Chriska kesulitan membawa barang-barang belanjaannya. Tiba-tiba
Chio menelepon dan tak bisa menjemputnya karena ada adegan yang mesti re take.
Ya Tuhan, bagaimana ini, sedang ia belanja banyak sekali barang untuk kebutuhan
Chio. Ketika ia sedang berdiri menunggu taksi, tiba-tiba ada yang menar-ada
yang menarik barang belanjaannya, sontak saja Chriska kaget, refleks ia langsung
menoreh kea rah orang yang menarik paksa barang belanjaannya. CAESAR? Hmmm, ia
yakin ini bukan sebuah kebetulan? Dari mana ia tau Chriska ada disini? Apa
setiap waktu yang Caesar lakukan hanya membuntutinya sampai-sampai dimanapun ia
berada, Caesar selalu tau.
“Harusnya kamu telepon aku untuk membawakan barang-barang kamu
yang berat ini!”
Chriska mengerutkan kening, sejak kapan tuan muda terhormat ini
mau mengurusi hal-hal sepele seperti ini?”
Caesar menatap Chriska dalam, “Sejak aku berusaha melupakan
kamu, tapi seberapa keraspun aku
mencoba, aku tetap tidak bisa!”
“Taaaakkksssiiii!” Chriska menghentikan taksi yang lewat di
hadapan mereka. Chriska lalu merebut barang belanjaannya dari tangan Caesar,
“Terima kasih, tapi aku sama sekali gak butuh bantuan kamu!” serunya kemudian
masuk taksi.
Caesar membuka pintu depan dan ikut naik taksi yang sama, Caesar
lalu menyodorkan beberapa lembar uang ratusan ribu ke arah supir taksi itu, “Jalan!”
Sopir itu menatap Caesar tak mengerti.
Caaesar menambahkan beberapa lembar lagi uang ratusan ribu, “Jangan
banyak omong, jalan saja, dia istri saya, saya akan mengantarnya!”.
Pak supir yang tak tahu apapun menuruti permintaan Caesar. Tak
lupa, sebelum menancap gasnya, ia meraih dulu uang yang Caesar sodorkan.
Chriska mendengus kesal, bukan tak ingin melawan atau bagaimana,
rasanya percuma melawan Caesar, semakin dilawan dan ditentang kemauannya,
Caesar akan semakin menunjukkan kekuasaanya.
Caesar tersenyum sumringah menanggapi diam Chriska, ia makin
percaya bahwa uang mampu membeli segalanya, termasuk kebahagiaan Chriska.
≈Ω◊Ω◊Ω◊Ω ≈
Melihat Chriska datang bersama Caesar. Chio marah besar. Ini
pertama kalinya Chio tak mampu menahan emosi di depan umum. Ia langsung
menghampiri Chriska dan memukul Caesar. Lalu menyeret Chriska pergi menjauhi
Caesar, sontak yang ada di sana semuanya bengong melihat aksi ekstrim Chio.
Caesar memegang bekas lukanya dan membersihkan darah yang mengotori bibirnya
dengan jempolnya. Beberapa orang yang mengenal
Caesar langsung menghampiri dia dan berusaha memberikan pertolongan.
Tapi Caesar menolak. Mata Caesar tak sedikitpun berpaling dari Chio dan Catra.
Ia tersenyum licik menatap keduanya.
Sayang itu tak terjadi, itu hanya bayangan Chio saja. Chio tak
mampu seekstrim itu, ketika ia melihat Chriska dan Caesar turun dari taksi yang
sama, Chio memang marah, ia cemburu. Tapi ia hanya akan menumpahkannya pada Chriska,
itupun nanti kalau tak ada yang melihat. Menurutnya jaim itu yang terpenting. Ia
tetap berusaha focus pada pekerjaannya, ia tak mau mencampur adukan masalah
pekerjaan dan cinta seperti yang selalu diwanti-wantikan Chriska, ia ingin
professional.
Chriska heran, Chio tak seperti biasanya.
“Chi, lu kesambet malaikat apa sampe-sampe gua ngerasa adem ayem
gini!”
Chio tak menjawab.
“Tadi lu nyuruh gua jalan, terus gak nyuruh gua yang macem-macem
lagi, hmmm, coba setiap hari lu gini!”
“Gua nyuruh lu refreshing, tapi gak nyuruh lu pacaran!” Seru
Chio ketus.
“Pacaran?” Chriska mengerutkan kening.
“Jangan pura-pura bego deh, lu janjian kan sama mantan suami
lu?”
“Janjian? Jangan bilang, lu ngediemin gua gara-gara lu cemburu?”
“KAlo iya kenapa? nggak boleh?”
“Ya, bukan gitu, lu tuh pikirannya childish banget sih, kalo mau
menjugde sesuatu itu, diliat dulu yang bener! Gua ketemu dia pas nyari taksi dan dia maksa
nganterin gua, ya udah gua iyain aja daripada urusannya makin ribet! Lu tau,
masalah gua tuh udah banyak, jangan deh…!”
Belum sempat Chriska melanjutkan kata-katanya, Chio sudah
terlebih dulu memotongnya dengan pelukan, iapun kemudian berujar “Berhentilah
mengoceh, ocehan lu bikin gua sakit kepala kak!”
Chriska menatap Chio, “KAdang ada hal dimana seberapapun kita
menghindarinya tetap saja harus kita hadapi!”
Chio melepaskan pelukannya, menatap Chriska dalam, “Iya kak,
maafin gua ya, tapi ngomong-ngomong, gua haus kak, gua pengen minum jus jambu,
tapi jangan terlalu dingin ya kak, oh iya, sekalian aja traktir fans-fans gua
yang udah rela-rela panas-panasan support gua disini!”
Chirska melotot, ia menggigit giginya menahan kesal, “Mulai lagi
ni bocah!” ujar bathinya.
<><><><*********><><><>
No comments:
Post a Comment