Tanpa terasa, dua butir air mata menetes membasahi pipinya
setelah ia mendengar cerita Caesar. Betapa Caesar merindukannya, tapi ketika ia
ingat ia ingin membahagiakan Criska, Caesar berusaha menahan perasaannya itu.
Caesar ingin hidup dengan uang karena uang bisa membeli semua kebahagiaan yang
ada didunia ini dan membebaskan Criska dari jerat kemiskinan. Sungguh, berpisah
dengan Criska bukanlah hal yang mudah bagi Caesar, tanpa Criska, hari-hari yang
Caesar terasa sangat berat. Tapi karena tekadnya adalah membahagiakan Criska,
iapun bertahan dan berusaha keras meraih mimpi-mimpinya. Jika ia benar-benar
merindukan Criska, ia selalu menelepon Criska tanpa bicara, hanya mendengarkan omelan
Criska, tapi bukannya rindu itu pergi, ia malah makin
menacap kuat, tak gampang diangkat.
Criska memang terenyuh dengan cerita Caesar, tapi untuk
kembali pada Caesar itu sangat tidak mungkin, ia sudah berjanji pada dirinya
sendiri, seberapapun sulitnya is, ia tak mau berurusan dengan Caesar lagi. Caesar telah
membuat hatinya seperti gelas pecah, sekalipun direkatkan dan ditata kembali,
hatinya tak akan bisa kembali utuh seperti semula.
Criska menghela nafas, ahhh, sial, kenapa tiba-tiba ia ingin
ke kamar kecil. Ia tidak mungkin meminta bantuan Caesar, ia juga tidak mungkin
berjalan hanya dengan mengandalkan satu kakinya, haruskah ia… ahhh, tidak, itu
tak boleh terjadi.
“Tuhan, help me, Pleaseee!” batinnya.
“Kak, lu baik baik aja kan!” Chio datang menghampiri Criska.
Aahhh, Chio datang disaat yang sangat tepat.
Criska buru-buru menghapus air mata yang tadi ia teteskan
kemudian berbalik dan tersenyum bahagia, ia bahagia bukan karena Chio datang,
tapi setidaknya ia tidak harus menahan lagi kebeletnya.
Melihat Criska yang tersenyum sumringah itu, Chio sedikit
heran, “Kak lu kesambet ya? Tumben girang banget gua datang?” Tanyanya dan baru
ia sadari bahaw selain dirinya dan Criska ada satu orang lagi disana, Chio
menatap orang itu tajam. “Siapa dia?” tanyanya sambil tetapm menatap Caesar.
“Chi, lu bisa nganter gua ke kamar mandi kan?”
Chio mengangguk bahagia, “Dengan senang hati!”
“Biar aku yang anter kamu, sayang!”
Criska menghiraukan ucapan Caesar, ia meminta Chio
membantunya. Chio sedikit mengerutkan kening.
“Sayang? Apa mungkin itu pacar Criska? Tidak-tidak mungkin!
Kalo pacar pasti Criska meminta bantunannya, atau dia? Dia itu? Ahhhhh…..!!!”
Batin Chio bertanya-tanya.
Criska tak mau digendong, ia hanya mau dipapah, meskipun
ditolak tapi Caesar tetap berusaha membantu Criska, tangan Caesar dihempaskan
begitu saja oleh Criska. Melihat perlakuan kasar Criska pada Caesar, Chio
tersenyum, meskipun kelihatannya Chio kalah segala-galanya dari Caesar, Chio
merasa, Criska tidak menyukai orang itu. Itu keuntungan untuknya.
“Woooii, ngapain ngelamun? Pergi sana!”
“Yakin, bisa sendiri?”
“Kalopun gua gak bisa, gua gak akan minta otak mesum kayak
lu bukain celana gua!”
“Lu, sakit-sakit, tetep aja emosian! Ckckckc…!” Chio
berdecak sambil berlalu meninggalkan Criska.
Setelah Criska selesai. Chio kembali membantu Criska ke
kasurnya
Criska menepuk kepala Chio, “Kenapa lu kesini? Hari ini kan
jadwal lu padet banget!”
Chio mengelus kepalanya yang sakit karena dipukul Criska,
kenapa baru tanya sekarang?”
“Kalo gua mukul tadi, gua gak yakin lu akan nganter gua ke
kamar mandi, lu pasti jual mahal!”
“Aiiissshhhh!” Chio menyipitkan matanya “Tapi lu baik-baik
aja kan? Makanya mata tuh taronya di wajah, jangan didengkul!”
Criska memukul kepala Chio lagi, “Jangan coba ngalihin
pembicaraan, kenapa lu kesini? Lu tau kan, kalo orang-orang kerja sama lu…!”
Belum sempat Criska melanjutkan kata-katanya, Chio sudah
terlebih dahulu memotongnya. “NAsib semua orang itu ada ditangan gua kan? Tapi
tenang, gua udah cari win-win solutionya, gua, mundurin semua jadwal dan gua
janji, gua bakalan lebih maksimal disbanding sebelum-sebelumnya, hmmm,
cuma, yang iklan shampoo itu nggak
setuju, terpaksa deh gua ganti rugi 3x lipet sama mereka!”
Criska memukul kepala Chio lagi, “Dasaaarrrrr annnaaaakkkk
inggguuusaaaaaannnn! Dia pikir gampang kali ya ngebatalin ato ngundurin jadwal
gitu? Mana profesionalitasnya?” seru Criska dalam hati. Criska kemudian
menghela nafas. “KAlo lu kayak gini terus, bisa ancur semua yang lu bangun, lu
harusnya mesti lebih professional, jangan ngebatalin ato ngundurin jadwal
seenak jidat lu aja!”
Chio tersenyum, “Mereka nggk masalah kok, kenapa lu yang
msalah, gua juga gini karena lu, gua pengen jaga lu!”
Criska menatap Chio dengan kesal, tapi tak ada gunanya berdebat
dengan bocah ingusan seperti Chio, hanya buang-buang waktu.
Caesar menatap Chio dan Criska dengan tatapan iri, andai
iasedekat itu dengan Criska. Ia juga cemburu, ya cemburu melihat tatapan Criska
pada Chio yang begitu dalam, mungkinkah
Criska sudah bergati hati? Mungkinkah sudah tak ada lagi rasa untuknya?
Ahhh, Caesar tak tahu dan tak ingin tau.
Criska adalaha cinta pertamanya, dan harus jadi cinta
terakhirnya, menemaninya sampai maut memisahkan, apapun dan bagaimanapun
caranya, ia harus membuat Criska menatap hanya pada dirinya, ya harus. Ia harus
jadi satu-satunya lelaki yang Criska liat.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment