Pages

Wednesday 18 January 2012

Only You #23


Belden menyenggol bahu sahabatnya dan dengan bahasa matanya, dia seakan menyuruh Bianca untuk tidak melamun lagi. Ya, setelah ditinggal pergi Benua, Bianca memang lebih sering menghabiskan waktunya untuk melamun.
“Sudah saatnya lu ngelupain dia dan pacaran sama gua!” Seru Belden penuh percaya diri.
Bianca menyipitkan matanya,
“Wajah gua emang gak seoriental Benua, gua juga gak berlesung pipit. Tapi, kalo dibandingin sih, gantengan juga gua!”
“Hmmm, PD banget!”
“Fakta non, fans gua banyak, nah Benua, Cuma lu doang!”
“Orang-orang kan cuma liat lu dari luarnya, mereka gak tau lu itu sebenernya cowok rapuh, egois, tukang kentut, tukang ngorok….!”
Belum sempat Bianca melanjutkan kata-katanya, Belden sudah lebih dulu membekap mulutnya. “Please cukup!” Serunya jelas tidak bahagia, ah, sepertinya Bianca mengingat betul semua kekurangannya. “Jelek banget ya, gua dimata lu?”
Bianca mengangguk mantap. “Banget!”
“Terus sampe kapan lu bakalan kayak gini? Tenggelam dalam cinta yang jelas-jelas cowok itu gak mau sama lu!”
Bianca mengangkat bahu, “Entahlah, gua juga gak tau!” ia menghela nafas, ia tak mampu menyembunyikan rasa sedihnya.
Belden memeluk Bianca, “Bi, bisa kan sekali aja lu liat gua sebagai lelaki!”
Bianca mengerutkan kening, ia berusaha melepaskan pelukan Belden, namun bukannya melepaskan, Belden malah memeluknya makin erat.
“Den, apa-apaan sih lu? becandaan kayak gini, gak lucu tau!”
Belden merasakan kehagatan menjalar diseluruh tubuhnya, ia merasa inilah saat yang tepat untuk menuangkan perasaannya.
“Bi, lu tau, lu paling berharga dalam hidup gua! lu adalah alasan gua untuk hidup. Gua suka lu sejak orang tua gua bercerai, lu yang ngasih gua kekuatan, lu yang bikin gua nerima kenyataan, lu juga yang bikin gua masuk kelas akselerasi yang hampir bikin gua gila karena belajar sangat keras supaya gua bisa seangkatan sama lu. lu alas an gua selalu bersikap dewasa, and cool karena gua ingin lu ngeliat gua sebagai seorang cowok yang bisa ngelindungin dan selalu ada buat lu. apa yang gua lakuin semuanya buat lu, tapi gua ngerasa, makin kesini lu makin asing, lu makin jauh sama gua. Dan gua gak bisa biarin itu, gua ingin lu hanya jadi milik gua. Lu mau kan jadi cewek gua?”
Bianca tak pernah berharap ada hari ini, ia benar-benar menganggap Belden sahabatnya dan ia sama sekali tak pernah berfikir bahwa Belden mencintainya. Ia bingung, semuanya jadi terasa aneh. Ia menatap mata Belden, ia harap itu hanya lelucon, tapi tak sedikitpun terlihat keraguan dimata indah itu. “Sumpah Den, bilang sama gua lu lagi pura-pura, lu lagi ngerjain gua!”
“Gua gak pernah becanda soal perasaan, pertanyaan gua serius. Lu mau kan jadi pacar gua? Jadi pendamping hidup gua sampe mati?”
“Sumpah Den, ini bener-bener mengejutkan gua! gua gak pernah berfikir ke arah situ, karena gua sama sekali gak pernah berharap lu suka sama gua, karena gua udah nyaman sama hubungan kita yang udah kayak kakak adik gini!”
“Please Bi, kasih gua kesempatan, lihat gua sebagai seorang laki-laki yang mencintai lu!”
“Gua gak bisa Den, karena sampe kapanpun dihati gua, lu tuh tetep sobat gua!”
“Kalo gitu, gua berenti jadi sobat lu!” Seru Belden sambil mendorong Bianca ke tembok, “Gua berenti jadi sobat lu dan sekarang gua ingin lu pandang sebagai seorang laki-laki!” Seru Belden kemudian mengecup bibir Bianca, Bianca mendorong badan Belden menjauh sebelum Belden bertindak semakin jauh lalu menamparnya, “Gila!!!” serunya sebelum berlalu meninggalkan Belden.
“Gua gila karena lu Bi!” seru Belden penuh amarah… “Aaaaarrrrrrrgggghhhhhhh!” serunya kemudian menendang meja. Menuangkan kekesalannya.


<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment