“Hidup ini untuk orang yang kuat,
sabar, tabah, berjiwa besar dan tidak takut jatuh. Orang cengeng tak akan
kebagian. Aku tau betul bahwa hidup itu
pahit, makanya aku selalu berusaha menelan air mataku, sepahit apapun!”
Begitulah kira2 kata2 yang akhir2
ini sering terngiang2 ditelingaku. Yap, kata2 yang membuat aku sampai pada satu
keputusan dimana aku tak mau apa2 dan tak mau tergantung pada siapapun. Lebih baik
berjuang sampai mati daripada harus terhina dan dijajah orang lain. Mungkin ini
jualah yang membuat aku “berbeda” dengan kebanyakan manusia pada umumnya. Bagiku,
hidup hanya untuk menarik dan menghembuskan nafas. Tak lebih, tak kurang. Bukankah
hidup ini mudah jika kita menjalaninya dengan hal-hal yang mudah pula?
Meski dunia ini kejam penuh tipu
daya, penghianatan, kebohongan, dll. Tapi bukankah selalu ada terang dibalik
gelap, dan selalu ada gelap setelah terang.
Masih ingat bukan pelajaran ketika
SD tentang RA Kartini dengan karya2nya yang menakjubkan. Dan salah satu
karyanya yang mendunia adalah sebuah tulisan berisi harapan yang diberi judul “Habis
Gelap, Terbitlah Terang!”. buku ini kurang lebih menceritakan tentang impian dan harapan juga sikap optimis seorang perempuan.
Dan, hitam putih kehidupan itu
ditentukan oleh manusia itu sendiri. Jika ditanya berdiri dimanakah aku? Aku rasa,
aku berdiri ditengah2nya. Aku bukan seseorang yang bisa berjiwa besar menerima
apaun yang Tuhan berikan, akupun bukan tipikal orang yang tidak tahu batas (
sejauh apapun aku melangkah tanpa arah, aku selalu tau Tuhan ada untukku,
menjagaku dan bersamaku).
Hmmm, aku tahu betul nasib sering memperlakukan
manusia dengan sangat buruk, bahkan kadang lebih buruk dari apa yang
dibayangkan. tapi setiap hari, aku selalu berharap, meminta dan bermimpi, Tuhan
membuat segala sesuatunya menjadi indah. Yap, bukankah mengharapkan keajaiban
yang tak masuk akal lebih baik dari patah harapan sama sekali.
Jika manusia tak punya harapan,
hidupnya akan kosong, seperti manusia tak punya Tuhan. Hanya hampa, samar dan
mungkin tak berarah juga tak bergairah.
Aku, jika aku harus berenang
dilaut untuk mendapatkan yang aku inginkan, padahal sangat jelas aku tak bisa
berenang. Maka yang akan aku lakukan untuk pertama kali adalah menghela nafas
sepenuh rongga dada, menikamati apa yang ku lihat, ku dengar dan ku rasakan. Barulah setelah itu aku belajar
bagaimana caranya berenang. Begitupula saat aku diharuskan berdiri diketinggian
padahal aku mengidap Altophobia( takut ketinggian). Aku akan mencari tau bagaimana
caranya aku bisa berdiri diketinggian itu tanpa ada rasa takut. Bukankan untuk
menghilangkan ketakutan kita harus jadi yang menakutkan, supaya ketakutan2 itu
lari terbirit2 karena melihat kita yang lebih menakutkan dari ketakutan itu
sendiri. Hahahaha…. Filosofi yang lucu sepertinya, tapi itulah yang aku
terapkan dalam hidupku. Jika aku kecewa karena hidup yang ternyata tak berpihak
padaku, saat seua orang menganggapku asing, tak berguna dan seorang pemimpi
ulung, maka aku akan belajar menerimanya. Yap, belajar menerima sebuah
kegagalan karena tak mampu jadi “sesuatu”.
Kegagalan…. Hmmm,
sejujurnya tidak ada yang pernah siap menerima sebuah kegagalan bukan? Apapun bentuknya,
bagaimanapun kita menghadapinya, kegagalan selalu jadi sesuatu yang menyakitkan.
Namun, aku tak mau berdiam diri menerima kegagalan begitu saja. Dari kegagalan
biasanya aku belajar bagaimana caranya menikmati kesakitan, belajar bagaimana
menikmati penolakan belajar tersenyum ditengah orang2 yang menatap kita dengan
tatapan menyepelekan. Dan belajar bagaimana caranya mencoba kembali untuk
melakukan yang lebih baik.
Karena hidup ini indah. Yap, seindah binar matamu yang
memancarkan harapan. Hidup juga cantik,
secantik senyummu yang merekah saat mentari kembali menyinari,. Hidup juga
mempesona, semempesona dirimu yang tak pernah ada kata menyerah dan terus
menatap, meraba, merasa dan menikmati hidup dengan penuh optimism, idealism dan
ekstoveisme.
Bagiku, hidup adalah terus melangkah, yap, melangkah meski
tanpa tujuan. Toh aku selalu yakin semuanya akan indah pada waktunya. Jangan lagi
berkeluh kesah, karena berkeluh kesah hanya membuang waktu kita yang harusnya
dipakai untuk menikmati hidup.
Mulai hari ini, tersenyumlah untuk bahagia, tak perlu
menunggu bahagia untuk senyum.
No comments:
Post a Comment