Tok… tokk… tokkk…. “Kak!”
Adit mengetuk pintu. Adit adalah adik semata wayang Alana yang sekaran duduk
dibangku SLTP kelas IX.
Alana membuka pintu, “Ada
apa, Dit?”
“Ada Kak Arlon!”
“Arlon?”
Adit mengangguk.
Arlon? Hmm, bukannya ia
amat sangat tidak menyukai tempat ini? Dan Alana tahu betul Arlon tak suka
melihat Alana mengunjungi orang tuanya. Bagi Arlon, orang tua Alana tidak lebih
dari beban, ya, mereka selalu menyusahkan dan membuat Alana sedih. Bagaimana
tidak, ibu alana adalah perempuan paling mata duitan dan tak tahu malu yang
pernah Arlon kenal, Ayahnya seorang tukang judi yang selalu membebankan
hutang-hutangnya pada Alana. Belum lagi Alana juga harus menangung beban
adiknya yang masih sekolah. Arlon bilang, Alana hanya alat untuk memenuhi semua
kebutuhan mereka. Arlon tak suka Alana menyayangi mereka, Arlon lebih rela
mengeluarkan uang daripada harus melihat Alana melayani mereka. Arlon
memprotect Alana, tidak membiarkan Alana terlalu sering mengunjungi mereka.
Alana menurut meski ada rasa sakit yang ia rasakan. Sejelek apapun mereka, toh tidak dapat merubah kenyataan
bahwasanya mereka adalah orang tua Alana.
Lalu sekarang, dari mana
Arlon tau Alana ada disini? Ditempat yang sebenarnya Arlon benci.
Apa semua ini8 karenha
cinta? Cinta yang membawa Arlon sampai disini?
“Ibu kak, ibu yang
menelepon kak Arlon!” perkataan Adit barusan menjawab semua
pertanyaan-pertanyaan yang menggelayut dibenaknya.
Alana menghela nafas,
ibu? Kenapa ibu harus ikut campur? Kenapa ibu seolah senang Alana tak punya
harga diri? Ibu macam apa dia yang rela anaknya kumpul kebo bersama seorang
laki-laki?
Kenapa dia tak seperti
ibu dari kebanyakan orang? Kenapa dia bukan ibu yang bijaksana dan penuh
kehangatan? Kenapa dia selalu ingin tampil wah dan glamor dihadapan para
tetangganya dengan mengorbankan Alana? Dan kenapa dia selalu berada diarah yang
berlawanan dengan Alana? Ah, Alana tak mau berangan-angan lagi. Itu membuatnya
makin sakit saja.
“Maafkan ibu, kak!”
Meski rasanya amat sangat
menyakitkan, Alana tetap mencoba untuk tersenyum, “Sudahlah, jangan pikirkan
kakak, tugas kamu hanya belajar dan buat kakak bangga!”
Adit tersenyum, “Pasti
kak! Meskipun saat ini Adit hanya bisa nyusahin kakak, tapi Adit janji, kalo
nanti Adit sudah kerja, Adit tidak akan membiarkan kakak kerja banting tulang!”
Alana benar-benar terharu
mendengar ucapan Adit. Alana menitikan air mata, air mata bahagia. setidaknya, selain
Arlon ada lagi orang yang memperhatikannya. Alana mengacak rambut Adit lembut
kemudian berjalan menghampiri Arlon.
Arlon langsung memeluk
alana, menumpahkan seluruh rasa rindunya. Arlon memegang bahu Alana kemudian
menatap matanya tajam, “Kenapa kamu pergi tanpa bilang-bilang, aku kan bisa
antar kamu!”
“Kamu sibuk dan bukannya
kamu tidak suka aku kesini?”
“Sayang!” Arlon mengelus
pipi Alana dengan lembut dan penuh kasih sayang “Harusnya kamu tau, kamu lebih
penting dari apapun, dan sesibuk apapun aku, semarah apapun aku, aku akan
selalu punya waktu dan selalu berusaha mengerti kamu!”
“Justru karena itu, Lon! Justru
karena kamu sangat baik padaku. Aku jadi merasa tak ingin lagi merepotkan kamu.
Semakin kamu baik padaku, semakin aku membenci diriku sendiri. Jujur, saat ini
aku benar-benar tidak tahu kenapa aku ada disisimu, entah karena aku mencintai
kamu, atau aku hanya terlalu takut untuk tidak bergantung padamu!”
Alana merasa bersalah.
Arlon adalah sosok yang sempurna. Semua orang memujanya. Tidak hanya tampan,
dia juga seorang pria yang cerdas. Seorang menatapnya dengan kagum. Dia malah
bersikap acuh tak acuh, dingin dan bossy. Namun, jika berhadapan dengan Alana.
Ah, Arlon jadi tak ada apa-apanya. Ia selalu menurut pada Alana dan mengabulkan
semua yang Alana minta.
Mendengar ucapan jujur
Alana barusan jelas membuat Arlon sakit, namun ia tak bisa marah apalagi membenci
Alana. Arlon memeluk Alana. “Aku sama sekali gak peduli dengan Alasan kamu ada
disamping Aku! Cukup dengan melihatmu, Aku sudah cukup bahagia!”
“Aku menghargai semua apa
yang kamu berikan untukku, namun aku tetap ingin minta kepastian. Maaf Lon jika
aku tak tahu terima kasih dan meminta lebih! Aku benar-benar lelah hidup seakan
tak punya hari esok, hidup dalam bayang-bayang cibiran orang. Aku ingin jadi
seorang wanita seutuhnya, menikah, punya anak dan hidup bahagia! maaf jika ini
membuat posisimu makin sulit!”
Arlon diam, ya permintaan
Alana memang membuatnya seperti memakan buah simalakama. Ia mencintai Alana,
namun ia juga tak bisa melukai perasaan ibunya yang tak menyetujui mereka yang
sudah sangat sering terluka. Ini sulit. Benar-benar sangat sulit!
Arlon mendekap Alana “Aku
Akan mencoba lagi! Aku minta kamu bersabar, aku bisa melakukan apapun demi kamu
kecuali melukai hati ibuku. Aku akan memikirkan caranya, aku janji! Jangan pergi
lagi, jangan lari lagi, dan jangan membiarkan aku sendiri!” Serunya kemudian
mengecup kening Alana.
≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈
No comments:
Post a Comment