Pages

Friday, 16 March 2012

SKY #11


Ini bukan kejadian pertama yang Criska alami, Criska memang terkesan ceroboh dalam menggunakan motornya, hobby nyelip sana- nyelip sini, ngeles sana- ngeles sini Criska membuatnya minimal tiga bulan sekali  ada saja kejadian yang menimpanya, kalo nggak nyemplung ke parit, ke senggol bajay, keserempet becak, terjun ke got, ahh, pokoknya ada-ada saja.
Sebenernya, bunda dan teman-temanya sudah sangat mewanti-wanti dia agar hati-hati. Tapi tetap saja, ia bandel masih terus melakukan kecerobohan-kecerobohan. Tapi sepertinya kejadian ini akan membuatnya kapok, karena ia nyaris saja kehilangan nyawanya jika saja supir truk itu tidak mengerem tepat waktu, entah jadi apa ia sekarang, lukanya kali ini cukup parah juga ternyata, kaki kirinya yang tertindih motornya sendiri mengalami luka dalam yang mengharuskan ia beberapa hari menetap dirumah sakit.
Bukannya, menghawatirkan Criska, teman-temanya malah mensyukuri kejadian itu, karena menurut mereka itu teguran bagi Criska yang tak mau mendengarkan nasehat mereka.
“Kalian jahat! Baru kali ini gua nemuin sahabat setega dan sejahat kalian!”
Tawa mereka pecah, “Salah sendiri gak dengerin kita!” Seru mereka kompak.
Ahhh, ingin rasanya Criska memukul kepala mereka satu-satu, tapi apa daya, Criska sedang tak ada upaya. Ia hanya bisa menyapu mereka bergantian dengan tatapan kesal.
Tawa mereka terhenti ketika seseorang memasuki kamar rawat Criska. Semuanya menorah ke arah pintu.
Damn, Caesarrr? OMG, apa yang harus Criska lakukan? tau darimana dia Criska disini, Criska menatap ketiga sahabatnya, mereka bertiga langsung merespon Criska dengan mengangkat bahu. hmmm, saat ini ia sedang tidak ingin melihat Caesar, Caesar tidak hanya membuat luka fisiknya terasa sakit, tapi hatinya, hatinya juga.
Bunda mengajak teman-teman Criska pergi keluar meninggalkannya, Chio protes, Chepi juga. Mereka tak mau meninggalkan Criska bersama orang yang mereka kenal betul wataknya, tapi bunda merasa, Criska butuh bicara empat mata, mereka ingin protes lagi, tapi akhirnya melihat tatapan bunda, membuat mereka menurut, merekapun berniat beranjak, namun tiba-tiba, Criska meyakinkan tak ada yang mesti dibicarakan lagi dan meminta mereka tetap menemani Criska.  Chepi dan Chiko jelas sangat senang mendengarnya.
Suasana menjadi amat sangat kaku, tak ada becandaan, tak ada senyuman, mereka pura-pura menyibukan diri dengan urusan masing-masing, karena mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, kondisi ini membuat mereka terjepit.
Criska menatap sang bunda, ia melihat lelah pada garis wajah perempuan setengah baya itu. Ia tak tega membiarkan bundanya kelelahan seperti itu karena menjaganya, pandangannya beralih pada sahabat-sahabatnya, ia juga tak bisa membiarkan ketiga sahabatnya terus menjaganya, sedang pekerjaan mereka terbengkalai.  Criska menyuruk mereka pulang dan mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia akan baik-baik saja.
“Biar saya yang menjaga Criska, bagaimanapun saya suaminya!”
Kata-kata itu membuat Chiko naik darah, ia ingin memukul Caesar, tapi Catra menahannya. Sedang Criska tak berekspresi apapun, ia tak punya waktu untuk mengurusi hal yang tidak penting.
Chiko menolak untuk pulang, Chepi juga begitu. Mereka tau siapa  Caesar, ia tidak mau membiarkan Criska berurusan lagi dengan orang itu. Namun, Criska lagi-lagi meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja, ia juga menyuruh Caesar pergi. Ia ingin sendiri.
Akhirnya, tak ada bisa menolak kemauan Criska, tapi mereka berjanji akan kembali secepatnya setelah selesai mengurusi pekerjaan. Criska tersenyum mendengarnya.
Merekapun termasuk Caesar, berlalu meninggalkan Criska.
Selang beberapa menit, tiba-tiba, gelas Criska jatuh, ia ingin minum, tapi tak sanggup menggapai gelasnya, karena kakinya yang tak bisa digerakakkan trlalu jauh, Caesar yang sejak tadi tidak pulang dan menunggui Criska diluarpun masuk kedalam. Ia begitu kaget ketika melihat pecahan gelas berserakan dibawah tempat tidur Criska.
“Kamu nggak apa-apakan?” tanyanya panic.
Criska menggeleng, ia terkejut ketika melihat Caesar ternyata masih ada disini.
“Lain kali, kalo kamu butuh apapun,  kamu panggil aku, tidak semua hal bisa kamu lakukan sndiri!”
Criska mengacuhkan Caesar, ia berbalik, tidur membelakangi Caesar, Caesar membereskan pecahan gelas itu sendiri, sejujurnya Crisa tersetuh dengan apa yang Caesar lakukan, tapi tidak, ia belum siap untuk berbaik hati pada Caesar. Kenangan masa lalu itu masih menghantuinya. Ya, kenangan pahit Criska yang selama ini berusaha ia lupakan.
Masih sangat terekam dengan jelas dalam ingatannya, ketika Caesar meyakinkan dirinya bahwa cinta mampu mengalahkan segalanya, termasuk kekerasan hati mama Caesar yang sangat menentang hubungan mereka. Namun, setelah 3 bulan lamanya mereka hidup sebagai pasangan suami-istri, setelah Criska merasa yakin pada Caesar, setelah Criska memutuskan menggantungkan hidup pada Caesar, ternyata Caesar menghempaskannya begitu saja, Caesar merasa tak sanggup hidup miskin dan serba kekurangan. Ia kembali pada mamanya dan meninggalkan Criska, meski ia berjanji akan kembali untuk Criska setelah ia mendapatkan kekuasaannya dan berjanji akan membahagiakan Criska, tapi tetap saja, keputusan Caesar untuk kembali pada mamanya membuat Criska merasa sakit luar biasa, karena itu berarti Caesar tak percaya bahwa cinta yang tulus bisa mengalahkan segalanya, ditambah lagi penghinaan mama Caesar dan peringatannya untuk tidak mendekati Caesar, membuatnya benar-benar berada dititik ketiadaannya, belum lagi masalah kelakuan dan hutang-hutang ayahnya yang meumpuk juga masalah-masalah yang tiba-tiba saja datang tanpa diduga serasa mengeroyoknya.
Untung saja ada bunda dan teman-temanynya yang membantu ia bangkit dari keterpurukan dan mendidiknya jadi wanita yang tegar dan tangguh, tapi, baru saja ia memulai hidup barunya,  ia harus menerima kenyataan pahit lagi, ayahnya ditemukan tak bernyawa didepan gang dekat rumahnya dengan luka lebam disekujur tubuhnya. Hanya sedikit orang yang berbela sungkawa ketika melihat itu, kebanyakan orang mensyukuri kematian ayahnya itu, mengingat ayahnya seorang yang kasar, pemabuk dan pejudi. Hatinya semakin sakit. sakkkiiiiiiitttt sekali. Tapi entah kenapa, ada sedikit rasa lega dalam kalam bathinya, setidaknya, ayahnya tak akan menyiksa ibunya lagi, tak akan menyulitkan ibunya lagi. Hanya sedikit, selebihnya, selebihnya ia menyesal karena selama ayahnya hidup sampai ayahnya mati, ia selalu membenci ayahnya.
Semua yang Criska alami memang terjadi bukan karena Caesar, ini terjadi karena memang takdirnya begini, kalo ia ada diposisi Caesar saat itu, iapun mungkin akan memilih jalan yang sama, iapun mungkin akan memilih kembali pada ibunya dan hidup dengan lebih normal dikehidupan selayaknya. Ia tak menyalahkan Caesar atas semua ini, tapi melihat kembali Caesar, mengingatkan kembali dirinya pada semua itu, semua hal yang hampir ia tutup rapat dan lupakan. Itulah alasan kenapa ia muak melihat Caesar, ia muak pada masa lalunya. Bukan karena ia membenci Caesar, tapi karena ia membenci masa lalunya. Ketika ia melihat bahkan hanya mendengar nama Caesar, ia merasa amat terluka karena semua baying kelam masa lalu setelah Caesar pergi dari hidupnya serasa menghantamnya kembali begitu kejam.
≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈

No comments:

Post a Comment