Seorang anak perempuan duduk diberanda rumahnya, menatap horizon yang luas itu lepas, membiarkan pikirannya melayang dan meloncat2 sekeenaknya.
Sang ayah yang sedari tadi memperhatikan anaknya ikut duduk disebelahnya,
“Apa yang sedang kamu pikirkan nak?”
anak itu menoreh “Memikirkan yang jarang dipikirkan orang, yah!” jawab anak itu polos.
Sang ayah menerutkan kening... “Seperti?”
“kenapa air laut itu rasanya asin tidak manis atau asam? Kenapa warna daun itu hijau bukan biru atau ungu?”
sang ayah tersenyum kemudian membelai rambut anaknya itu lembut penuh kasih sayang. “Sekarang ayah tanya, atas kehendak siapa kamu ada disini, keluar dari rahim ibumu yang sebenarnya tidak masuk akal bagi pikiran manusia!”
“Atas kehendak Tuhan!”
“Ya, semuanya kembali pada kehendak Tuhan. Atas semua kehendaknya semua bisa terjadi... !”
“Semuanya ayah?”
“Ya... semuanya!” Jawab sang ayah mantap.
“Ayah selalu mengajari aku untuk menunaikan sholat, karena solat itu tiangnya agama, ayah juga selalu menekankanku untuk menjauhi hal2 yang dibenci Alllah, tapi kenapa ayah masih lalai menjalankan sholat? Kenapa ayah kadang tak berpuasa? Kenapa pula ayah suka judi padahal jelas2 judi itu perbuatan yang Tuhan benci? Apa itu juga kehendak Tuhan?”
Muka sang ayah merah padam, ia benar2 malu tidak hanya pada dirinya, tapi pada apa yang ia katakan dan pada anak kesayangannya. Sang ayah berlalu meninggalkan sang anak sendiri. Dengan perasaan malu yang luar biasa.
Pikiran sang anak kembalui meloncat2 dan melayang sekeenaknya.
Sang anak menghela nafas, “Kenapa ayah tidak menjawab? Kenapa ayah malah pergi? Hmmm, apakah ini kehendak Tuhan juga? Lalu pada siapa aku harus bertanya????”
sang anak menggeleng2kan kepalanya. “suatu saat aku harap aku akan tau jawabanya... tentunya atas kehendakMu Tuhan!” seru sang anak masih dengan kepolosannya.