Pages

Saturday, 31 March 2012

"The Raid" Bangga Banget Daaaahhhhh!



Gua gak punya kata lain untuk “The Raid” selain gua bangggggaaaaaa!!! Yap gua bangga, bangga banget malah! Secara, prestasi yang seperti ini yang gua nanti-nanti sejak gua dalam kandungan ( lebay deh!). Apalagi prestasi itu datang pada saat-saat seperti ini, saat gua bener-bener muak liat poster-poster film yang bikin negara ini keliatan bodoh ( masa film horror malah bikin horny) , saat gua bosen banget liat acara berita yang isinya korupsi ( tapi penangannya terkesan lemot ), bosen liat sinetron seragam yang isinya cuma gitu-gitu aja dan jalan cerita bener-bener sama semua dengan episode yang udah kayak jalan kereta api, gua juga bosen liat lawakan orang-orang Indonesia ( kebanyakan yang lucu itu jelek-jelekin orang, co: Tukul yang selalu jadiin Susi bahan becandaan ), gua juga bosen liat berita olahraga yang kalo lagi menang begitu di elu-elukan dan kalo kalah  seolah tak dianggap, semua orang menutup mata. Gua juga bosen liat tayangan acara music ( kecuali Radio Show) yang isinya seragam, yang mcnya bikin penuh satu panggung, yang kebanyakan pengisi suaranya hanya lipsync, yang ahhh,,, pokoknya begitulah, yang jujur bikin gua lebih bangga sama music luar dibandingkan music negeri gua sendiri. Dan rasanya gak heran kalo banyak orang lebih rela ngeluarin duit jutaan rupiah buat nonton konser orang luar ketimbang nonton music penyanyi-penyanyi negerinya sendiri.
Gua gak peduli, akan komentar Opa Ebert yang Cuma ngasih satu bintang, toh, semua orang berhak bicara, menilai dan mengungkapkan pendapatnya. Karena ini soal selera. Yang jelas pokonya gua suka film ini, suka bangggeetttt, meski setelah ini agak-agak trauma kalo liat lampu bolham. Gua baru kali ini liat film dengan antusiasme kayak lagi dukung TIMNAS Indonesia dibabak final. 
Menit pertama seolah kita mengheningkan cipta mendengarkan lagu Indonesia raya, selanjutnya, lu akan tegang, penuh semangat, takut dan teriak-teriak saking gregetannya. Dan pas akhir, lu tepuk tangan dan bangga banget karena berhasil menang. Apalagi plusnya, lewat film ini, orang-orang luar mulai membuka matanya, akan perfilman Indonesia, yap, gak dipandang sebelah mata lagi. Dan, Man Of The Match nya… Mat Dogggg!!! Yeeaaayyy! ( ekspresinya yang datar di maklumin lah).
The Raid memang bukan film buat orang-orang yang mau mencari makna, arti dan semacamnya.  “The Raid” itu film buat orang-orang yang ingin menikmati sebuah keindahan, keindahan dalam kekerasan, film buat orang-orang yang mau menghargai karya anak bangsa, film untuk membangkitkan semangat nasionalisme (perjuangan versi modern), film untuk memperkenalkan bahwa seni bela diri Indonesia juga gak kalah sama seni bela diri negara-negara sekelas Brazil, China dan Thailand. The Raid ini ingin menjadi momentum untuk mengembalikan trust pada film Indonesia, karena sudah saatnya film Indonesia bangun dari tidur panjangnya. “The Raid” tuh seolah bilang, “Bilang film Indonesia gak mutu? Ngomong sama tembok!”.
Lagipula, meskipun full brutal, tapi gua bisa kok narik makna, buat rajin sholat and kalo punya kemauan harus didasari tekad yang kuat, biar jatohnya bisa! Nonton film ini harus lebih dari sekali biar lu bisa tarik maknanya.
This movie is a legend, a full throttle of adrenaline, brilliant,  very awesome, all out action movie and more than amazing . must see… dan ketika menonton, nontonnya jangan dipikirkan tapi di nikmati. Kerrreeennnn parah sampe gila daaahhhh! LOVE THE BLOOD! LOVE THE SCRIPT! LOVE THE CASTS! and LOOOVVVVVVEEEEEEEEEEEEEEEEE INNNDOOOOONEEESSIIIIAAAA....
Rasanya pengen nonton untuk ke 4 kalinya, kalau tidak, saya menggilaaaa… :D
film ini super ueedddaaannnn. Karena film ini tuh ramuan antara rasa penasaran penonton dan pay-off atas rasa penasaran tersebut.  “The Raid” juga bukan cuma soal film tapi pengalaman bereaksi dan mengapresiasi bersama penonton yg lain. Kayaknya densus 88 dan Polri harus nonton bareng film ini nih :D. film Indonesia sangat layak juga masuk sejarah perfilman dunia, kata siapa orang Indonesia gak mampu bikin film bagus? “The Raid” buktinya. Optimis kita masuk jajaran film elit dunia? Gimana nggak, yang mau di angkat ke Hollywood bukan Cuma “The Raid”, “Laskar Pelangi” juga konon kabarnya iya.
Hahahaha, bangga bangettt daaahhhh!!!!

"The Raid" - Kehendak Lain Tuhan, yang Membuat Film Ini Mendunia


Scane, adegan and percakapan di “The Raid” yang gak bisa dilupain gitu aja, diantaranya:

*        Tama                      : Ngapain kamu bawa-bawa mayat?
Andi                        : Sudah gua bilang bukan dia orangnya!
Mat Dog                : ( pelanga-plongo, ekspresi antara marah, takut dan malu )

*        Tama                      : Selamat bekerja dan jangan lupa bersenang-senang ( licik, khas mafia kelas kakap)

*        Tama                      : Salah saya apa pak Polisi? ( dengan wajah seolah polos tanpa dosa, seperti koruptor negeri ini )

*        Monolog saat Tama menghadapi bahaya besar di apatemen itu ( Ray Sahetapy cocok banget menanin Tama, mafia kelas wahid berdarah dingin).

*        Adegan ketika Rama menyembunyikan temannya yang sedang sekarat di sebuah ruangan kecil, si Ambon berujar : “Kamu jangan tipu-tipu eee, saya tidak punya waktu buat orang tipu-tipu, kalau aku muak, aku menggila”( satu bisokop tertawa )… lalu adegan berikutnya, adegan tusuk-tusukan ke dinding, si Iko kena pipinya ( langsung tegang+gregetan+ngeri).

*        Slow motion ketika tim SWAT ketahuan dan diberondong tembakan.

*        ketika kita Melihat Rama berlaga penuh kebranian, ahhh, rasanya seperti melihat “Jacky Chan” versi Indonesia.

*        Saat Tama melakukan adegan sadis eksekusi head shoot dari jarak dekat.

*        Adegan Letnan Wahyu tembak kepala anak buahnya, Tama bilang: “Luarrrrr Biasaaaa!”

*        Saat Sersan Jaka yang beradu argument dengan Letnan Wahyu ditengah situasi terjepit antara hidup dan mati.

*        Saat anggota Tim ditembak penjahat dan kacamata yang dipakainya langsung pecah tertembak.

*        Adegan saat Rama melumpuhkan dengan membenturkan kepala si penjahat itu ke lampu yang menempel kemudian dibenturkan lagi ke dinding dengan efek yang dahsyat.

*        Scene fight Sersan Jaka vs Mat Dog

*        Adegan Rama duel sama Machete Cs kemudian terserempet Machete.

*        Adegan saat Mat Dog bertempur dengan sersan Jaka (dalam dunia nyata, Joe Taslim ato sersan Jaka adalah atlet Judo, yang pernah meraih medali perak di SEA Games 2007), Silat vs Judo, semua ketawa pas Mat Dog buka baju, padahal adegan ini menegangkan sebelum dan sesudahnya.

*        dalam “The Raid” pun kita tak bisa melupakan begitu saja anak buah Tama dengan wajah khas daerah Timor yang memiliki watak bengis, kejam dengan power yang kuat ( dia Godfred Orindeod, praktisi tarung drajat asal NTT yang sempat berlaga di PON dan mengharumkan nama Jawa Timur ).

*        Adegan Rama dan Andi yang berjibaku melawan Mat Dog. Sangat bertenaga, bikin gregetan dan gokil. Mat Dog itu bikin gua pengen jitak,udah di tencep bohlam, gk mati juga.

*        Dan, ketika semua adegan rampung, semua ngasih applause.

*        Dll, mending nonton biar tau betapa kerennya film ini.
Cerita “The Raid” yang mendunia, bermula ketika Om Gareth mengirimkan 5 adegan filmnya, sebelum filmnya selesai ke Cannes Film Festival di Prancis. Namun apa daya, The Raid tak berhasil lolos. Tapi Tuhan berkehendak lain, ternyata, salah satu pihak Sony Pictures Classic melihatnya dan terkesima. Setelah itu, kejadian berikutnya seperti fairytale, “The Raid” dipuji di berbagai ajang perfilman besar, baik di luar ataupun di dalam negeri ( di dalam negeri cuma di iNAFFF aja deh kayaknya ).
Awal ketika gua diajak menonton “The Raid” oleh temen gua, gua bertanya-tanya dalam hati “Bener nih film Indonesia?” pertanyaan itu keluar begitu saja, saking takjubnya. Ada rasa bangga yang tiba-tiba membuncah kepermukaan setelah menonton film ini. Bangga kalau ternyata apa yang gua impiin dari dulu kini terealisasi. Film Indonesia, tidak hanya di lirik tapi ditonton dunia. Sebenernya cukup banyak film-film Indonesia yang membuat gua bangga, seperti : Laskar Pelangi ( yang juga konon mau diangkat ke Hollywood ), Merah-Putih, dll. Namun rasanya, “The Raid” lah puncak kebanggaan gua.
Di film ini, Om Gareth seperti tak pernah kehabisan cara untuk menikam, memukul bahkan membunuh dengan cara yang sadis. Kita dibuat tidak peduli pada pengembangan karakter, karena kita terfokus pada keindahan tangan dan kaki. Tak banyak kata, karena yang lebih banyak bicara adalah tangan dan kaki. Dan adegan demi adegan, Terlihat begitu realistis dan alamiah. Bahkan kadang sebagian orang merasa takut jika film ini bisa mempengaruhi orang yang menontonnya. Ya, film ini memang seperti parade kekerasan tak berkesudahan, sedang penghargaan terhadap dimensi manusia, makna dan moralitas dilupakan begitu saja! Tapi ah, aku yakin, plot yang super sederhana ini memiliki pengejawantahannya sendiri. Yap, tergantung dari sisi mana kita melihatnya, buktinya gua bisa kok narik makna dari film ini. 
Dan harusnya kita berterima kasih pada film ini,  karena film ini, Silat bisa jadi potensi Sport Tourism yang popular dan menjadi nilai jual tersendiri untuk bangsa Indonesia setelah selancar, paralayang, arung jeram, golf, dll. Seperti Kung-Fu asal China, Muang-Thai asal Thailand, atau Capoeira asal Brazil. Bagaimana tidak, disadari atau tidak setelah menonton film ini, orang-orang luar sepertinya akan bertanya-tanya apa itu pencak silat dan ingin tahu lebih banyak tentang itu. Hebat bukan? semuanya berkat totalitas orang-orang yang ada di film ini, dengan tulus mereka ingin berkontribusi untuk memajukan film Indonesia.
Tugas kita sebagai bangsa Indonesia, ya mendukung, meski hanya dengan kata-kata semangat. karena gua yakin “The Raid” akan bisa memicu hadirnya film-film baru Indonesia yang berkualitas yang gua harap gak latah.
“The Raid’’ itu seperti obat bius yang mampu membius mata, jiwa, hati, pikiran dan segalanya ketika kita menontonnya. Bahkan kelaparan sampai bernafas saja kita lupakan begitu saja. “The Raid” itu Hype dan nyata. Hmmm, Unik bukan?
Tapi sumpah film ini bikin gua bertaya-tanya setelah liat thriller “Berandal” dibawah ini,
Penyerbuan Tim SWAT ini sepertinya penyerbuan yang gak dibekali surat tugas resmi, gak ada back-up dan gak diketahui oleh markas/ petinggi kepolisian. Akankah ini berimbas pada Rama? Kenapa di thriller itu Rama kayak pake baju tahanan, terus kayak di kantor polisi? Apa in gara-gara penyerbuan itu. Sumpah dah penasaran banget.  Apalagi gua tau kualitas Om gareth, dulu, merantau keeerrreeennn, pas ada “ The Raid” ternyata “The Raid” 20x jauh lebih keren dari Merantau. Dan Berandal? Ahhh, kita tunggu… :D berharap 20x jauh lebih keren dari “ The Raid”. Jangankan 20x. 2x lebih keren aja, pasti udah jadi film action terbaik dunia. :D

Friday, 30 March 2012

"The Raid" : Kekerasan Yang Vulgar namun Eksotis

Menurut Arie Sugantoro sang produser, awalnya “The Raid” akan diedarkan di Indonesia dengan judul “Serbuan Maut”. Namun dengan berbagai pertimbangan, akhirnya mereka memutuskan menggunakan judul yang sama dengan versi internasional yang kemudian di Amerika ditambahkan namanya jadi“The Raid: Redemption”.

“The Raid” memang punya plot yang super sederhana, tapi memiliki makna dan isi yang luar biasa ( coba nonton gak Cuma sekali, ato yang versi amerika ). Ya, dari awal kita memang sudah bisa menebak bagaimana ending ceritanya. Tapi, sungguh adegan demi adegan di film ini tuh “Indah”. Gua dibuat terpana, terlena, takut, kaget, cemas, lucu, gregetan, dll. “The Raid”mengocok, mengaduk, mencampur baurkan perasaan begitu saja tanpa rekayasa.
Gua sebenernya gak terlalu suka sama film yang berbau kekerasan, perkelahian dan semacamnya, but “The Raid” pengecualian. Karena darah yang muncrat dan baku hantamnya terlihat sangat eksotis dalam pandangan. Adegan silat yang gua tau terkesan rumit dan sulit, dibuat menjadi tontonan yang siapapun melihatnya pasti terpesona.
Om Gareth menyajikan sesuatu yang berbeda, tidak hanya untuk film ini, tapi juga untuk perfilman Indonesia bahkan dunia. Kekerasan di tampilkan secara vulgar, dan ke-vulgar-an itulah yang membuat gua dan bahkan hampir 98% penonton berdecak kagum dan tak segan bertepuk tangan untuknya.
Menonton “The Raid” seperti bermain sebuah game peperangan, saat level satu berhasil diselesaikan, kita tak tahu apa yang akan terjadi di level 2, tapi sepertinya kita tahu bahwa rintangan di depan lebih berat dan lebih menegangkan. Sajian demi sajian, adegan demi adegan, benar-benar tampak berbeda dan menegangkan. Tidak Cuma buat gua, tapi juga buat orang-orang dibawah ini :

*        Larnel Stovall ( Koreografer Mortal Kombat ) bilang , menonton “The Raid”, mendengar penonton bersorak dan merasa ngeri pada kebrutalan beberapa perkelahian adalah pengalaman yang hebat”

*        Scott Adkins pemain “Undisputed II : Las Man Standing” dan “Undisputed III : Redemption” berujar bahwa : film “The Raid” adalah film action terbaik yang pernah dia lihat setelah “The Matrix”, film ini benar-benar hidup”

*        Peter Sciretta dari Slash memuji “The Raid” sebagai film aksi terrbaik yang pernah ia lihat dalam beberapa tahun.

*        Pendapat senada mengemuka juga oleh Alex Billington (First Showing). Dia bilang, "Ini benar-benar adalah salah satu film action terbaik yang pernah kulihat dalam beberapa tahun."

*        Brad Miska (Bloddy Disgusting) juga memuji “The Raid”. “Ini adalah film action terbaik yang pernah dirakit, energy tertinggi yang pernah ada di film layar lebar” katanya.

*        “Ini dia 9 dari 10 bintang!” puji Tim Hannigan (Horror Movies) untuk film ini.

*        The Hollywood Reporter menilainya, "tidak mendapatkan film laga dengan kekerasan ultra yang jauh lebih menarik dari film Indonesia ini!”

*        Kritikus film Andrew Parker menyatakan, "The Raid mencapai kesempurnaan film laga!” dia bahkan memberikan 5 bintang dari 5 bintangnya.

*        Anton Sirius (Aint It Cool) menyatakan, "The Raid menampilkan dasar yang mungkin anda inginkan ketika anda pergi menonton film aksi”

*        James Rochi (MSN Movies) menyatakan, The Raid menyamai Die Hard.

*        Bahkan, Drew McWeeny (Hit Fix) tanpa ragu memujinya sebagai film laga yang nyaris sempurna.

*        Situs aggregator kritik film Rotten Tomatoes memberi sertifikat “segar” dengan skor 88%, 4 dari 5 bintang. Dia bilang: “The best movie I saw this weekend was: The Raid: Redemption. The Hunger Games was good. #TheRaid was MAGNIFICENT”.

*        Stephen Whitty (Newark Star-Ledger) bilang bahwa seluruh hal di film ini begitu jelas.

*        Liam Lacey  (Globe and Mail ) menyatakan bahwa “The Raid: Redemtion” terasa seperti film action yang disuling untuk esensi ( hakikatnya) setelah terlalu banyak tontonan Hollywood. 

*        Lou Lumenick (New York Post ) juga memuji dengan menyatakan aksi ini brutal, berdarah-darah dan hampir  membuat andrenaline terpicu tanpa henti.

*        David Lewis (San Francisco Chronicle ) bilang “film ini membuat sesak, sangat keras dan menyenangkan”

*        Scott Bowles ( USA Today ) memuji juga dengan menyatakan “The Raid” adalah film tahun ini yang paling turbo-charged film. Seni bela diri orang Indonesia yang mengangkat kekerasan namun memberikan karakter modern pada pandangan dunia

*        Mark Jenkins ( NPR ) menyatakan bahwa “Film ini energy yang menggelegar, bukan hanya kumpulan momen berdarah!”

*        Joe Neumaier (New York Daily News ) bilang menonton film Ini melelahkan ( terpicu terus ) tapi menyenangkan.

*        Michael Phillips (Chicago Tribune ) I love that a film this gory secured the same Motion Picture Association of America rating as "The King's Speech."

*        Peter Howell ( Toronto Star ) ini gelombang adrenalin yang menghubungkan protagonist dan cerita yang kuat untuk mengembangkan seni bela diri tradisional Indonesia (silat). Ini bisnis yang baik.

*        Ernest Hardy  (Village Voice ) bergerak cepat, penuh dengan game-changing sekuens laga yang memiliki kualitas ( kebrutalan yang indah). Gareth Evans membuat seni bela diri ( silat ) dalam “The Raid” ini hidup dan membuat orang bersemangat menyebarkan virus ( Silat) itu.

*        Robert Koehler ( Variety ) said  “It's easy to forget the story altogether in the sheer rush of Rama's fight to the top floor; instead, viewers will wonder how the amazing battle that just ended could possibly be topped. But it is, again and again”.
Gimana? Setelah baca komen-komen diatas? Masih ngerasa “The Raid” biasa aja? Gak mutu? Film ini juga sebenarnya hanya rencana cadangan saat pertama kali Om Gareth memutuskan untuk membuat film kedua ( Brandal ) setelah “Merantau”. Ia sebenarnya ingin membuat film yang bujetnya lebih besar dari “Merantau” dan film yang benar-benar berbeda. Namun karena krisis financial yang mendera perfilman Indonesia kala itu, dia memikirkan bagaimana mencari uang dalam waktu 1 ½ tahun. Tapi ternyata tak bisa, pikirannya mentok, mengumpulan uang dalam jumlah yang sangat besar tidak semudah mengumpulkan pengangguran. Tapi, ia tak mau membuat film dengan bujet terbatas dan setengah-setengah karena takut akan kehilangan ruang lingkup dan ukuran yang mereka inginkan dari film itu sesungguhnya, dia tak mau mengorbankan kualitas film itu sendiri. Akhirnya dibuatlah rencana kedua yaitu “The Raid” yang lokasinya hanya dalam sebuah bangunan demi menghemat  biaya produksi. Selain itu Om Gareth juga merasa harus mempromosikan seni bela diri silat di kancah Internasional lewat film-filmnya. Dan sepertinya niat itu tercapai, karena respon dari masyarakat Internasional juga luar biasa. Hebat yah, rencana kedua saja bisa sekeren ini, apalagi “Berandal”? ah, tak sabar rasanya menanti “Berandal”.