“Sayang, nanti pulangnya nggak aku jemput ya!” seru Catra pada
Cantika, pacarnya.
Cantika seorang gadis yanghampir mendekati sempurna, dia seorang
asisten dosen disaah satu kampus ternama di Jakarta, parasnya juga cantik,
meskipun lahir dari keluarga berada, ia baik hati dan tidak sombong. Selain
mengajar, aktivitasnya yang lain adalah seorang model. Ahh, sepertinya dunia
ada digenggaman tangannya. “loh kenapa? bukannya kemarin kamu janji, bakal
anter jemput aku?”
“Hari ini, aku janji sama Chiko dan Chepi buat jaga Chiska?”
“Sayyyaaanggg, Chriska tuh udah gede, gak perlu kali dijaga
gitu!”
“Chriska lagi ada masalah sayang, aku nggak bisa cerita sekarang
apa masalahnya, tapi yang jelas masalah ini cukup berat, so, aku, Chepi dan
Chiko sebagai sahabatnya harus bisa bantu dia buat ngadepin semuanya!”
Cantika tersenyum, “Ya… ya… ya… Chriska memang prioritas!”
Cantika mulai jengah dengan sikap Catra, ya, Chriska selalu saja jadi prioritas
dan diatas segalanya.
Catra mengelus pipi Cantika, “Aku harap kamu ngerti ya sayang,
Chriska itu udah aku anggap kayak adek aku sendiri, gak salah kan kalo seorang
kakak pengen yang terbaik untuk adeknya, pengen ngelindungin adeknya
semampunya?”
“Tapi kalian itu ggak ada hubungan sedarah!” Cantika kesal, ia
menatap Catra, “Aku takut, kamu memproritaskan dia, karena kamu sayang sebagai
seorang laki-laki sama dia, aku takut kamu ninggalin aku!” Hmmmppphh, Cantika
sangat encintai Catra, meskipun orang tuanya tak menyetujui hubungannya dengan
Catra, tapi ia tetap menjalaninya karena ia merasa Catralah cinta pertama dan
terakhirnya.
“Sayang, sayang, sayang, liat mata aku, liat hati aku, disini!”
Catra menunjuk matanya, “Dan juga disini” kemudian menunjuk hatinya, “Hanya ada
kamu!” Serunya lalu mengecup kening Cantika, “Aku sayang Chriska hanya sebatas
rasa sayang kakak kepada adiknya, nggak lebih!”
Cantika memeluk Catra, “Janji ya, sampai kapanpun hanya ada aku
dihati kamu!”
Catra membalas pelukan Cantika, kemudian mengangguk, “Aku janji
kalo orang tua kamu sudah setuju hubungan kita, aku nggak mau menjalani
hubungan ke jenjang yang lebih tinggi jika tanpa restu orang tua kamu, aku
nggak mau kamu jadi anak durhaka!”
Cantika mengangguk, “Kita berjuang sama-sama ya!”.
Catra mengecup kening Cantika lagi, “Makasih sayang, makasih
karena kamu sudah cinta aku, aku yang orang tuanya tak jelas, aku yang tak
punya apa-apa, aku yang selalu membuatmu kecewa!”
Cantika menempelkan telunjuknya dibibir Catra, “KAmu tau, kamu
sangat berarti, bahkan lebih berarti dari diri aku sendiri!”
Mereka saling berpandangan dan saling melempar senyum satu sama
lain, bahagia, ya, penuh bahagia.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment