Kakek,
Hai kek apa kabar? Hmmm, entah kenapa tiba2 aku merindukanmu, SANGAT MERINDUKANMU. Sudah hampir 10 tahun aku tak berjumpa denganmu.
Ah rasanya baru kemarin kau membuatkanku mobil2an dari kulit jeruk bali, rasanya baru kemarin kau bilang merokok dengan tidak merokok sama saja pada akhirnya, ya sama2 akan mati (jawabmu ketika diinggatkan oleh mama dan tante2ku merokok bisa memperparah penyakit jantungmu), ya rasanya baru kemarin kau tersenyum karena melihat aku dan sepupuku selalu saja berebut mainan dan rasanya baru kemarin juga kau menyuruhku menggambil uang di kaleng tempat sisir jika aku meminta uang (ya, uang itu kau simpan sengaja untuk setiap cucumu yang meminta uang jajan).
Ternyata baru kemarin itu sudah 10 tahun berlalu. Waktu memang begitu cepat berlalu. Ya, sangat cepat.
Akhir2 ini entah kenapa aku merasa sangat kesepian. Tentu aku tidak bilang pada orang2 yang ada disekitarku, yap, kau tau aku sangat benci jika dikasihani atau terlihat menyedihkan didepan orang lain, aku selalu terlihat gembira dan penuh semangat, cuek, no comment dan seburuk apapun kondisiku aku selalu menyembunyikannya didepan orang lain. Aku selalu berusaha tegar dan optimis. Aku membohongi tidak hanya mereka, namun kadang aku juga membohongi diriku sendiri. Dan aku benci itu. Namun seberapapun aku benci aku tak bisa jika tidak membohongi diriku dan orang2 disekitarku. Kau tau kenapa? Karena aku lagi2 terikat dengan egoku, aku lagi2 terjebak dalam keadaan dimana aku hanya boleh terlihat begitu menikmati hidupku.
Semenjak kau pergi banyak yang terjadi yang kadang diluar perkiraan.
Yap, aku cucu pertamamu sekarang sudah besar kek, bukan joey bocah manis dan lucu lagi (mulai berusaha membanggakan diri). Aku memang belum bisa jadi kebanggaan tapi setidaknya saat ini aku sudah tau tujuan hidupku. Yap, kau bilang aku sangat bisa jadi orang sukses (mengingat keegoisanku) asal aku tidak lupa sholat , mengaji dan berdo’a.
Cucu keduamu sekarang sudah bisa diandalkan, dan aku rasa dia sudah lebih bisa berdikari disbanding aku. Ya, aku terlalu manja sehingga aku tak berani menempuh jalan yang dia tempuh (sebenarnya ini lebih karena aku tidak bisa jadi seperti kebanyakan orang, ambisi dan impianku tinggi).
Cucu ketigamu. Cucu laki2 pertamamu, cucu kebanggaanmu, taukah kau sekarang, dia sudah menginjak kelas 2 SMA. Sudah bergunta ganti pacar. Dan dia tampan dan dia juga sangat suka tampil casual précis seperti dirimu. Kau pasti bangga jika melihatnya.
Cucu keempatmu, hmmm, adikku. Ya, adik paling baik sedunia, jika aku menyuruhnya apapun itu, dia selalu mau, aku tipikal kakak yang kadan kejam -___-“ dia juga menginjak kelas 1 STM. Aku sedikit khawatir kek, karena ia tak memiliki cita2 yang tinggi sepertiku. Dia tak berani melawan arus, hidupnya datar. Aku Cuma bisa berdo’a semoga kelak dia bisa jadi apa yang dia inginkan. Harta tidak menjamin seseorang bisa bahagia. Kalau dia bisa jadi apa yang dia inginkan dengan tidak mengubur mimpi2nya dan selalu berusaha untuk membuat mimpi itu nyata. Aku yakin dia pasti akan bahagia, dengan atau tanpa harta.
Cucu kelimamu. Hmmm, saat aku menatap wajahnya aku merasa sangat sedih. Menginggat dirinya tidak setinggi teman2nya, menginggat kekurangannya, aku benar2 merasa sedih. Aku berharap dia tidak pernah minder disekolahnya. Aku harap teman2nya memperlakukan dia seperti pada umumnya. Toh manusia yang Tuhan ciptakan semuanya sempurna kan. Aku harap tak ada yang membedakan dia hanya karena fisiknya. Kalaupun ada orang itu pasti orang yang benar2 jahat.
Cucu keenammu. dia juga akan masuk SMP. Tingginya melebihi aku. Dan dia cantik, tapi kadang jutek.
Cucu ketujuhmu. Si cacing akhirnya jadi ayam sayur. Sekarang gemuk dan sehat. Meski sekarang masih sakit2an tapi gak separah dulu. Meski masih kelas 6 SD ternyata udah banyak yang naksir (hmmmm, sepertinya kharismamu turun ke dia).
Cucu kedelapanmu. Dia yang paling sering meledek dan mengerjai aku. Kalo diliat2 dia mirip rezky aditya (pemain sinetron yang cukup ganteng) kalo kita godain, dia sering loh GR sendiri :P
Cucu kesembilanmu. Hmmm, masih ada di rahim ibunya. Kau tau? Dia hidup d rahm bibi ke empat. Ya, yang selama ini, puluhan tahun telah menantikannya. Yang dulu menjadi tulang punggungmu. Dia menikah ke orang medan. Sangar sih, tapi penuh perhatian. Omku itu baik luar biasa, dan aku harus beradaptasi dengannya. Karena adat sunda dan batak berbeda.
Cucu ke sepuluhmu. Cucu kesepuluhmu juga masih berada dalam rahim bibi ke limaku. Anak bungsumu. :D
Semoga cucu kesembilan dan kesepuluhmu bisa lahir kedunia dan ikut mewarnai dunia. Jadi anak yang bisa jadi kebanggakan orang tua, bangsa, Negara, agama, lingkungan dan semua-muanya.
Hmmm, waktu telah membuat kitra tumbuh dan beranjak dewasa. Semoga semuanya indah pada waktunya.
Oh iya, aku lupa menanyakan kabarmu? Apa kabar kau disana? Bahagiakah kau disana? Aku berharap kau selalu bahagia. Yap, penuh senyum selalu seperti dulu kau disini. Aku hanya bisa berdo’a semoga Tuhan selalu memelukmu erat dan menjagamu ketat penuh kasih sayang dan belaian MesraNya.
Rasanya masih banyak yang ingin aku ceritakan padamu. Namun aku takut kau bosan membacanya di surge sana.
Jadi, sekian dulu suratku. Sampai jumpa dikehidupan yang lain.
Cium hangat, peluk mesra….
Cucumu (Joey Andrea)
<3<3<3
No comments:
Post a Comment