Siang begitu
membara, mentari bersinar lebih panas dari biasanya. Dan panasnya cahaya
matahari itu seperinya sama dengan panas di langit hati Cantika. Cantika tak
percaya secepat itu Catra melupakannya.
Hmmm, melihat
seseorang yang kau cintai bermesraan bersama seseorang yang selalu jadi
prioritas utama bagi orang yang kau cintai itu rasanya seperti ada sebuah
kereta yang melewati dadamu, sakittttt sekali. Hati Cantika mencelos. Ia memang
meminta Catra pergi dari hidupnya, tapi ia tak benar-benar berharap Catra
pergi. ia sangat mencintai Catra.
Dengan perasaan tak
menentu Cantika berbalik dan melanjutkan perjalanannya, ia tak kuasa menahan
air matanya.
Brrruukkk…
Karena Cantika
berjalan sambil menunduk, iapun tak sengaja menabrak seseorang, sampai minuman
yang orang itu bawa tumpah, “Maaff, benar-benar maaf… saya benar-benar tidak
sengaja!” seru cantika penuh rasa bersalah sambil membersihkan baju orang itu
dengan tissue yang ia bawa.
“Cantika!”
Cantika menatap
wajah orang yang barusan ia tabrak yang sepertinya mengenalnya, “Cheeepppiii!”
Cantika terbata. Air mata yang ia berusaha tahan tiba-tiba menetes. Sial, dasar
air mata, kenapa tak tahu tempat.
“Lu nangis Chan? Lu
kenapa? perlu gua panggilin Catra? Catra juga lagi disini loh! Lu mau ikutan
gabung bareng kita? Catra pasti seneng!”
“Sorryy Chep, gua
buru-buru, maaf untuk minuman yang tumpah ya!”seru Cantika yang kemudian
berlalu mennggalkan Chepi begitu saja.
“Loh kok
buru-buru?” teriak Chepi tapi tak digubris Cantika.
Setelah Cantika
hilang dari pandangannya, iapun menghampiri Catra dan Chriska, “Gimana? Udah
dapet cincinnya?”
Keduanya menggeleng
lemah.
“Hmmm, oh iya, tadi
kan Cantika ada disini juga, kalian liat?”
Keduanya
menggeleng.
“Dia juga nangis
gitu, kenapa yah kira-kira? Hmm, dia tadi disekitar sin, masa nggak liat?”
Catra dan Chriska
saling berpandangan, “Cemburu lagi!” seru keduanya hampir bersamaan. Kemudian
sama-sama menghela nafas lelah.
Semuanya semakin
rumit. Ya Tuhaaannnnnn!!!
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment