Pages

Wednesday, 14 March 2012

SKY #6


Criska memeluk bunda Citra dari belakang, bunda tersenyum kemudian mengelus rambut Criska lembut. Criska lalu duduk disebelah bundanya dan menyenderkan kepalanya dibahu Bunda.
“Dasar manja!” Seru Chiko sambil mengacak rambut Criska, tak mau kalah iapun menyenderkan kepalanya dibahu bunda sebelahnya.
Bunda Citra mengelus pipi keduanya penuh kasih sayang. Catra dan Chepi tak mau kalah, keduanya menyenderkan kepala mereka dipangkuan bundanya.meski sedikit kewalahan tapi bunda senang mendapatkan perlakuan seperti itu.
Beberapa menit kemudian,  Chepi tiba-tiba memijit kaki bundanya.
“Pasti ada maunya!” Seru Criska, Catra dan Chio kompak, sedang Bunda hanya menanggapinya dengan senyuman.
Chepi nyengir kuda, “Bun, aku telat bayar kos ya!” Serunya memasang wajah memelas.
“Ah lu mah, nggak pernah nggak telat kan?”
“Iya, nunggak mulu kerjanya!”
“Hmmm, kalo gua seberuntung lu!” Chepi menunjuk Chiko, “Gua gak bakalan nunggak kali!”
Bunda tersenyum, “Bagaimanapun cara kamu hidup dan memandang kehidupan! Semuanya harus disyukuri!”
Catra menggangguk-anggukan kepalanya, “Iya setuju sama bunda, beruntung atau tidak kita menjalani kehidupan kan tergantung kitanya, bersyukur atau tidak. Tidak smua orang kaya bahagia, tidak semua orang miskin juga menderita!”
“Iya Chep, lu patut bersyukur punya gua!” Seru Chiko penuh percaya diri, “Udah gua ganteng, baik hati lagi, lu gua bolehin make baju gua, jam tangan gua, kacamata gua bahkan daleman gua!”
“Apaan? Selalu ada konsekuensi yang harus gua bayar kalo gua make barang-barang lu!”
“Ya elah, push up ratusan kali, itu buat kesehatan lu juga kali, biar badan lu agak kurusan!”
“Ah, gua lebih beruntung punya sahabat kayak Catra, gak banyak omong, sering banget kasih gua gratisan makan sama cewek-cewek gua di cafenya, gua kan jadi bisa pura-pura ngebossy!”
“Huuuuu….! Muka gratisan!” Criska dan Chiko berbicara hampir bersamaan.
“Sudah-sudah, kalian itu kalo lagi barengan berantem terus kerjanya, kalo salah satu nggak ada rindunya setengah mati!” Bunda melerai.
Criska menatap mata bunda, “Bun!”
“Hmmm!” Jawab bunda.
“Apa bunda sama sekali nggak benci suami bunda?”
Suasana berubah menjadi sedikit serius.
Bunda menanggapinya dengan senyum, senyum yang menyejukan siapapun yang melihatnya. Bunda memasukan jari-jarinya pada selah-selah jari Criska, menggenggamnya erat penuh kehangatan. “Bunda manusia biasa sayang, bagaimana mungkin bunda tidak menaruh sedikitpun rasa benci pada laki-laki yang sudah sangat mengecewakan bunda dan membuat bunda seolah tak berharga!”
“Tapi kenapa bunda nggak cerain dia aja? Kenapa saat dia datang ke sini, bunda tetap memperlakukannya sebagai seorang suami, bunda terlalu baik!?” Tanya Chiko penasaran, sebetulnya pertanyaan itu juga mewakili pertanyaan semuanya yang tak kalah penasaran dengan apa yang terjadi pada bundanya.
“Apa marah bisa bikin suami bunda kembali kesisi bunda dan melupakan perempuan itu?”
Criska, Catra, Chiko dan Chepi tak memiliki pilihan lain selain menggeleng.
“Tapi bun, bagaimanapun, dia kan udah ngecewain bunda!”
Bunda tersenyum untuk kesekian kalinya, “Kelak kalian juga akan tau kehidupan pernikahan itu seperti apa. Tidak hanya soal cinta, tapi juga belajar bagaimana bertoleransi dan mengeti satu sama lain!”
“Aku udah pernah menikah bun, tapi aku gak bisa selapang bunda, marah ya, marah, benci ya benci!” Tegas Criska.
“Semakin dewasa seseorang, kadang semakin rumit jalan pikirannya dan waktulah yang akan mendewasakan kalian semua, suatu hari kalian pasti akan memahami kenapa bunda memilih seperti ini!”
Keempat sahabat itu saling berpandangan, berusaha memahami bundanya. Kini tak hanya Chepi yag memijit, Chiko, Catra dan Criskapun ikut memijit bundanya.
Sang bunda tersenyum bahagia, andai mereka tak berada disini, bunda pasti menyerah pada waktu, menyerah pada keadaan. Hidup mereka, semangat mereka, masalah-masalah mereka membuat bunda merasa kuat untuk menghadapi semua masalah yang ada.

<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment