Beberapa minggu berlalu
setelah kenayataan itu terkuak. Ahhhh, kelas jadi semakin bising dan tak
nyaman.
Tak ada yang mau dekat
dengan Benua kecuali Bianca, namun Benua menjaga jarak dengan Bianca.
Belum lagi Belden yang
sekarang selalu memprotectnya. Ahhhh, membuat kepalanya sakit saja.
Teman-temanya kini
mempunyai kebiasaan baru, yaitu berbicara dibelakang. Yap, membicarakan
keangkuhan Bianca menolak Borneo dan ke-gay-an Benua.
Biancapun mengakui
perasaannya sakit karena mengetahui Benua tak mencintainya, tapi dia rasa rasa
sakitnya tak seberapa jika dibanding rasa sakit yang Benua alami sekarang.
Ya, kasihan benua,
bahkan Borneopun kini tak mau dekat dengannya, meski hanya sekedar bertegus
sapa. Ah, pasti sakit sekali rasanya jadi Benua. Sudah cintanya bertepuk
sebelah tangan, ia tidak diterima dunia dan lingkungannya.
Dan mungkin karena
tekanan dari berbagai pihak inilah yang membuat Benua tidak masuk sekolah
beberapa hari ini, tak ada yang tau dan tak ada yang mau tau keadaan Benua
selain Bianca. Bianca sempat menghubungi Benua bahkan mendatangi rumah Benua
beberapa kali, namun hasilnya selalu nihil. Benua tak pernah mengaktifkan
hpnya, Benuapun tak pernah ada dirumah. Dan
Bianca tidak bisa membiarkan semuanya terus-terusan begini, ia tak mau Cuma karena
teman-teman tidak menerimanya, masa depan Benua jadi taruhannya.
Saat jam istirahat tiba,
Bianca meminta teman-temannya untuk tidak meninggalkan kelas dulu. Bianca
berdiri didepan kelas penuh wibawa.
“Kalian masih inget kan
sebelum “kejadian” itu, kelas kita terkenal kompak. Tapi? Gua ngerasa asing
sama kalian, sekarang satu sama lain saling jaga jarak, grup-grupan dan
terkesan masa bodoh satu sama lain. Dan gua ngerasa gak nyaman sama keadaan
ini, gua yakin kalian juga gitu kan?”
Anak-anak terdiam,
menunduk dan menyadari apa yang Bianca katakana memang sangat benar.
“Gua sedih tau, saat
kalianjuga ikut-ikutan musuhin gua, gua sedih karena cuma sedikit yang respect
dan mengerti gua! gua heran sama orang-orang yang ganggep keputusan gua nolak Borneo
bikin mereka dan kalian benci gua! apa salah gua nolak orang yang gak gua cintain?
Dan Benua? Kalo dia dikasih pilihan sama Tuhan, gua yakin dia juga gak mau jadi
Gay. Masalah ini bener-bener berat buat dia, harusnya sebagai sahabat kita
ngedukung dia bukan malah ikut-ikutan menjugde dia salah dan makin memperburuk
keadaan dengan menjauhi dia! Jujur, gua emag gak suka suasana kelas yang bising
sebelum “kejadian” itu, tapi gua lebih gak suka sama keadaan sekarang. Nanti pulang
ekolah, gua mau kerumah Benua, gua harap kalian bisa ikut buat support dia,
ngasih dukungan secara moril dan memandang dia sebagai seorang sahabat, bukan
gay!”
Bianca menyapu kelas
dengan tatapan sekilas, “Gua harap, kita bisa kayak dulu lagi!” serunya penuh
harap.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment