Pages

Thursday 29 September 2011

Please Don't Leave Me Alone, Alana! #4


Tok… tokk… tokkk…. “Kak!” Adit mengetuk pintu. Adit adalah adik semata wayang Alana yang sekaran duduk dibangku SLTP kelas IX.
Alana membuka pintu, “Ada apa, Dit?”
“Ada Kak Arlon!”
“Arlon?”
Adit mengangguk.
Arlon? Hmm, bukannya ia amat sangat tidak menyukai tempat ini? Dan Alana tahu betul Arlon tak suka melihat Alana mengunjungi orang tuanya. Bagi Arlon, orang tua Alana tidak lebih dari beban, ya, mereka selalu menyusahkan dan membuat Alana sedih. Bagaimana tidak, ibu alana adalah perempuan paling mata duitan dan tak tahu malu yang pernah Arlon kenal, Ayahnya seorang tukang judi yang selalu membebankan hutang-hutangnya pada Alana. Belum lagi Alana juga harus menangung beban adiknya yang masih sekolah. Arlon bilang, Alana hanya alat untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. Arlon tak suka Alana menyayangi mereka, Arlon lebih rela mengeluarkan uang daripada harus melihat Alana melayani mereka. Arlon memprotect Alana, tidak membiarkan Alana terlalu sering mengunjungi mereka. Alana menurut meski ada rasa sakit yang ia rasakan. Sejelek  apapun mereka, toh tidak dapat merubah kenyataan bahwasanya mereka adalah orang tua Alana.
Lalu sekarang, dari mana Arlon tau Alana ada disini? Ditempat yang sebenarnya Arlon benci.
Apa semua ini8 karenha cinta? Cinta yang membawa Arlon sampai disini?
“Ibu kak, ibu yang menelepon kak Arlon!” perkataan Adit barusan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang menggelayut dibenaknya.
Alana menghela nafas, ibu? Kenapa ibu harus ikut campur? Kenapa ibu seolah senang Alana tak punya harga diri? Ibu macam apa dia yang rela anaknya kumpul kebo bersama seorang laki-laki?
Kenapa dia tak seperti ibu dari kebanyakan orang? Kenapa dia bukan ibu yang bijaksana dan penuh kehangatan? Kenapa dia selalu ingin tampil wah dan glamor dihadapan para tetangganya dengan mengorbankan Alana? Dan kenapa dia selalu berada diarah yang berlawanan dengan Alana? Ah, Alana tak mau berangan-angan lagi. Itu membuatnya makin sakit saja.
“Maafkan ibu, kak!”
Meski rasanya amat sangat menyakitkan, Alana tetap mencoba untuk tersenyum, “Sudahlah, jangan pikirkan kakak, tugas kamu hanya belajar dan buat kakak bangga!”
Adit tersenyum, “Pasti kak! Meskipun saat ini Adit hanya bisa nyusahin kakak, tapi Adit janji, kalo nanti Adit sudah kerja, Adit tidak akan membiarkan kakak kerja banting tulang!”
Alana benar-benar terharu mendengar ucapan Adit. Alana menitikan air mata, air mata bahagia. setidaknya, selain Arlon ada lagi orang yang memperhatikannya. Alana mengacak rambut Adit lembut kemudian berjalan menghampiri Arlon.
Arlon langsung memeluk alana, menumpahkan seluruh rasa rindunya. Arlon memegang bahu Alana kemudian menatap matanya tajam, “Kenapa kamu pergi tanpa bilang-bilang, aku kan bisa antar kamu!”
“Kamu sibuk dan bukannya kamu tidak suka aku kesini?”
“Sayang!” Arlon mengelus pipi Alana dengan lembut dan penuh kasih sayang “Harusnya kamu tau, kamu lebih penting dari apapun, dan sesibuk apapun aku, semarah apapun aku, aku akan selalu punya waktu dan selalu berusaha mengerti kamu!”
“Justru karena itu, Lon! Justru karena kamu sangat baik padaku. Aku jadi merasa tak ingin lagi merepotkan kamu. Semakin kamu baik padaku, semakin aku membenci diriku sendiri. Jujur, saat ini aku benar-benar tidak tahu kenapa aku ada disisimu, entah karena aku mencintai kamu, atau aku hanya terlalu takut untuk tidak bergantung padamu!”
Alana merasa bersalah. Arlon adalah sosok yang sempurna. Semua orang memujanya. Tidak hanya tampan, dia juga seorang pria yang cerdas. Seorang menatapnya dengan kagum. Dia malah bersikap acuh tak acuh, dingin dan bossy. Namun, jika berhadapan dengan Alana. Ah, Arlon jadi tak ada apa-apanya. Ia selalu menurut pada Alana dan mengabulkan semua yang Alana minta.
Mendengar ucapan jujur Alana barusan jelas membuat Arlon sakit, namun ia tak bisa marah apalagi membenci Alana. Arlon memeluk Alana. “Aku sama sekali gak peduli dengan Alasan kamu ada disamping Aku! Cukup dengan melihatmu, Aku sudah cukup bahagia!”
“Aku menghargai semua apa yang kamu berikan untukku, namun aku tetap ingin minta kepastian. Maaf Lon jika aku tak tahu terima kasih dan meminta lebih! Aku benar-benar lelah hidup seakan tak punya hari esok, hidup dalam bayang-bayang cibiran orang. Aku ingin jadi seorang wanita seutuhnya, menikah, punya anak dan hidup bahagia! maaf jika ini membuat posisimu makin sulit!”
Arlon diam, ya permintaan Alana memang membuatnya seperti memakan buah simalakama. Ia mencintai Alana, namun ia juga tak bisa melukai perasaan ibunya yang tak menyetujui mereka yang sudah sangat sering terluka. Ini sulit. Benar-benar sangat sulit!
Arlon mendekap Alana “Aku Akan mencoba lagi! Aku minta kamu bersabar, aku bisa melakukan apapun demi kamu kecuali melukai hati ibuku. Aku akan memikirkan caranya, aku janji! Jangan pergi lagi, jangan lari lagi, dan jangan membiarkan aku sendiri!” Serunya kemudian mengecup kening Alana.
≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈

Tuesday 27 September 2011

Please Don't Leave Me Alone, Alana! #3



Ketakutan itu adalah satu-satunya yang akan selalu tertinggal dalam ingatan seseorang, selamanya. Dan itu yang Alana takutkan. Ia takut, ia tak bisa mengendalikan ketakutan-ketakutannya lagi. Jadi, sebelum ketakutan-ketakutan itu menghantui dan bertambah makin banyak, Alana ingin menghentikan semuanya. Namun karena Alana sudah sejauh ini, Alana tak bisa kembali ketempat dimana semua ketakutannya berawal. Yang ia bisa lakukan sekarang adalah mengentikan ketakutannya dan menjalani hidupnya lebih baik.
Ia tak bisa bertindak pura-pura kuat dan pura-pura baik terus menerus.  Ada saat dimana sekeras apapun ia mencoba, ia tak bisa selalu mendapatkan apa yang ia mau. Ya, meskipun rasanya sakit tapi ia yakin ini akan jauh lebih baik, karena Alana merasa jika ia tak menghentikan sekarang, ia akan kehilangan keberaniannya selamanya.
Untuk hidup lebih baik ia rela kehilangan segalanya termasuk Arlon. Arlon yang selalu menjaganya, menghawatirkannya dan mencintainya selama 11 tahun ini.
“Alana memutuskan berpisah dengan Arlon dan kemungkinan Alana tidak bisa membiayai kebutuhan kalian lagi!” Jelas Alana pada Ayah, Ibu dan Adiknya ketika mereka sedang makan malam.
“Kenapa? bukannya Arlon itu sayang banget sama kamu? Kamu ini bodoh, sudah jelas-jelas Arlon itu tidak bisa lepas dari kamu!” Tanya ibunya tanpa mau tau perasaan Alana. Ya, sepertinya ibunya lebih cinta uang ketimbang Alana sendiri.
“Maaf bu, tapi ini sudah jadi keputusan Alana, Alana tidak mau terus-terusan berlindung sama Arlon. Alana nggak mau terus-terusan merepotkan Arlon!".
“Merepotkan?” wanita setengah baya bertubuh gemuk itu tertawa “Dia tidak akan merasa direpotkan selama itu untuk kebutuhan kamu!”
Alana menitikan air mata. Ia benci kenyataan bahwa ibunya tak mengerti perasaannya. Ia benci hidup miskin. Ya, kemiskinan yang membuatnya hidup seperti ini. Kemiskinan yang membuat ia tak bisa merasakan masa-masa remaja yang harusnya ia nikmati, kemiskinan pulalah yang membuatnya mencintai Arlon.
“Mami Arlon tidak menyetujui hubungan kita, dan Alana tidak mau menjalin hubungan tanpa restunya!”
“Jangan munafik! Yang kamu butuhkan didunia ini uang bukan harga diri! Arlon tidak bisa lepas dari kamu, manfaatkan dia. Jangankan kehilangan ibunya, ibu yakin kehilangan nyawanyapun ia rela” kata-kata ibunya begitu menancap.
Alana merasa makin sakit.
Brrrraaaaakkkkkkkkk……
Ayah Alana menggebrak meja. Ibunya yang tadi terlihat angkuh kini menunduk ketakutan. “Lakukan apa yang mau kamu lakukan!” Seru Ayahnya yang kemudian bangkit dari tempat duduknya. Ia berniat meninggalkan rumah.
Ayahnya, ah, Alana tidak tahu betul sifat ayahnya. disaat-saat tertentu, meski tak saling bicara, Ayahnya dapat mengerti perasaannya. namun disaat lain ia melihat ayahnya yang berbeda, jangankan mengerti Alana, cara tersenyum pada Alana pun kadang ia melupakannya.
“Ayah!” Langkahnya terhenti ketika Alana memanggilnya. Ia menatap putri sulungnya.
“Jangan judi lagi!” Alana menatap mata ayahnya penuh harapan.
Tak ada sepatahkatapun keluar dari mulut sang ayah, namun mata Ayah Alana menyiratkan penyesalan, penyesalan yang tak bisa tergambarkan dengan mudah.
Ayah Alana melanjutkan langkahnya dan pergi meninggalkan rumah.
Langkah Ayah Alana terhenti ketika ia menyadari posisinya telah jauh dari dumah.
Iapun menjerit, menangis, meluapkan emosinya… “Alana, maafkan ayah nak! Ayah memang ayah tak berguna!” Ayah alana memukul-mukul tubuhnya “Ayah tak berguna… hikkkksssss… hiksssss…!” serunya putus asa. Amat sangat putus asa.

≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈ 

Please Don't Leave Me Alone, Alana! #2



Arlon menganggap dirinya selalu mengerti Alana. Tapi saat ini, saat ia menghadapi situasi seperti ini. Arlon tiba-tiba menyadari bahwa ia tidak benar-benar memahami Alana. Ya, ada banyak hal yang ia tidak mengerti dari Alana dan itu membuatnya benar-benar gelisah.
Arlon berjalan sekeenaknya menyusuri koridor hotel. Kepalanya sakit ketika ia memikirkan Alana.
Hawa semakin dingin, beberapa kali ia merapatkan jasnya.
Saat ia melihat Alana merasa sedih, iapun merasa sedih juga. Namun, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ini terlalu sulit untuknya. Ia benar-benar takut jika Alana meninggalkannya begitu saja, sedang tidak menatap wajah Alana sehari saja, Arlon serasa sulit bernafas.
Kadang, dalam hidup ini ada hal yang kejam dan tidak berperasaan yang tidak dapat dihindari. Namun Arlon tidak siap jika hal kejam dan tak berperasaan itu adalah kehilangan Alana.
Arlon menghela nafas,
Langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok yang amat sangat dicintainya sedang duduk menatap computer. Rasa lega meraksuk relung jiwanya.
Dengan bahagia ia langsung menghampiri Alana, kemudian duduk dimeja sebelah Alana.
Ya, selama ini Alana bekerja sebagai sekretaris pribadi Arlon. Arlonlah yang selama ini memenuhi semua kebutuhan Alana, baik lahir maupun bathin. Tidak hanya Alana, biaya sekolah adik Alana dan biaya hidup keluarga Alanapun menjadi tanggungan Arlon.
Ya, lelaki berambut klimis, licin dan mengkilap itu rela melakukan apapun demi Alana. Alana hidupnya, Alana nafasnya, Alana jiwanya, Alana segalanya…
Alana masih bersikap dingin. Tak ada senyum hangat apalagi ciuman mesra untuk Arlon.Arlon menatap mata Alana, bulu matanya lebat dan lentik. Pandangannya beralih pada bibir Alana yang merah penuh dan seksi. Ahh, benar-benar menggoda. Sejuta hasrat tiba-tiba datang menghampiri Arlon, tapi ia mencoba menahannya. Ini jelas bukan saat yang tepat untuk menyalurkan hasratnya.
Arlon membetulkan anak rambut yang menyutupi mata Alana, mengelus pipi Alana kemudian mengecup rambut Alana lembut.
Saat Arlon akan memeluk Alana, Alana buru-buru menghindarinya.
Arlon berusaha untuk mengerti Alana, “Sayang, kamu kenapa? apa yang sebenarnya terjadi sampai kamu bersikap seperti ini!” Tanya Arlon hati-hati.
Alana mengabaikan pertanyaan Arlon dan ia malah menyibukkan diri dengan mengetik.
Arlon mematikan layar monitor. Alana menatap Arlon. Pipinya merah menahan marah, ada rasa sakit yang tiba-tiba menyelinap direlung hatinya, alana menggeleng. “Bisa kita tidak membicarakan masalah pribadi sekarang?!” katanya tanpa semangat.
Arlon mengangguk. “Tapi aku butuh semangat dari kamu, sayang!” Arlon mendekap alana dari belakang. “aku Cuma butuh 5 menit!”
Alana menghela nafas, kemudian mengangguk mengiyakan permintaan Arlon.
Hanya 5 menit, tidak lebih. 

≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈

Arlon mengajak Alana menemaninya di hotel, Alana menolak, Arlon menawarkan diri mengantar untuk Alana kekontrakannya, Alana kembali menolaknya.
Arlonpun mencari jalan lain. Ia mengajak beberapa staf hotel termasuk Alana untuk makan malam terlebih dahulu, dan ini semata-mata agar Alana mau pergi bersamanya. Atas desakan para staf hotel akhirnya Alana mengiayan ajakan Aron, karena ia tahu betul, jika ia tidak ikut, Arlon pasti akan membatalkan juga ajakan itu. Dan staf hotel pasti akan merasa kecewa.
Arlon menyewa sebuah restaurant mewah, tidak jauh dari hotelnya.
Iapun mengajak Alana untuk duduk dimeja terpisah. Namun Alana menolak. Alana bersikukuh ingin bergabung dengan 5 staf yang Arlon ajak tadi. 
Arlon masih berusaha bersabar menghadapi Alana. Iapun menuruti kemauan Alana.
“Sayang, kamu mau makan apa?” Tanya Arlon penuh perhatian. membuat 5 staf itu tersenyum dan berfikir betapa beruntungnya menjadi Alana.
Alana diam tak menjawab.
Pak heru salah satu dari 5 staf hotel  yang kebetulan duduk disebelah Alana, memenyenggol lengan Alana menggunakan lengannya. Alana menorah kearah Pak Heru.
“Si bos!” bisik Pak Heru tepat ditelinga Alana.
Alana tersenyum, “Kalian saja, Aku gak laper!”
“Sayang, tapi aku liat kamu belum makan apa-apa dari pagi!”
 “Aku bilang aku gak laper!” Seru Alana dingin.
Mendengar nada bicara Alana yang tidak mengenakan, kelima staf pura-pura sibuk dengan kegiatan masing-masing, berusaha jadi kambing tuli.
“Maaf, saya duluan!” seru Alana kemudian berlalu meninggalkan mereka.
Arlon bangkit dari tempat duduknya, kemudian memegang bahu Pak Heru “Kalian lanjutkan saja makannya, saya permisi dulu!”
Kelima stafnya memberi hormat.
Arlon langsung berlari mengejar Alana.
Alana sempat akan tertabrak mobil kalau saja Arlon tidak menariknya.
Dengan panik Arlon langsung memegang pipi Alana. “Kamu gak apa-apa sayang?” Arlon kemudian memeluk Alana.
Alana menggeleng dan menangis dipelukan Arlon. Arlon mempererat pelukannya, mencoba memberi Alana kehangatan.
“Mulai sekarang, kapanpun kamu bahagia atau sedih. Kita akan menjalaninya bersama!” Seru Arlon yang masih terus memeluk Alana dan mengelus rambutnya lembut. Arlon benar-benar tak ingin berpisah apalagi kehilangan Alana. “Jangan pergi, jangan lari… aku ada disini untukmu, sayang!”
Alana diam. Tak tahu harus berkata apa. Yang jelas sekarang pikirannya sedang dihantui berbagai kemungkinan yang membuat dadanya sesak.
Arlon mengantar Alana pulang.

≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈ 

Please Don't Leave Me Alone, Alana! #1


Keraguan adalah benih ketakutan. Ya, itulah yang setidaknya sedang Alana rasakan sekarang. Jujur saat ini ia enggan sekali membuka matanya, lebih baik terpejam dengan suasana hati sepi daripada harus kembali kedunia nyata yang kejam dan tak berperasaan. Ia benar-benar lelah menghadapi semuanya, ia ingin berhenti.
Namun, ciuman, pelukan dan sentuhan Arlon membuat matanya tak mampu lagi terpejam meski dipaksakan. Perlahan dengan enggan iapun membuka matanya.
Arlon mempererat pelukannya “Pagi sayang!” sapanya kemudian mengecup kening Alana.
Saat ini ia benar-benar tak mood untuk bermesraan. Ia melepaskan pelukan Arlon, memungut pakaiannya kemudian mengenakannya.
Arlon memeluk Alana lagi. Alana melepaskannya lagi.
Ini benar-benar bukan Alana yang Arlon kenal. Arlon menatap Alana “KAmu kenapa sayang? Kamu sakit?” Tanyanya cemas.
Alana diam. Matanya kemudian menatap Arlon tajam. 
Arlon masih saja berusaha bersikap manis, mengecup pipi, bibir, hidung, telinga dan leher Alana. Saat Arlon meminta lebih, “Aku lelah!” Bisik Alana sambil mendorong Arlon pelan.
Arlon mengalah, ia tak bisa memaksa. Ia berlalu meninggalkan Alana sendiri. Berusaha memberikan Alana waktu untuk menenangkan diri meskipun sampai saat ini Arlon benar-benar tak tahu kenapa Alana bersikap dingin seperti itu, biasanya meskipun tak diminta Alana akan memberikannya lebih.
Arlon berusaha mengingat kejadian semalam, takut jika ada kata-kata atau sikapnya yang menyakiti Alana, tapi saat ini ia sedang tidak mabuk, ia jelas mengingat betul kejadian semalam, dan semuanya baik-baik saja. Lalu kenapa Alana seperti ini? Apa Alana mimpi buruk? Ahhh, entahlah…
Arlon kembali dan duduk dikasur dengan membawa segelas susu untuk Alana. Alana menggeleng, menolak susu buatan Arlon.
“Kamu kenapa sayang? Tidak biasanya kamu seperti ini?” Tanya Arlon yang kemudian mengecup rambut Alana lembut.
“Sebaiknya kamu mandi sekarang!”
“Kamu?” Arlon mengerutkan dahi “Bukannya kita selalu melakukannya berdua?”
Alana menatap Arlon lagi, “Aku lelah seperti ini!”
“Lelah? Lelah bagaimana maksud kamu?”
“Andaikan aku tau cinta memikul perasaan sakit luar biasa,  dulu aku tak mau mengenalmu dan memutuskan untuk hidup seperti ini!”
“Kamu menyesal?”
Alana tersenyum kecut, “Aku tidak mau selamanya seperti ini, aku ingin kamu mengambil keputusan!”
“Keputusan?”
“Restu ibumu atau tinggalkan aku!”
“Alana, kamu bercanda kan? Kenapa kamu tiba-tiba mengambil keputusan seperti itu? Itu benar-benar bodoh! Kita sama-sama tau, mamiku tak akan pernah bisa merestui kita!”
“Kalau begitu, tinggalkan aku!”
Arlon menajamkan tatapannya “Kalau saja aku bisa, dari dulu aku sudah meninggalkanmu, tapi aku tak bisa, aku cinta kamu sayang, dan aku sama sekali tak bisa hidup tanpa kamu!”
“Aku wanita biasa Lon, Aku tak bisa terus-terusan hidup tanpa ketidakpastian seperti ini!”
“Kenapa saat ku minta kamu lari bersamaku kamu menolak? Bukankah akan lebih baik? Atau” Arlon menghela nafas “Kamu  lebih cinta hartaku sehingga kamu tak mau kehilangannya?”
Plaaaaakkkkkkkk……
Alana menampar Arlon. Alana benar-benar tak percaya bahwa Arlon berkata seperti itu.
“Lari dari masalah hanya akan menambah masalah baru!” Seru Alana yang kemudian berlalu meninggalkan Arlon.
Arlon mengejar Alana. “Sayang tunggu!” Arlon menahan langkah Alana dengan memegang tangan Alana. “Jangan pergi!” Arlon memeluk Alana.
Alana melepaskan pelukan Arlon. “Aku beri kamu satu minggu untuk berfikir!” serunya kemudian mengabaikan Arlon begitu saja.
Arlon menjatuhkan tubuhnya, iapun menangis. “Alana!” teriaknya penuh penyesalan.
Arlon punya segalanya dan bisa mendapatkan segalanya. Satu-satunya kelemahannya adalah Alana. Arlon tak bisa hidup tanpa Alana. Alana begitu berarti untuknya. Tapi ia juga tak bisa melukai hati ibunya, ibu yang sudah menjaga dan membesarkannya, dengan kasih sayang dan harta melimpah. Orang yang ia cintai sama besar seperti ia mencintai Alana.
Semua kebahagiaan yang Arlon rasakan semalam, berubah menjadi kesedihan.
Arlon menutup matanya, dan satu-satunya yang ia ingat hanya senyum Alana.
Alana! Kemarin, hari ini, atau besok aku masih ingin berharap banyak padamu. Jadi tolong jangan siksa aku seperti ini!
Itulah sms yang Arlon kirim sebelum ia melanjutkan aktifitasnya.

≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈

Baby Faced Beauty (Korean Drama)






Baby faced beauty
 Title                                    : 동안미녀 / Dongan Minyeo/ Baby Faced beauty
  Also known as                : Youthful Beauty / Pretty Young Woman
  Genre                                : Romance, comedy
  Episodes                         : 20
  Broadcast network        : KBS2
  Broadcast period           : 2011-May-02 to 2011-Jul-05
  Air time                            : Monday & Tuesday 21:55

Cast
§  Jang Na Ra as Lee So Young


Perempuan berwajah baby face, cantik dan baik hati.
§  Choi Daniel as Choi Jin Wook

Laki-laki yang sedikit kekanakan namun mandiri
§  Ryu Jin as Ji Seung Il

Bapak yang sayang baget sama anaknya, dingin dan susah ditebak.

Jahat, melakukan segala cara untuk mendapatkan hati si bos termasuk mengancam anak si bos

The Style Design Company

§  Hong Rok Gi (홍록기) as Manager Jang Ki Hong
Teman kantor So Jin (So Young). yang juga temen dekat Jin Wook.
§  Son Hwa Ryungas Assistant Manager Jang Mi-Soon
Temen kantor So Jin 
§  Yoo Ji Yunas Na Ra Park
Miss gosip. pas tau Jin Wook anak orang kaya langsung ngdeketin Jin Wook
§  Kim Mi Kyungas Director Baek
yang selalu mendukung So Jin. bibinya si bos juga
§  Na Young Heeas Managing Director Ji Hyun Sook
Maminya Seo. Jahat sekaligus mata duitan. bisa melakukan cara apapun untuk menjatuhkan rivalnya
§  Yoo Tae Woongas Team Leader Kim Joon Soo
temen kerja So Jin
Other people
§  Oh Yeon SeoSo as Lee Jin
So Jin asli. adik So Young. berprofesi sebagai model. yang lambat laun semakin terkenal. dan kayaknya kalo diterusin jadian deh sama si bos
§  Hyun Youngas Joo Hee Ji
§  Yoon Hee SukYong Joon as No. (So-young's uncle)
§  Seo Hyun Ahn as Ji Hyun Yi
Son of the boss.
§  Kim Hye Okas Jung Ok (So Young's mother)
§  Kim Gyu Chul as So Young's father
Pergi ninggalin keluarganya dan kerja di restaurant ayah Jin Wook. dia janji kalo belum sukses gak bakalan balik ke rumah.
§  Kim Bo Yoon(김보윤) Hye Jung as Kwon
§  Park Chul Minas Sun Nam
paman yang selalu menolong keluarga So Jin. yang ternyata suka sama So Jin
§  Lee Seung HyungAhn Jung Nam as Director
§  Yoon Joo Sangas Jin Wook's father
§  Geum Suk Ho(금호석) As Min Ki
§  Lee Sung MinSeul Ah as Chae
§  Min Ahas Hye Mi (cameo ep 1, 6)
§  June So Minas Lee Jin Hee (cameo)
§  Kwang Sung Park(박성광) (Cameo)

Synopsis

Jang Na Ra berperan sebagai Lee So Young wanita tua berumur 34 tahun, tapi karena wajahnya yang baby face dia kelihatan seperti wanita yang berusia tidak lebih dari 20 tahunan. Semua kisah ini bermula dari Ia dipecat dari pekerjaannya, sedang ia harus bekerja keras membebasi hutang-hutang keluarganya. Kenyataan harus memaksanya berbohong tentang usia untuk mendapatkan pekerjaan lain. Secara persaingan disana sangat ketat, so, yang muda dan cantiklah yang lebih mempunyai kesempatan yang lebih besar. Mau tidak mau ia pun menyamar menggunakan nama dan ktp adiknya yang bernama Lee So Jin.
Choi Daniel memainkan peran sebagai Choi Jin Wook, pria kaya dan hanya menyukai gadis-gadis muda pilihannya. Ia bertemu dan jatuh cinta dengan Lee So Young. Meskipun ia kaya, tapi ia hidup mandiri dan tak mengandalkan ayahnya yang memiliki restaurant paling terkenal se korea.
Ia bercita-cita sebagai perancang busana.
Tentu kisah ini akan biasa saja tanpa pihak ke 3. Dia Ryu Jin yang berperan sebagai Ji Seung Il. Dia adalah bos di perusahan fashion yang telah memberikan kesempatan So Jin (real So Young) untuk bekerja.
Suatu hari, anak si bos mengunjungi kantor karena ia merindukan ayahnya. Dia melihat seseor5ang yang membaya manekin dengan baju gemerlap. Karena penasaran  terbuat dari bahan apa baju itu, iapun mengikuti orang yang membawa manekin itu. Dan sampailah ia diruangan tempat So Jin ( real So Young) bekerja. Gadis kecil itu melihat make up di meja So Jin ( real So Young) dan diapun memakainya untuk merias Jessica (barby yang di bawanya). So Jin datang, jelas saja ia tak rela peralatan make upnya di pakai asal untuk menghias boneka. Tapi anak itu berbohong bahwa peralatan make up itu miliknya. Ayahnya yang boslah yang membelikannya. So Jin menakuti anak itu bahwa bos di kantor ini (yang sebenarnya adalah ayahnya) sangat menakutkan, dan apabila ada seseorang yang berbohong, bos itu akan langsung memarahinya. Gadis itu tak kehabisan akal. Ia menunjukan foto dirinya bersama ayahnya di handphone, dan So Jin akhirnya percaya. Gadis itu mengatakan apa yang telah So Jin katakan kepadanya. So Jin ketakutan dan memohon pada gadis itu supaya tidak membocorkan kepada ayahnya. Gadis itu mengiyakan dengan syarat so jin mau membantunya menambah hiasan rambut pada Jessica. So Jin mengambil paksa make upnya, gadis itupun menangis. Karena panic So Jin bilang mau melakukan apapun yang gadis itu inginkan. Dan gadis itu meminta So Jin menjadi bonekanya. So Jin mengiyakan. Gadis itu memake up So Jin sekeenaknya.
Saat asik bermain hias-hiasan, ayah gadis itu yang adalah bos So Jin pun dating bersama Yoon Seo. Muka Seo terlihat tidak senang ketika melihat anak bos nya dekat dengan So Jin. Saat So Jin hendak keluar, anak gadis itu meminta bayaran karena telah meias So Jin. Bosnya mengerling, supaya So Jin mau membayar gadis itu. So Jin pun akhirnya membayar gadis itu.
Di luar ia bertemu Jin Wook yang otomatis tertawa melihat muka So Jin yang berantakan. Tiba2 si bos memanggil dan menyerahkan uang 1000. Jin Wook jealous dan bingung kenapa si bos menyerahkan uang 1000 pada So Jin.
Bos bersama anaknya yang makan bersama dengan Yoon Seo. Anaknya tidak senang dan meminta ayahnya mengajak So Jin. Mendengar permintaaan anaknya si bos jelas saja Seo kesal. Apalagi anaknya  bilang, Seo adalah cewek terburuk yang pernah menjadi pacar ayahnya. Seo terlalu cool dan tidak punya selera humor.
Suatu hari saat So Jin ingin mengembalikan payung sang bos, hak sepatu So Jin tersangkut sehingga langkah kakinya terhenti. Sang bos pun membantunya menarik hak sepatu yang tersangkut.
Bawahan si bos pun heran kenapa bos yang selalu berhati dingin bisa membantunya.
Saat kembali ke kantor, ternyata berita tentang perselingkuhan Lee So Jin telah tersebar lewat forum-forum internet(So Jin Asli, bukan So Yong yang nyamar jadi So Jin pernah pacaran sama suami beristri, namun So Jin tidak tahu laki2 itu punya istri, ketika tahu beristri So Jin langsung memutuskannya). Dia menjadi orang yang bermasalah di kantornya. Semua orang menjauhinya. Tetapi Jin wook tetap datang menemuinya, dan berkata "Apapun perkataan orang, saya tetap percaya kamu." Ini membuat hati So Jin senang tetapi tunggu ada kata-kata selanjutnya,
Jin Wook : "Ceritakanlah semuanya. Kapan kalian mulai bertemu?"
Pertanyaan tadi sangat kontras dengan pernyataan sebelumnya. Ini membuat So Jin kesal. Berarti Jin Wook tidak  benar-benar percaya kepadanya. Diapun meninggalkan Jin Wook. Kasihannya tidak ada satu orangpun yang mendukung So Jin. Jin Wook pun mencoba menelpon orang yang bersangkutan yang ternyata adalah kakak kelasnya. Dia menunggu berjam-jam dari malam hingga pagi hari demi kebenaran So Jin.
So Jin diajak berbincang-bincang dengan manajer produksi. Manager menanyakan mengapa kamu membuat baju dan tidak membeli baju. So Jin pun menjawab karena saya tidak mampu untuk membeli baju. langsung rasa iba keluar dari hati manajer. Saat bertemu dengan orang bersangkutan ternyata orang yang dimaksud bukanlah So Jin melainkan the real Lee So Jin.
Semua teman-temannya pergi ke klub malam. Tetapi Lee So Jin tidak diajak dan dia juga tidak mood akibat teman-temannya bergunjing yang tidak-tidak tentangnya.
Saat bosnya mencari direktur Bae dia melihat So Jin sedang tertidur di atas hasil pola yang dia buat. Bos ingin melihat hasil karyanya malah So Jin terbangun. Diapun berdalih mengajaknya ke klub malam bertemu teman kerjanya.
Saat So Jin datang suasana menjadi dingin.So Jin hanya menengguk banyak minuman tanpa bergabung dengan percakapan mereka. So Jin mulai mabuk menenggak banyak minuman. Dia sudah mabuk dan menyebut segala unek-uneknya. Saat temannya memanggilnya Lee So Jin, So Jin pun marah,
"Siapa Lee So Jin? Sudah jujur saja."
"Umurku 34 tahun."
Dan dari mabuk itulah perlahan tapi pasti identitasnya terbuka. Untuk mewujudkan mimpinya iapun banyak mengalami kendala. Belum lagi kisah cintanya saat orang2 dan Choi Jin Wook tau usia yang sesungguhnya. Semuanya jadi serba sulit.
Choi Jin Wook mengalami dilemma besar. Antara ia mencintai Lee So Young dan usia mereka yang terpaut cukup jauh yaitu 9 tahunan.
Tapi dasarnya cinta, cinta mampu mengalahkan segalanya.
Cinta juga mampu menuntun Soo Young menggapai impiannya.
Nonton Drama ini lumayan menarik, bikin gregetan, namun kadang ada scane2 yang membosankan. Tapi keseluruhan ok lah.