Kadang dalam
beberapa hal, kita harus mampu berjalan dan berdiri sendiri karena teman-teman
dan keluarga kita tidak selamanya bisa ada disisi kita, mereka tidak selamanya
bisa menolong kita, karena mereka juga punya masalah, beban bathin dan
kesedihan masing-masing.
Seperti hari ini,
ketika ia berhadapan dengan tante Carolina, mama Caesar. Ia merasa takut, ia
juga merasa gugup. Namun tak ada pilihan lain selain menghadapinya. Ia tak mau
membuat sahabatnya panic dan merasa terbebani karena masalahnya, jadi ia
memutuskan untuk menghadapi semuanya sendiri.
Ia sebenarnya sudah
tak ingin berurusan lagi dengan tante Caroline, namun jika ia menolak, semua
ini akan menjadi lebih sulit.
Iapun mengiayakn
ajakan Tante Caroline untuk berbicara. Chriska meminta ijin pada Chio un tuk
pulang lebih awal.
“Siapa perempuan
itu?” Tanya Chio penasaran.
Chriska menatap
tante Caroline, kemudian kembali menatap Chio. “Orang dari masa laluku. Aku
pastikan aku akan baik-baik saja, jadi aku minta kamu jangan cerita ke siapapun
aku pergi bersama wanita itu ya!”
“Gua ngerasa, kalo
lu ngomong, lu akan baik-baik aja, lu malah terlihat seperti sebaliknya!”
“Gua janji, gua
akan segera telepon lu kalo ada apa-apa!”
“Janji ya!”
Chriska mengangguk,
“Iya bawel!”
Chriska menepuk
bahu Chio kemudian berlalu meninggalkan Chio, Chio hanya menghela nafas pasrah.
Beras sebenarnya melepas Chriska, tapi mau gimana lagi. Hufh!
<><><><*********><><><>
Chriska dan tante
Caroline duduk disebuah café yang tidak jauh dari lokasi shooting Chio.
“Tante minta maaf,
Chris!” Seru tante Caroline penuh rasa bersalah.
Mendengar kata
pembuka yang keluar dari mulut tante Caroline, Chriska sontak terperanjat, ia
menatap tante Caroline, yang jelas sangat berbeda dengan 7 tahun yang lalu,
tatapan matanya, ya, tatapan mata tante Caroline kini terlihat sangat
bersahabat. Chriska mencuri pandag, berusaha meyakinkan dirinya lagi bahwa yang
ada dihadapannya itu adalah tante Caroline, ibu Caesar yang telah membuat
keluarganya menderita.
Tante Caroline
memegang kemudian mengelus lengan Chriska, “Tante salah, awalnya tante kira
membuat ayah kamu dikejar penagih hutang, membuat ibu kamu tak bisa
mengahsilkan uang dan memisahkan kamu dan Caesar akan membuat semuanya jadi
lebih baik, tapi ternyata…” Tante Caroline memenggal kata-katanya, ia menangis,
“Tidak, Caesar malah membenci tante. Dari luar kami memang terlihat seperti ibu
dan anak selayaknya, Caesarpun selalu mematuhi apa kata tante, tapi dia
melakukannya dengan terpaksa. Setelah kembali pulang kerumah sampai detik ini,
dia seperti orang asing, dia hanya bicara saat tante menyuruhnya bicara, kita
tak pernah bicara seperti selayaknya orang tua dan anak, dia selalu bersikap
dingin dan tak pernah sekalipun menatap mata tante!”
“Lalu, apa
hubungannya dengan saya? Tante kembali menyalahkan saya? Semua karena saya?”
“Bukan, bukan
begitu, tante hanya ingin minta maaf, tante ingin kamu melupakan semua yang
terjadi dimasa lalu dan tak menyimpan semua kebencian itu sampai saat ini!”
“Melupakan?”
Chriska tersenyum kecut, “Mana mungkin saya bisa melupakan hal yang sangat
berbekas di hati saya, saya bukan Tuhan yang mudah memaafkan umatnya!”
Tante Caroline
tiba-tiba berlutut dihadapan Chriska, sebuah tindakan yang tak pernah Chriska
bayangkan sebelumnya. Dibalik keterkejutannya, Chriska tetap pura-pura acuh.
“Sekalipun tante mencium kaki saya, itu tak akan bisa membuat saya melupakan
penghinaan tante pada keluarga saya! Lagipula rasanya, tidak pantas seorang
nyonya terhormat berlutut dan menangis dihadapan sampah seperti saya!”
“Tante mohon Chris,
tante mohon! Hanya kamu yang bisa membuat Caesar bahagia! tante mohooonnnn!”
Tante Caroline merintih. “Tante akan memberikan apapun yang kamu minta, asal
tante bisa melihat Caesar bahagia!”
Chriska melepaskan
lengan Tante Caroline dari kakinya, “Maaf tante, saya tidak bisa!” serunya
tajam kemudian berlalu meninggalkan tante Caroline yang menangis.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment