Pages

Monday, 16 January 2012

Only You #21


Semenjak Belden tau bahwa Bianca dan Benua ternyata tak menjalin hubungan apapun, Belden kembali kesisi Bianca, namun suasanya jadi agak berbeda, Belden tak seperti yang Bianca kenal dulu, Belden aneh, ia sekarang terlalu mengatur Bianca, dan hubungan Bianca dengan Belden terasa hambar.
“Kenapa sih lu harus repot-repot ngurusin orang lain? Padahal lu juga kan lagi banyak masalah, banyak orang yang benci lu!”
Bianca menatap Belden, “Lu tuh kayak orang asing, Den! Lu kayak baru kenal gua sehari dua hari!” Bianca menghela nafas, “Punya banyak masalah bukan berarti kita kita diem aja liat sahabat kita yang lagi susah kan!”
“Terus, apa lu masih suka Benua setelah lu tau Benua itu gay?”
Bianca kaget dengan pertanyaan Belden barusan, ia tak menyangka Belden atau siapapun akan mengajukan pertanyaan itu. Tapi ia mencoba menyembunyikan keterkejutannya, ia tak mau orang-orang sampai tahu perasaannya yang begitu sakit karena terang-terangan Benua menolaknya dan lebih memilih di zona tidak aman karena mencintai orang yang salah.
“Kalo lu gak mau ngaterin gua, mending berenti deh!” Seru Bianca mengalihkan pembicaraan.
Belden menatap Bianca, “Gua Cuma gak maul u terlalu berharap karena jatohnya nanti sakit!”
Bianca menyipitkan matanya, membalas tatapan Belden tak kalah tajam, “AAAAAiiiiiiiiihhhhh, dimana-mana jatoh ya sakit dodol!” Seru Bianca sambil mentoyor kepala Belden.
Belden tersenyum, “Eh Bi, lu pernah gak berfikir ada orang yang mencintai lu lebih dari apapun termasuk dirinya sendiri?” Belden coba memancing.
“Gua gak mau berandai-andai ah! Tapi, kayaknya sih ada!”
“Yakin? Siapa?”
Bianca tersenyum, “Satu kelas juga tau siapa orang yang mau ngorbanin apapun demi gua!”
“Lu tau?” Belden merasa disambut.
“Bianca mengangguk, “Iya, tuh si Borneo, dia kan udah gua tolak, tapi tetep baik sama gua!”
Damn, hati Belden terasa terganjal sebuah batu.
“Kenapa emangnya?” Tanya Bianca polos.
“Lupakan!” jawab Belden sinis.
“Dih, lagi dapet ya? Sensi bener!”
Belden mengerem mendadak mobilnya, membuat dahi Bianca terpentok kaca, “Lu kenapa sih?”
“Lu pernah gak berfikir naksir gua?” tanya belden serius.
“Lelucon macam apa itu? Hahahahah…. Lu tuh temen terbaik gua dan selamanya akan kayak gitu!” Bianca mengacak rambut Belden, “Oh, iya, gua juga gak suka brondong!” Bianca tersenyum. “Kenapa emangnya? Lu naksir gua juga?” Goda Bianca.
Tak ada jawaban, Belden kembali menancap gas mobilnya tanpa separtah katapun keluar dari mulutnya.
Bianca hanya menatap Belden heran. Hmmm, apa ini karena kisah cintanya yang gak berjalan mulus. Tapi kenapa Bianca yang jadi sasaran? Hmmmm, cinta memang aneeeh!.


<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment