Karena
beberapa kali Bianca mendapat nilai jelek disetiap ulangan fisika. Pak Bari
menyuruh Benua membantunya belajar supaya saat ulangan lusa, nilai Bianca mampu
memenuhi standar.
Hmmm,
sebenarnya ini hal memalukan yang harusnya tidak terjadi, tapi, disisi lain,
bukankah ini momen yang ia tunggu. Yap berdua bersama Benua, melihat senyum dan
tawa benua lebih dekat dan lebih dekat lagi.
Lamunan
Bianca buyar ketika Benua menyodorkan soal-soal Fisika kepadanya, “Nih, coba
yang ini!”
Bianca
nyengir kuda, kemudian menggeleng… “Gua gak bisa!”
“Dicoba
dulu, nanti kalo bener-bener gak bisa aku bantu!”
Bianca
mengangguk sok yakin, ia menerima buku tulis berisi soal-soal itu engan amat
serius ia mulai mengotret, mulai berfikir dan sepertinya benar-benar memutar
otaknya.
“Tadaaaaaaaa!
Selesai…..!!!” Bianca tersenyum kemudian menyodorkan buku tulisannya pada
Benua.
Benua
melotot karena soal-soal itu telah berubah dan berganti dengan coretan benang
kusut Bianca. Benua menatap Bianca, tatapan itu seolah mengatakan, “Penyelesaian
macam apa ini?”
Bianca
tersenyum, “Otak gua bener-bener blank! Penyelesaian yang ada diotak gua ya Cuma
itu!”
Benua
tak bisa menyembunyikan kejengkelannya, ia mendekatkan wajahnya pada wajah
Bianca “Apa ini yang kamu lakukan kalo pelajaran fisika?”
Bianca
mengangguk sedikit ketakutan.
“Hmmmmmmm,
gila!” Benua tersenyum, dan itu membuat Bianca lega.
Bianca
baru sadar wajah keduanya begitu dekat, debaran itu m uncul lagi, Bianca tak
mampu mengendalikan perasaannya, ia tak tahu harus bagaimana, ia gugup. Ia menutup
matanya dan ia hanya bisa mendengar desah nafas Benua yan lembut namun membuat
jantungnya makin tak karuan.
Benua
mengelus rambut Bianca, kemudian memegang dagu Bianca, Benua makin mendekatkan Bibirnya
dengan bibir Bianca.
“Bi!”
Suara itu mengagetkan keduanya. Bianca dan Benua refkels menorah kea rah datangnya
suara itu.
Belden,
ternyata Belden yang dating.
“Ka..
kalian mau ngapain?”
Keduanya
gugup, Belden menatap Benua, ada sesuatu yang gak beres yang ia cium. Melihat mereka
dengan posisi yang dapat membuat semua orang salah paham membuat Belden merasa
sakit.
“Balik
yuk, Bi!”
“Ta…
Ta… Tapi gua mesti belajar sama Benua!”
Belden
menatap Benua lagi, dengan tatapan lebih tajam. Bianca tak suka melihatnya. “Yaudah
yuk, balik!” Bianca berlalu meninggalkan ruangan kelas.
“Kalo
lu mainin Bianca, awas lu!” Ancam Belden sambil menunjuk-nunjuk Benua. Kemudian
berlalu meninggalkan Benua.
Benua
tersenyum, “Tenang Den, semuanya baru dimulai!”
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment