Pages

Tuesday, 10 January 2012

Only You #18



Entahlah apa yang terjadi kemarin malam, Bianca tak tahu pasti. yang jelas baik Bunga ataupun Belden sama-sama terlihat tak besemangat. Hmmm, bukankah mereka saling mencintai? Kenapa setelah pertemuan semalam semuanya jadi serba sulit. Dan kenapa kejadian semalam berimbas juga pada Bianca, kenapa keduanya seolah butuh waktu untuk bicara dengannya. Ada apa sebenarnya? Bahkan Belden sampai tega membiarkan Bianca pulang sendiri. Ya Tuhan kenapa semuanya jadi semakin sulit seperti sekarang?
Bianca berjalan menyusuri koridor sendiri, hmmm, rasanya sedikit kesepian. Tak ada yang menemaninya saat ini.
“Hooooyyyy!” Benua memegang Bahu Bianca.
Bianca menorah, “Eh lu Ben! Belum pulang?”
“Ini baru mau, btw, kamu gak pulang bareng Belden?”
Bianca mengangkat bahu, “Hmmm, entahlah… orang-orang kayaknya lagi pada sensitive!”
“Mau gua anterin?”
“Mau banget kalo gak ngerepotin!”
Benua mengacak halus rambut Bianca, kemudian tersenyum manis. Ah, membuat nafas Bianca sesak saja.
Namun tiba-tiba…
Bukkkkkkkkkk... Belden datang dan langsung memukul perut Benua. Tidak hanya perut, Beldenpun menonjok Benua berkali-kali.
“Belden, apa-apaan sih lu!” Bianca menghalangi Belden.
“Dia!” Belden menunjuk Benua “Dia kan yang bikin lu ninggalin gua semalem!” serunya penuh amarah.
“Ninggalin?” Bianca mengerutkan kening, “Gua ngasih lu kesempatan buat lebih gdeket dan mengenal Bunga, lu suka Bunag kan?”
“Suka Bunga?”
“Perhatian lu, cara lu natap Bunga, udah ngebuktiin lu sayang sama Bunga. Gua sahabat lu, Den! Gua tau isi hati lu!”
“Tau isi hati gua? Ha!” Belden tertawa samar “Lu tau isi hati gua?”
Bianca mengangguk yakin.
“Nggak Bi, nggak! Lu gak tau!” Belden menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ikut gua!” Belden menarik lengan Bianca, namun Bianca melepaskannya dengan kasar.
Bianca malah mendekat kearah Benua, “Lu gak apa-apa Ben?”serunya yang kemudian memegang pipi Benua yang memar.Benua tersenyum, kemudian menggeleng.“Kita obatain luka lu di UKS!” Bianca meraih lengan Benua kemudian memapahnya berjalan menuju UKS dan meninggalkan Belden begitu saja.
Hati benar-benar hancur. Ia benar-benar takut memikirkan Bianca tak lagi disampingnya, ia takut Bianca meninggalkannya, menghempaskannya begitu saja. Ya, ia takut. Benar-benar takut.
Ia benar-benar tak bisa berhenti menatap Bianca, ia benar-benar menyukai Bianca. ia tak sanggup, ia benar-benar tak sanggup melihat Bianca bersama orang lain. Ia cemburu melihat Bianca bahagia dan menatap laki-laki lain selain dirinya. Bianca hanya miliknya. Ya, Bianca harus tetap jadi miliknya.
Benua menghentikan langkahnya, “Bi…!”
Bianca menatap Benua,
“Kesalahpahaman ini harus diakhiri!”
“Kesalahpahaman?” Bianca mengerutkan dahi.
“Sorry, Bi! Hmmm, sebenernya….!” Benua terlihat berat mengeluartkan kata-kata.
“Sebenernya apa?”
“Hmmmmmm, aku… aku… aku gak berharap orang-orang bisa memahami dan mengerti apalagi menerima aku, aku Cuma ingin mengungkapkan perasaannku!” Seru Benua gugup.
Deg! Jantung Bianca serasa berhenti berdetak. Hmmm, apenyataan cinta? Ya Tuhan mungkinkah? Mungkinkah Benua menyatakan cinta sekarang? Ya Tuhan ini benar-benar mengejutkan.
“Saat ini aku suka seseorang, dia baik hati, manis dan suka tersenyum!”
Wah, itu kan Bianca, Ya Tuhan! Bianca melebarkan senyumnya. Menyimak ucapan Benua dengan sangat antusias.
“Cara dia menatap dan memperlakukanku benar-benar membuat aku, membuat aku bahagia dan membuat jantungku mau copot rasnya!” tatapan mata Benua menerawang “Aku menyukainya, sejak pertama bertemu, aku menyukai semua tentang dia, aku suka senyumnya, aku suka sikapnya, aku suka cara dia berjalan, cara dia bicara, pokoknya semua tentang dia!” Benua menghela nafas panjang, “Namun dipikiran dia tak pernah ada aku!”
Tak pernah? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Bianca tidak memikirkan Benua? Ahh, Benua terlalu sok tau.
Bianca mengerutkan kening, Benua menatapnya, “Yang ada dipikiran dia Cuma kamu, Bi!”
Bianca? dia? Dia siapa? Berarti yang Benua ceritakan bukan Bianca? lalu, lalu dia siapa?
“Gua? Dia? Dia siapa?” Tanya Bianca penasaran, mulutnya sedikit bergetar, gugup.
Benua tersenyum, “Semakin aku memikirkannya, semakin aku merasa perasaan ini semakin rentan. Saat aku berusaha melupakannya, perasaan ini semakin menghantuiku, aku sadar, aku sadar bahwa perasaan ini seharusnya jadi perasaan yang tak boleh ada!”
Bianca makin mengerutkan keningnya “Perasaan yang tak boleh ada?”
Benua mengangguk, menghapus darah disekitar pangkal bibirnya, ia kemudian menghela nafas, “Aku, aku suka Borneo!” serunya sambil menunduk. “Aku… aku dekat dengan kamu cuma karena aku pengen Borneo sama kamu selese! Sorry Bi, Sorry bangeeettt!!! Gua juga gak mau perasaan ini ada, gua gak mau perasaan ini terus berkembang, tapi… tapi Tuhan berkehendak lain!”
Bianca benar-benar lemas. ia benar-benar tak tahu apa yang ia harus lakukan, ini benar-benar mengejutkan. Ya, sangat mengejutkan. Dadanya sesak. Bianca berpegangan pada dinding, ia tak mampu menopang tubuhnya ini benar-benar diluar dugaan. Ini benar-benar membuatnya shock.
“Bi!” Benua membantu menopang tubuh Bianca.
Bianca menatap Benua tajam, ia benar-benar tak menyangka orang yang dicintainya, yang selama ini baik padanya, mencintai orang lain, dan perasaannya tidak wajar. Bianca menangis. Bianca memeluk Benua. “Tega lu Ben!”
Benua serba salah, ia tahu rasanyanya cinta bertepuk sebelah tangan, ia tahu bagaimana sakitnya itu, ia tahu, ya, ia amat sangat tahu. “Sorry, Bi!”
Dari kejauhan Belden memperhatikan mereka, ia marah, ia marah karerna Bianca lebih memilih orang lain, ia marah karena nasib tak berpihak padanya, ia marah karena ia melihat Bianca lebih bahagia dengan orang lain. Ia marah.
Belden mengepalkan tangannya, mukanya merah penuh amarah. Menahan rasa sakit luar biasa. Ia benar-benar tak bisa terus begini, ia tak bisa melihat ini terus, ia tak bisa melepaskan Bianca, ia tak bisa, ya, ia tak bisa, gamang, semuanya gamang.
Ia tak tahu harus apa dan bagaimana, ia mungkin bisa membiarkan hari ini, tapi untuk kedepan, ia tak bisa. Bianca harus menjadi miliknya. Ya, hanya miliknya.
Ia harus mendapatkan Bianca, ya, mendapatkan Bianca dengan cara apapun. Harus!

 <><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment