Pages

Thursday, 29 September 2011

Please Don't Leave Me Alone, Alana! #4


Tok… tokk… tokkk…. “Kak!” Adit mengetuk pintu. Adit adalah adik semata wayang Alana yang sekaran duduk dibangku SLTP kelas IX.
Alana membuka pintu, “Ada apa, Dit?”
“Ada Kak Arlon!”
“Arlon?”
Adit mengangguk.
Arlon? Hmm, bukannya ia amat sangat tidak menyukai tempat ini? Dan Alana tahu betul Arlon tak suka melihat Alana mengunjungi orang tuanya. Bagi Arlon, orang tua Alana tidak lebih dari beban, ya, mereka selalu menyusahkan dan membuat Alana sedih. Bagaimana tidak, ibu alana adalah perempuan paling mata duitan dan tak tahu malu yang pernah Arlon kenal, Ayahnya seorang tukang judi yang selalu membebankan hutang-hutangnya pada Alana. Belum lagi Alana juga harus menangung beban adiknya yang masih sekolah. Arlon bilang, Alana hanya alat untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. Arlon tak suka Alana menyayangi mereka, Arlon lebih rela mengeluarkan uang daripada harus melihat Alana melayani mereka. Arlon memprotect Alana, tidak membiarkan Alana terlalu sering mengunjungi mereka. Alana menurut meski ada rasa sakit yang ia rasakan. Sejelek  apapun mereka, toh tidak dapat merubah kenyataan bahwasanya mereka adalah orang tua Alana.
Lalu sekarang, dari mana Arlon tau Alana ada disini? Ditempat yang sebenarnya Arlon benci.
Apa semua ini8 karenha cinta? Cinta yang membawa Arlon sampai disini?
“Ibu kak, ibu yang menelepon kak Arlon!” perkataan Adit barusan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang menggelayut dibenaknya.
Alana menghela nafas, ibu? Kenapa ibu harus ikut campur? Kenapa ibu seolah senang Alana tak punya harga diri? Ibu macam apa dia yang rela anaknya kumpul kebo bersama seorang laki-laki?
Kenapa dia tak seperti ibu dari kebanyakan orang? Kenapa dia bukan ibu yang bijaksana dan penuh kehangatan? Kenapa dia selalu ingin tampil wah dan glamor dihadapan para tetangganya dengan mengorbankan Alana? Dan kenapa dia selalu berada diarah yang berlawanan dengan Alana? Ah, Alana tak mau berangan-angan lagi. Itu membuatnya makin sakit saja.
“Maafkan ibu, kak!”
Meski rasanya amat sangat menyakitkan, Alana tetap mencoba untuk tersenyum, “Sudahlah, jangan pikirkan kakak, tugas kamu hanya belajar dan buat kakak bangga!”
Adit tersenyum, “Pasti kak! Meskipun saat ini Adit hanya bisa nyusahin kakak, tapi Adit janji, kalo nanti Adit sudah kerja, Adit tidak akan membiarkan kakak kerja banting tulang!”
Alana benar-benar terharu mendengar ucapan Adit. Alana menitikan air mata, air mata bahagia. setidaknya, selain Arlon ada lagi orang yang memperhatikannya. Alana mengacak rambut Adit lembut kemudian berjalan menghampiri Arlon.
Arlon langsung memeluk alana, menumpahkan seluruh rasa rindunya. Arlon memegang bahu Alana kemudian menatap matanya tajam, “Kenapa kamu pergi tanpa bilang-bilang, aku kan bisa antar kamu!”
“Kamu sibuk dan bukannya kamu tidak suka aku kesini?”
“Sayang!” Arlon mengelus pipi Alana dengan lembut dan penuh kasih sayang “Harusnya kamu tau, kamu lebih penting dari apapun, dan sesibuk apapun aku, semarah apapun aku, aku akan selalu punya waktu dan selalu berusaha mengerti kamu!”
“Justru karena itu, Lon! Justru karena kamu sangat baik padaku. Aku jadi merasa tak ingin lagi merepotkan kamu. Semakin kamu baik padaku, semakin aku membenci diriku sendiri. Jujur, saat ini aku benar-benar tidak tahu kenapa aku ada disisimu, entah karena aku mencintai kamu, atau aku hanya terlalu takut untuk tidak bergantung padamu!”
Alana merasa bersalah. Arlon adalah sosok yang sempurna. Semua orang memujanya. Tidak hanya tampan, dia juga seorang pria yang cerdas. Seorang menatapnya dengan kagum. Dia malah bersikap acuh tak acuh, dingin dan bossy. Namun, jika berhadapan dengan Alana. Ah, Arlon jadi tak ada apa-apanya. Ia selalu menurut pada Alana dan mengabulkan semua yang Alana minta.
Mendengar ucapan jujur Alana barusan jelas membuat Arlon sakit, namun ia tak bisa marah apalagi membenci Alana. Arlon memeluk Alana. “Aku sama sekali gak peduli dengan Alasan kamu ada disamping Aku! Cukup dengan melihatmu, Aku sudah cukup bahagia!”
“Aku menghargai semua apa yang kamu berikan untukku, namun aku tetap ingin minta kepastian. Maaf Lon jika aku tak tahu terima kasih dan meminta lebih! Aku benar-benar lelah hidup seakan tak punya hari esok, hidup dalam bayang-bayang cibiran orang. Aku ingin jadi seorang wanita seutuhnya, menikah, punya anak dan hidup bahagia! maaf jika ini membuat posisimu makin sulit!”
Arlon diam, ya permintaan Alana memang membuatnya seperti memakan buah simalakama. Ia mencintai Alana, namun ia juga tak bisa melukai perasaan ibunya yang tak menyetujui mereka yang sudah sangat sering terluka. Ini sulit. Benar-benar sangat sulit!
Arlon mendekap Alana “Aku Akan mencoba lagi! Aku minta kamu bersabar, aku bisa melakukan apapun demi kamu kecuali melukai hati ibuku. Aku akan memikirkan caranya, aku janji! Jangan pergi lagi, jangan lari lagi, dan jangan membiarkan aku sendiri!” Serunya kemudian mengecup kening Alana.
≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈

No comments:

Post a Comment