Pages

Tuesday, 5 June 2012

SKY #23


Kadang dalam beberapa hal, kita harus mampu berjalan dan berdiri sendiri karena teman-teman dan keluarga kita tidak selamanya bisa ada disisi kita, mereka tidak selamanya bisa menolong kita, karena mereka juga punya masalah, beban bathin dan kesedihan masing-masing.
Seperti hari ini, ketika ia berhadapan dengan tante Carolina, mama Caesar. Ia merasa takut, ia juga merasa gugup. Namun tak ada pilihan lain selain menghadapinya. Ia tak mau membuat sahabatnya panic dan merasa terbebani karena masalahnya, jadi ia memutuskan untuk menghadapi semuanya sendiri.
Ia sebenarnya sudah tak ingin berurusan lagi dengan tante Caroline, namun jika ia menolak, semua ini akan menjadi lebih sulit.
Iapun mengiayakn ajakan Tante Caroline untuk berbicara. Chriska meminta ijin pada Chio un tuk pulang lebih awal.
“Siapa perempuan itu?” Tanya Chio penasaran.
Chriska menatap tante Caroline, kemudian kembali menatap Chio. “Orang dari masa laluku. Aku pastikan aku akan baik-baik saja, jadi aku minta kamu jangan cerita ke siapapun aku pergi bersama wanita itu ya!”
“Gua ngerasa, kalo lu ngomong, lu akan baik-baik aja, lu malah terlihat seperti sebaliknya!”
“Gua janji, gua akan segera telepon lu kalo ada apa-apa!”
“Janji ya!”
Chriska mengangguk, “Iya bawel!”
Chriska menepuk bahu Chio kemudian berlalu meninggalkan Chio, Chio hanya menghela nafas pasrah. Beras sebenarnya melepas Chriska, tapi mau gimana lagi. Hufh!

<><><><*********><><><>

Chriska dan tante Caroline duduk disebuah café yang tidak jauh dari lokasi shooting Chio.
“Tante minta maaf, Chris!” Seru tante Caroline penuh rasa bersalah.
Mendengar kata pembuka yang keluar dari mulut tante Caroline, Chriska sontak terperanjat, ia menatap tante Caroline, yang jelas sangat berbeda dengan 7 tahun yang lalu, tatapan matanya, ya, tatapan mata tante Caroline kini terlihat sangat bersahabat. Chriska mencuri pandag, berusaha meyakinkan dirinya lagi bahwa yang ada dihadapannya itu adalah tante Caroline, ibu Caesar yang telah membuat keluarganya menderita.
Tante Caroline memegang kemudian mengelus lengan Chriska, “Tante salah, awalnya tante kira membuat ayah kamu dikejar penagih hutang, membuat ibu kamu tak bisa mengahsilkan uang dan memisahkan kamu dan Caesar akan membuat semuanya jadi lebih baik, tapi ternyata…” Tante Caroline memenggal kata-katanya, ia menangis, “Tidak, Caesar malah membenci tante. Dari luar kami memang terlihat seperti ibu dan anak selayaknya, Caesarpun selalu mematuhi apa kata tante, tapi dia melakukannya dengan terpaksa. Setelah kembali pulang kerumah sampai detik ini, dia seperti orang asing, dia hanya bicara saat tante menyuruhnya bicara, kita tak pernah bicara seperti selayaknya orang tua dan anak, dia selalu bersikap dingin dan tak pernah sekalipun menatap mata tante!”
“Lalu, apa hubungannya dengan saya? Tante kembali menyalahkan saya? Semua karena saya?”
“Bukan, bukan begitu, tante hanya ingin minta maaf, tante ingin kamu melupakan semua yang terjadi dimasa lalu dan tak menyimpan semua kebencian itu sampai saat ini!”
“Melupakan?” Chriska tersenyum kecut, “Mana mungkin saya bisa melupakan hal yang sangat berbekas di hati saya, saya bukan Tuhan yang mudah memaafkan umatnya!”
Tante Caroline tiba-tiba berlutut dihadapan Chriska, sebuah tindakan yang tak pernah Chriska bayangkan sebelumnya. Dibalik keterkejutannya, Chriska tetap pura-pura acuh. “Sekalipun tante mencium kaki saya, itu tak akan bisa membuat saya melupakan penghinaan tante pada keluarga saya! Lagipula rasanya, tidak pantas seorang nyonya terhormat berlutut dan menangis dihadapan sampah seperti saya!”
“Tante mohon Chris, tante mohon! Hanya kamu yang bisa membuat Caesar bahagia! tante mohooonnnn!” Tante Caroline merintih. “Tante akan memberikan apapun yang kamu minta, asal tante bisa melihat Caesar bahagia!”
Chriska melepaskan lengan Tante Caroline dari kakinya, “Maaf tante, saya tidak bisa!” serunya tajam kemudian berlalu meninggalkan tante Caroline yang menangis.
<><><><*********><><><>

No comments:

Post a Comment