Sedikit
demi sedikit Alana sudah mulai mampu beradaptasi dengan keadaan barunya. Meski
terasa sulit karena ia tak kunjung mendapatkan pekerjaan namun ia sudah lebih
bisa mengendalikan kesedihannya dan ia juga sudah tau bagaimana harusnya ia bersikap
menghadapi Arlon dan dunia yang kadang kejam kepadanya.
Ya,
sampai detik ini, Arlon masih mengganggu dan mengusik hidupnya. Ia memanfaatkan
kasih sayang Aila untuk terus dekat dengan Alana. Namun, Alana tetap bersikukuh
menghapus Arlon dari hidupnya, ia tak mau lagi bergantung pada orang yang
membuat ia asing pada dirinya sendiri. Mungkin ini tak semudah yang ia
bayangkan, namun ia yakin jalan yang ia pilih saat ini adalah yang terbaik. Ya,
ada rasa lega membuncah ketika ia berpisah dengan Arlon, Alana tak lagi
terkekang, ia merasa menjadi seekor binatang yang dilepaskan oleh sang majikan,
ia bebas, lepas dan tak lagi terbebani dengan perintah-perintah sang tuan yang
kadang tidak masuk Akal. Kini ia tak
lagi harus berpura-pura bersikap manis pada Arlon seperti peri baik hati.
Apa
yang Alana rasakan terkesan sedikit jahat memang jika dibandingkan dengan
bagaimana 11 tahun ini Arlon memperlakukannya. Tapi akh, bukannya dibelakang
Alana Arlon juga menjahatinya, menghianatinya dan melukai harga dirinya?
Rasa-rasanya rasa bahagia Alana setimpal dengan bagaimana Arlon
mengkhianatinya.
Alana
menghela nafas, ia menyimpan buku yang yang sedari tadi halaman perhalaman
terus dibuka, namun ia sama sekali tak membacanya karena pikiran Alana terbang
melayang tak tentu arah dan tujuan.
Iapun
merebahkan tubuhnya kemudian mulai memejamkan matanya. Namun, belum sempat
terlelap tiba-tiba ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka.
“Arlon?”
serunya terkejut ketika melihat Arlon ada dihadapannya sambil menggendong Aila.
Arlon
tersenyum sambil menurunkan Aila dari gendongannya, “Mama……!!!” Aila langsung
mendekap dan mengecup kening Alana.
Alana
berusaha mengontol keterkejutannya, ia tersenyum menatap Aila, “Sayang, kalo
mau masuk pintunya diketuk dulu ya!”
Aila
tersenyum, “Ma, papa bolehkan nginep disini?”
“Nginep?”
Aila
menggannguk, “Iya, nginep, udah lama papa gak nginep Aila kangen! Oh iya ma,
papa juga mau loh tidur sama Aila, boleh kan ma?”
Arlon?
Tidur dengan Aila? Ini pertama kalinya Arlon mau tidur bersama Aila. Sejak dulu
Aila selalu ingin tidur bersama Arlon, namun Arlon terkesan cuek dan tidak
mempedulikan permintaan Aila. Dann sekarang, Arlon mau tidur bersama Aila? Ini
mimpi Aila, Aila pasti sangat bahagia. dan Alana tak kuasa menolak permintaan
Aila.
“Tentu
boleh dong sayang!”
Aila
dan Arlon saling melempar senyum,
“Bener
ma?”
Alana
mengangguk. Ia mengenakan kacamatanya kembali “Biar kalian tidur disini, nanti
mama tidur sama bibi?”
Aila
mengerutkan kening, “Kenapa kita gak tidur bertiga aja? Mama lagi marahan sama
papa ya? Mama mau cerai ya sama papa?” Tanya Aila yang tak tahu apa-apa polos.
Raut mukanya terlihat begitu sedih.
“Cerai?
Kamu tau dari mana soal cerai sayang?” Tanya Alana sambil mengelus rambut Aila.
“Amel
temen Aila orang tuanya bercerai ma, kata dia, punya orang tua bercerai itu gak
enak dan bikini a menderita, ia diperlakukan seperti boneka, dua minggu ia
dipaksa untuk menginap dirumah papanya, dua minggu kemudian ia diharuskan
tinggal sama mamanya, dan Aila gak ingin kayak gitu! Meskipun papa jarang
banget mau deket sama Aila, tapi tiap hari liat papa kecup pipi mama, Aila udah
seneng banget!”
Alana
menatap Arlon. Arlon tersenyum padanya.
Arlon
berjongkok ikut mengelus rambut Aila, “Aila sayang, gak tidur satu kamar, bukan
berarti papa sama mama mau cerai!” Arlon menatap Alana, “Papa sayang sama mama,
papa hgak akan mungkin nyerain mama!”.
Aila
cemberut, “Seumur hidup Aila belum pernah tidur sama mama sama papa…! Aila
pengen deh sehari aja tidur sama kalian berdua!”
Arlon
tersenyum, “Buat anak papa yang cantik, Papa gak bisa nolak!” Arlon mengelus
rambut Aila penuh kasih sayang.
Alana
benar-benar tak percaya, Arlon bisa berubah sedrastis ini.
Aila
dan Arlon menatap Alana,
“Boleh
kan ma? Mama gak usah ke kamar bibi, nanti Aila janji, Aila grusak grusuk
tidurnya biar kasurnya gak sempit!”
Alana
tersenyum, ia mengelus pipi Aila. Tak ada pilihan lain selain mengiyakan, ia
tak mau merusak kebahagiaan Aila.
Meskipun
sudah memutuskan berpisah, tapi mereka masih punya kewajiban membesarkan Aila
selayaknya seperti anak-anak lainnya, Alana sama sekali tidak mau pertumbuhan
dan perkembangan Aila terganggu cuma gara-gara keegoisannya.
Alana
tidur dengan memunggungi Aila dan Arlon.
Aila
mendekap Alana erat, “Aila bahagia bangggeettt! Nanti kalo Aila ulang tahun,
Aila minta kita gini lagi ya…!” seru Aila penuh bahagia.
“Ini
sudah malam sayang, besok lagi ya bicaranya!” Seru Alana masih tetap tidur
dengan memunggungi mereka.
Arlon
mengelus rambut Alana, Alana menghempaskannya. Arlon menyimpan lengannya tepat
diatas lengan Aila yang sedang memeluk Alana, Aila kembali menghempaskannya.
Arlon
merasa sedih dan kecewa, karena Alana ternyata benar-benar mampu berpisah
dengannya.
≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈
Alana
merasa Ada yang memainkan Anak rambutnya dan mengecup rambutnya berkali-kali.
Alana
membuka matanya, ia lihat jari-jari Arlon sedang menyisiri rambut Alana. Ya,
sejak dulu Arlon memang senang memainkan anak rambut Alana. Namun sekarang
kondisinya berbeda, Arlon bukan siapa-siapa Alana lagi dan ia tak berhak
melakukan itu pada Alana.
Alana
berbalik, “ Berhentilah bersikap seperti anak kecil, hubungan kita sudah
berakhir, kamu tidak sepantasnya melakukan itu padaku!” Seru Alana penuh
penekanan.
“Kita
sudah punya hubungan sangat jauh, k arena itu aku tak bisa berbalik. Kamu
milikku dan selama akan menjadi milikku, kamu tak akan mampu hidup tanpa aku!”
Alana
tiba-tiba sadar Aila tidak ada dikasur, “Aila, mana Aila?” Serunya dengan mata
menelusuri seluruh ruangan, mencari-cari.
“Aku
pindahkan ke kamar bibi!”
Ya
Tuhan, apa yang sebenarnya ada dipikiran Arlon.Arlon benar-benar egois. Ia sama
sekali tak memikirkan perasaaan Aila.
Arlon
memegang lengan Alana, “Sayang, kembalilah padaku!”
Alana
marah, ia benar-benar tak suka dengan sikap Arlon yang sangat kekanak-kanakan. Ia
menatap Arlon dengan tatapan benci, “Aku tak punya alas an ungtuk kembali
kepelukan orang egois seperti kamu!”
“Kamu
tak akan bisa hidup tanpa aku, kamu butuh aku!”
Alana
tersenyum kecut, “Jangan terlalu percaya diri, kalau saja kamu tidak mempersulit
aku dalam mencari kerja, aku mungkin sudah hidup baik-baik saja! Pergilah dan
lupakan aku!”
“Sayang,
aku tak bisa hidup tanpa kamu, kamu satu-satunya yang aku cinta!”
“Cinta?
Aku rasa itu bukan cinta. Bagaimana bisa kamu bicara cinta tapi dibelakang aku
kamu tidur diranjang bersama perempuan lain?”.
“Al,
aku gak serius sama mereka, aku Cuma mau serius sama kamu!”
“Kalo
kamu serius kamu harusnya mampu meyakinkan ibu kamu!”
“Al,
please ngerti aku, mama aku sudah cukup terluka dengan masalah-masalanya sama
papa, jika aku tak menurutinya, aku takut dia drop lagi, kamu harus sabar, aku
akan terus berusaha meyakinkan dia!”
“Dari
dulu kamu selalu minta aku sabar, kamu pikir hanya mama kamu yang sakit? Kamu tau
perasaan aku saat kariawan-kariawan kamu memangdang aku sebagai wanita murahan?
Kamu tau perasaan aku saat orang yang aku percaya, tumpuan hidup aku
mengkhianatiku?Sakit Lon, sakit! Sampai-sampai rasanya aku tak lagi bisa
bernafas!” Air mata Alana menetes. “Dan sekarang kamu minta aku sabar? Kamu tidak
tahu dan tidak akan pernah tahu bagaimana sakitnya perasaan aku, kamu terlalu
egois untuk tahu itu!”
“Sayang,
aku janji, jika kamu mau kembali kesisiku, aku mau berubah, aku akan mencoba
memahami perasaanmu, aku tidak akan egois lagi!”
Alana
kembali tersenyum sinis, “Sorry Lon, aku gak percaya lagi kata katamu! Oh iya, jangan bawa-bawa Amar, jangan persulit hidup dia, keputusan aku sama sekali gak ada
hubungannya dengan dia!”
“Aku
akan melepaskan Amar hanya jika kamu mau kembali padaku, kamu akan menyesal
jika kamu tidak kembali, aku bahkan bisa membuat Amar tidak hanya menderita,
aku juga bisa buat dia sekarat!”
“Saiko!”
seru Alana yang kemudian berlalu meninggalkan Arlon.
“Arrrrrgggggggggghhhhhhhi!”
Arlon memukul kasur menuangkan emosinya. “Aku pasti akan membuat kamu kembali
Al, pasti!” serunya dengan tatapan kosong.
Air
mata Arlon kembali menetes, ia terlarut dalam kesedihan, ia amat sangat
merindukan Alana, ia sangat ingin Alana kembali kesisinya, kesedihan ini
kesedihan yang tak akan ia lupakan seumur hidupnya, kesedihan ini kesedihan
yang tetap tak mampu membuat ia bisa menerima kenyataan bahwa Alana bukan
miliknya lagi.
≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈
Note: mohon dimaklumi jika terdapat banyak kesalahan karena adegan demi adegan ini saya langsung tulis dari otak dan belum mengalami pengeditan.
No comments:
Post a Comment