Pages

Friday, 6 January 2012

Only You #14


Karena beberapa kali Bianca mendapat nilai jelek disetiap ulangan fisika. Pak Bari menyuruh Benua membantunya belajar supaya saat ulangan lusa, nilai Bianca mampu memenuhi standar.
Hmmm, sebenarnya ini hal memalukan yang harusnya tidak terjadi, tapi, disisi lain, bukankah ini momen yang ia tunggu. Yap berdua bersama Benua, melihat senyum dan tawa benua lebih dekat dan lebih dekat lagi.
Lamunan Bianca buyar ketika Benua menyodorkan soal-soal Fisika kepadanya, “Nih, coba yang ini!”
Bianca nyengir kuda, kemudian menggeleng… “Gua gak bisa!”
“Dicoba dulu, nanti kalo bener-bener gak bisa aku bantu!”
Bianca mengangguk sok yakin, ia menerima buku tulis berisi soal-soal itu engan amat serius ia mulai mengotret, mulai berfikir dan sepertinya benar-benar memutar otaknya.
“Tadaaaaaaaa! Selesai…..!!!” Bianca tersenyum kemudian menyodorkan buku tulisannya pada Benua.
Benua melotot karena soal-soal itu telah berubah dan berganti dengan coretan benang kusut Bianca. Benua menatap Bianca, tatapan itu seolah mengatakan, “Penyelesaian macam apa ini?”
Bianca tersenyum, “Otak gua bener-bener blank! Penyelesaian yang ada diotak gua ya Cuma itu!”
Benua tak bisa menyembunyikan kejengkelannya, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Bianca “Apa ini yang kamu lakukan kalo pelajaran fisika?”
Bianca mengangguk sedikit ketakutan.
“Hmmmmmmm, gila!” Benua tersenyum, dan itu membuat Bianca lega.
Bianca baru sadar wajah keduanya begitu dekat, debaran itu m uncul lagi, Bianca tak mampu mengendalikan perasaannya, ia tak tahu harus bagaimana, ia gugup. Ia menutup matanya dan ia hanya bisa mendengar desah nafas Benua yan lembut namun membuat jantungnya makin tak karuan.
Benua mengelus rambut Bianca, kemudian memegang dagu Bianca, Benua makin mendekatkan Bibirnya dengan bibir Bianca.
“Bi!” Suara itu mengagetkan keduanya. Bianca dan Benua refkels menorah kea rah datangnya suara itu.
Belden, ternyata Belden yang dating.
“Ka.. kalian mau ngapain?”
Keduanya gugup, Belden menatap Benua, ada sesuatu yang gak beres yang ia cium. Melihat mereka dengan posisi yang dapat membuat semua orang salah paham membuat Belden merasa sakit.
“Balik yuk, Bi!”
“Ta… Ta… Tapi gua mesti belajar sama Benua!”
Belden menatap Benua lagi, dengan tatapan lebih tajam. Bianca tak suka melihatnya. “Yaudah yuk, balik!” Bianca berlalu meninggalkan ruangan kelas.
“Kalo lu mainin Bianca, awas lu!” Ancam Belden sambil menunjuk-nunjuk Benua. Kemudian berlalu meninggalkan Benua.
Benua tersenyum, “Tenang Den, semuanya baru dimulai!”


<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment