Pages

Tuesday, 18 January 2011

KEKERASAN HATI PAK SABAR

hati Nadira sedih ketika melihat daftar absen. hmmm, lagi2 Kukuh salah satu muridnya tak masuk sekolah.

Ibu Guru muda itu tau bawa minat Kukuh untuk bersekolah sangatlah besar. namun Pak Sabar Ayah Kukuh tak pernah setuju dan sangat menentang kegiatan Kukuh untuk bersekolah.

Nadira pernah berhadapan dengan Pak Sabar, bermaksud untuk melunakan hati beliau. namun apa yang Nadira dapat? usahanya sia2. hati Pak Sabar tetap keras dan tak bisa melunak.

tapi Nadira tak putus harapan, usai sekolah Dia mengajak Mang Odoy (ojek langganannya) untuk sekali lagi berkunjung kerumah Pak sabar, kembali mencairkan kekerasan hati seorang Pak Sabar.
"Ibu tidak takut kena marah lagi?"

"Kenapa harus takut jika yang kita perjuangkan itu KEBENARAN? sekalipun hati Pak Sabar tidak melunak, tapi setidakknya Saya telah mencoba u/ berusaha!"

"Neng, kenapa sih keukeuh banget? padahal orang tuanya saja tidak peduli!"

"Karena Saya peduli, Saya tidak mau kalo Kukuh hanya jadi seonggok daging yang punya nama tapi sama sekali tidak berarti!" seru Ibu Guru yang kini mengajar anak2 kelas VII di SMP Harapan Pertiwi di Kota Kecil Kuningan-Jawa Barat.

"Namanya Sabar, tapi kenapa hatinya keras sekali ya bu, JAHAT!" seru Mang Odoy polos.
Nadira tersenyum, "Beliau belum menyadari betapa pentingnya sekolah dizaman dewasa ini!"

@_@

ketika sampai dirumah Kukuh, keringat dingin mengucur diseluruh tubuh Nadira, bukan hanya menunjukan kelelahannya, tapi juga kecemasan. ya, bertemu dengan Pak Sabar adalah sebuah kecemasan karena pasti kehadirannya sangat tidak diharapka oleh Pak Sabar.

Nadira berusaha mengontrol rasa cemasnya.

ia menghela nafas, kemudian memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah Kukuh. Jantung Nadira berdetak duakali lebih cepat dari biasanya.

Pak Sabar muncul dari balik pintu dengan tatapan tajam penuh keangkuhan yang bercampur dengan rasa lelah, Nadira begidik, badannya gemetar, lidahnya kelu, mulutnyapun kakau.
"Mau apalagi Ibu kesini?" seru Pak Sabar tanpa basa-basi "Sudah Saya bilang, Kukuh tak perlu sekolah, skolah hanya buang2 uang!"

Nadira mempererat degapan buku2 didadanya yang bergemuruh hebat, "Maaf sebelumnya jika kehadiran saya mengganggu bapak tapi perlu saya tegaskan lagi, Kukuh perlu dan harus sekolah! dia itu anak yang cerdas Pak!"

"Sekolah dan tidak sekolah sama saja! sama2 susah cari uang!" seru pak sabar setengah berteriak.
"Pak, sekolah itu bukan semata2 untuk mencari uang, tapi juga untuk bekal diakhirat yang salah satunya adalah mencari ilmu untuk sebanyak2nya...!"

"Anda mengajari saya?"

"Bukan pak, bukan maksud saya mengajari bapak, saya hanya percaya bahwa Kukuh bisa jadi orang yang hebat jika dia terus bersekolah dan mempertahankan prestasinya!"

"Terimakasih atas pujiannya, tapi saya sama sekali tidak akan terbujuk oleh rayuan anda!" seru pak sabar penuh keangkuhan.

perkataan pak sabar barusan megitu menyayat hati Nadira, ingin rasanya pada saat itu ia menangis. namun ia tahan, ia tak ingin terlihat lemah.

nadira menghela nafas, "Baiklah Pak, saya permisi... saya berharap bapak bisa pertimbangkan apa yang saya ucapkan!" seru nadira yang kemudian berlalu merninggalkan pak sabar.

nadira menangis dihadapan mang odoy, ia tak mampu lagi membenrdung kesedihannya.

"Sabar ya bu!"

"Nadira tersenyum paahit "Ini sudah menjadi nresiko saya sebagai guru mang!"

@_@

beberapa hari kemudian....

pak sabar merobek2 kertas yang ada digenggaman tangannya, matanya merah menahan marah, , kesal dan kecewa karena padi hasil kerja kerasnya selama ini dibawa orang tnpa menghasilkan sepeserpun uang.

"Gak ada gunanya bapak marah! semuanya sudah terlambat, pak!"seru kukuh sambil terus menulis, posisinya membelakangi Pak sabar.

"Kalo bapak tidak marah, bapak harus bagaimana?"

"Kenapa bapak harus marah pada kedua orang itu, mereka tidak salah, yang salah itu bapak!" seru kukuh dengan bibir sedikit bergetar.

"Apa maksud kamu hah?" tanya pak sabar dengan tatapan mata tajam menghujam. seperti seekor singa yang siap menerkam mangsanya.

Kukuh menunduk sambil terus menulis "Kalo aja bapak sekolah, bapak pasti bisa baca, bapak gak akan mungkin nerima surat lamaran kerja dan tiket nonton bioskop sebagai ganti padi2 bapak yang mereka bawa!"

pak sabar meredup, ia tak bisa berkata dan menjelaskan apa2 , harga diri dan keangkuhan yang selalu nampak diwajahnya, tak mampu lagi menutupi rasa malunya.

ada sebuah penyesalan yang tak mampu ia lukiskan dengan apapun.

hmmm, ternyata untuk membuat seseorang menyadari sesuatu, ia harus menyesal terlebih dahulu.
pak sabar terduduk, keangkuhan dan kekerasan air hatinya luntur oleh air matanya yang menetes!

"Hidup itu proses untuk menjadi manusia lebih baik dan lebih baik lagi, Tuha kasih cobaan ini karena dia sayang bapak, sayang keluarga kita! tuhan punya rencana yang lebih indah untuk kedepannya, ini anugerah pak, bukan musibah! kita mesti kuat! kita tidak boleh lemah apa lagi marah, ini semua karena sudah Tuhan yang mengaturnya, semua yang datang dari Tuhan akan kembali sama Tuhan"

Pak sabar menghampiri Kukuh kemudian mengelus rambutnya lembut penuh rasa bersalah....

@_@