masih minta
lu suapin, tapi gua bisa kak bahagian lu dengan cara gua sendiri!” Chio tetap
ngotot.
“Bukan, bukan hanya karena itu, perbedaan kita terlalu jauh
dan satu hal lagi yang perlu lu tau, gua pernah nikah!”
“Nikah?” Chio menatap Criska tak percaya.
Criska mengangguk, “Setelah lulus SMA gua pernah nikah, saat
itu gua dan suami gua meganggap cinta itu mampu mengalahkan segalanya, tapi ternyata kita salah, dunia
tidak semudah membalikan telapak tangan, dia yang kabur dari rumah karena
mencintai guapun akhirnya kembali ke rumah dia karena gak sanggup hidup miskin
sama gua, sama keluarga gua dan hubungan kami berakhir begitu saja, jadi untuk saat ini dan entah sampai kapan
gua gak lagi percaya apa yang namanya cinta!”
“Lu gak lagi becanda kan kak?”
Criska ternyenyum, “Apa hal kayak gini pantes jadi bahan
becandaan!”
Chio berusaha menenangkan dirinya kemudian menghela nafas
dalam, “Gua gak peduli, mau lo single, mau lo janda, mau lo nenek-nenek
sekalipun gua suka!”
“Yakin, kalo gua nenek-nenek, lu bakalan suka?” Criska
meyakinkan sekaligus menggoda.
Chio tersenyum, “Lu pikir aja sendiri kak!”
“Sekarang mantan suami gua katanya lagi nyari-nyari gua, dia
tipikal orang yang akan menghalalkan segala cara buat apapun yang dia mau, so,
mulai hari ini kalo lu gak mau tamat, lu mesti jaga jarak sama gua, karena gua
takut, lu jadi korban dia!”
“Kayak di sinetron kak, tapi lu tenang, biar gua keliatannya
lemah gini, tapi gua akan berjuang sampe mati buat lu, prinsip gua, sebelum
janur kuning di rumah lu belum terpasang, gua akan berusaha dapetin lu, mending
gua mati daripada harus berenti Cuma gara-gara gua takut hidup gua tamat karena
cinta lu, gak gentle banget kan!”
Criska tersenyum, “Dasar anak-anak!” serunya kemudian
mengacak rambut Chio.
Chi membalas senyum Criska dengan tersenyum juga, “Kok gua
ngerasa lu mulai naksir gua sih kak!”
Criska gelagapan, ia mengelap wajah Chio dengan tangannya,
“Ngimpi!”
Hmmmpphh, Criska lega sekarang, tak ada lagi yang ia
sembunyikan, tak ada lagi yang ia tutup-tutupi dari Chio. Chio memang tak
selalu bisa diandalkan, tapi disaat-saat tertentu kehadiran Chio sangat
menghiburnya.
Tidak, ia tegaskan ini bukan cinta, karena sampe detik ini
dimatanya Chio hanya seorang adik, tidak lebih! Yang Criska butuhkan bukan
seorang yang petakilan yang mampu membuat dirinya lebih rileks dalam menjalani
hidupnya. Ia bukan anak kecil lagi, ia dan Chio beda cara pandang tentang hidup,
ia yakin Chio tak bisa mengikuti gaya hidupnya yang rumit dan ia juga tak bisa
hidup di dunia Chio yang syarat keglamoran, hura-hura, seolah tak ada hari esok
lagi. Jurang pemisah antara mereka terlalu jauh, tak bisa disatukan.
Ya, tak bisa disatukan dengan apapun keculai jika Chio
benar-benar takdirnya. Tapi, mencintai Chio rasanya tidak mungkin sekali,
karena rasa cinta dirinya pada Chio sama seperti rasa cintanya pada Chandra,
adik semata wayangnya.
Ya, Chio memang mendapat tempat khusus di hati Criska tapi
tidak untuk sebuah hubungan serius antara seorang laki-laki dan perempuan, tapi
lebih pada hubungan keluarga. Dan sampai kapanpun akan seperti itu nampaknya.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment