Ini bukan kejadian pertama yang Criska alami, Criska memang
terkesan ceroboh dalam menggunakan motornya, hobby nyelip sana- nyelip sini,
ngeles sana- ngeles sini Criska membuatnya minimal tiga bulan sekali ada saja kejadian yang menimpanya, kalo nggak
nyemplung ke parit, ke senggol bajay, keserempet becak, terjun ke got, ahh,
pokoknya ada-ada saja.
Sebenernya, bunda dan teman-temanya sudah sangat
mewanti-wanti dia agar hati-hati. Tapi tetap saja, ia bandel masih terus
melakukan kecerobohan-kecerobohan. Tapi sepertinya kejadian ini akan membuatnya
kapok, karena ia nyaris saja kehilangan nyawanya jika saja supir truk itu tidak
mengerem tepat waktu, entah jadi apa ia sekarang, lukanya kali ini cukup parah
juga ternyata, kaki kirinya yang tertindih motornya sendiri mengalami luka
dalam yang mengharuskan ia beberapa hari menetap dirumah sakit.
Bukannya, menghawatirkan Criska, teman-temanya malah
mensyukuri kejadian itu, karena menurut mereka itu teguran bagi Criska yang tak
mau mendengarkan nasehat mereka.
“Kalian jahat! Baru kali ini gua nemuin sahabat setega dan
sejahat kalian!”
Tawa mereka pecah, “Salah sendiri gak dengerin kita!” Seru
mereka kompak.
Ahhh, ingin rasanya Criska memukul kepala mereka satu-satu,
tapi apa daya, Criska sedang tak ada upaya. Ia hanya bisa menyapu mereka
bergantian dengan tatapan kesal.
Tawa mereka terhenti ketika seseorang memasuki kamar rawat
Criska. Semuanya menorah ke arah pintu.
Damn, Caesarrr? OMG, apa yang harus Criska lakukan? tau darimana dia Criska disini, Criska menatap ketiga sahabatnya, mereka bertiga langsung merespon Criska dengan mengangkat bahu. hmmm, saat ini
ia sedang tidak ingin melihat Caesar, Caesar tidak hanya membuat luka fisiknya
terasa sakit, tapi hatinya, hatinya juga.
Bunda mengajak teman-teman Criska pergi keluar
meninggalkannya, Chio protes, Chepi juga. Mereka tak mau meninggalkan Criska
bersama orang yang mereka kenal betul wataknya, tapi bunda merasa, Criska butuh
bicara empat mata, mereka ingin protes lagi, tapi akhirnya melihat tatapan
bunda, membuat mereka menurut, merekapun berniat beranjak, namun tiba-tiba, Criska
meyakinkan tak ada yang mesti dibicarakan lagi dan meminta mereka tetap
menemani Criska. Chepi dan Chiko jelas
sangat senang mendengarnya.
Suasana menjadi amat sangat kaku, tak ada becandaan, tak ada
senyuman, mereka pura-pura menyibukan diri dengan urusan masing-masing, karena
mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, kondisi ini membuat mereka
terjepit.
Criska menatap sang bunda, ia melihat lelah pada garis wajah
perempuan setengah baya itu. Ia tak tega membiarkan bundanya kelelahan seperti
itu karena menjaganya, pandangannya beralih pada sahabat-sahabatnya, ia juga
tak bisa membiarkan ketiga sahabatnya terus menjaganya, sedang pekerjaan mereka
terbengkalai. Criska menyuruk mereka
pulang dan mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia akan baik-baik saja.
“Biar saya yang menjaga Criska, bagaimanapun saya suaminya!”
Kata-kata itu membuat Chiko naik darah, ia ingin memukul
Caesar, tapi Catra menahannya. Sedang Criska tak berekspresi apapun, ia tak
punya waktu untuk mengurusi hal yang tidak penting.
Chiko menolak untuk pulang, Chepi juga begitu. Mereka tau
siapa Caesar, ia tidak mau membiarkan
Criska berurusan lagi dengan orang itu. Namun, Criska lagi-lagi meyakinkan
bahwa ia akan baik-baik saja, ia juga menyuruh Caesar pergi. Ia ingin sendiri.
Akhirnya, tak ada bisa menolak kemauan Criska, tapi mereka
berjanji akan kembali secepatnya setelah selesai mengurusi pekerjaan. Criska
tersenyum mendengarnya.
Merekapun termasuk Caesar, berlalu meninggalkan Criska.
Selang beberapa menit, tiba-tiba, gelas Criska jatuh, ia
ingin minum, tapi tak sanggup menggapai gelasnya, karena kakinya yang tak bisa
digerakakkan trlalu jauh, Caesar yang sejak tadi tidak pulang dan menunggui
Criska diluarpun masuk kedalam. Ia begitu kaget ketika melihat pecahan gelas berserakan
dibawah tempat tidur Criska.
“Kamu nggak apa-apakan?” tanyanya panic.
Criska menggeleng, ia terkejut ketika melihat Caesar
ternyata masih ada disini.
“Lain kali, kalo kamu butuh apapun, kamu panggil aku, tidak semua hal bisa kamu
lakukan sndiri!”
Criska mengacuhkan Caesar, ia berbalik, tidur membelakangi
Caesar, Caesar membereskan pecahan gelas itu sendiri, sejujurnya Crisa tersetuh
dengan apa yang Caesar lakukan, tapi tidak, ia belum siap untuk berbaik hati
pada Caesar. Kenangan masa lalu itu masih menghantuinya. Ya, kenangan pahit
Criska yang selama ini berusaha ia lupakan.
Masih sangat terekam dengan jelas dalam ingatannya, ketika
Caesar meyakinkan dirinya bahwa cinta mampu mengalahkan segalanya, termasuk
kekerasan hati mama Caesar yang sangat menentang hubungan mereka. Namun,
setelah 3 bulan lamanya mereka hidup sebagai pasangan suami-istri, setelah
Criska merasa yakin pada Caesar, setelah Criska memutuskan menggantungkan hidup
pada Caesar, ternyata Caesar menghempaskannya begitu saja, Caesar merasa tak
sanggup hidup miskin dan serba kekurangan. Ia kembali pada mamanya dan
meninggalkan Criska, meski ia berjanji akan kembali untuk Criska setelah ia
mendapatkan kekuasaannya dan berjanji akan membahagiakan Criska, tapi tetap
saja, keputusan Caesar untuk kembali pada mamanya membuat Criska merasa sakit
luar biasa, karena itu berarti Caesar tak percaya bahwa cinta yang tulus bisa
mengalahkan segalanya, ditambah lagi penghinaan mama Caesar dan peringatannya
untuk tidak mendekati Caesar, membuatnya benar-benar berada dititik
ketiadaannya, belum lagi masalah kelakuan dan hutang-hutang ayahnya yang
meumpuk juga masalah-masalah yang tiba-tiba saja datang tanpa diduga serasa
mengeroyoknya.
Untung saja ada bunda dan teman-temanynya yang membantu ia
bangkit dari keterpurukan dan mendidiknya jadi wanita yang tegar dan tangguh,
tapi, baru saja ia memulai hidup barunya,
ia harus menerima kenyataan pahit lagi, ayahnya ditemukan tak bernyawa
didepan gang dekat rumahnya dengan luka lebam disekujur tubuhnya. Hanya sedikit
orang yang berbela sungkawa ketika melihat itu, kebanyakan orang mensyukuri
kematian ayahnya itu, mengingat ayahnya seorang yang kasar, pemabuk dan pejudi.
Hatinya semakin sakit. sakkkiiiiiiitttt sekali. Tapi entah kenapa, ada sedikit
rasa lega dalam kalam bathinya, setidaknya, ayahnya tak akan menyiksa ibunya
lagi, tak akan menyulitkan ibunya lagi. Hanya sedikit, selebihnya, selebihnya
ia menyesal karena selama ayahnya hidup sampai ayahnya mati, ia selalu membenci
ayahnya.
Semua yang Criska alami memang terjadi bukan karena Caesar,
ini terjadi karena memang takdirnya begini, kalo ia ada diposisi Caesar saat
itu, iapun mungkin akan memilih jalan yang sama, iapun mungkin akan memilih
kembali pada ibunya dan hidup dengan lebih normal dikehidupan selayaknya. Ia
tak menyalahkan Caesar atas semua ini, tapi melihat kembali Caesar,
mengingatkan kembali dirinya pada semua itu, semua hal yang hampir ia tutup
rapat dan lupakan. Itulah alasan kenapa ia muak melihat Caesar, ia muak pada
masa lalunya. Bukan karena ia membenci Caesar, tapi karena ia membenci masa
lalunya. Ketika ia melihat bahkan hanya mendengar nama Caesar, ia merasa amat
terluka karena semua baying kelam masa lalu setelah Caesar pergi dari hidupnya
serasa menghantamnya kembali begitu kejam.
≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈
No comments:
Post a Comment